Wild Love Episode 20
Sang tukang bakso yang terbawa nafsu
Kulihat jam pada sematponku, Lima menit tukang bakso ini mengunyah-ngunya susu tante ima yang masih terbungkus dan aku rasa cukup. Aku langsung menepuk bokong si tukang bakso.
“Woi udahan bang ganti yang lain”
Ucapku sedikit membentak.
“Ya bos, lagi asyik nih bos”
Jawabnya yang kemudian menarik diri dari dalam mobil.
“Mau yang enak nggak?”
Ucapku sedikit membentak.
“Mau, mau bos”
Ucapnya.
“Buka tuh celana, biar bisa keluar! Gak jadi batu”
Ucapku kepada tukang bakso.
Dengan cepat tukang bakso yang sudah terbawa nafsu itu langsung membuka resleting celananya. Aku kemudian kembali ke tempat dimana aku bisa menyaksikannya pelayanku di nikmati oleh tukang bakso. Kusuruh tante ima maju dan memegang penis tukang bakso itu dengan tangannya dan mengocoknya.
Di kocok dengan lembut oleh tante ima, tiba-tiba saja tante yang nafsunya tidak terkendali langsung melepas jaket di kepalanya. Aku yang menyaksikan itu langsung keluar dan mendorong punggung tukang bakso itu agar tidak melihat kebawah.
“aduh bos oufthhhh gila aku beruntung ni bos dapet emutan ediyan bos, mulutnya ganas bos”
Seketika itu pula tukang bakso itu langsung menjerit tertahan dengan sedikit goyangan pada pinggulnya. Kudiamkan sejenak, kemudian aku tarik tukang bakso itu dan kututup pintu mobilku. Tukang bakso yang masih merasakan nikmat itu kemudian memakai celananya lagi.
“Gila bos enak, kapan-kapan kalau pacarnya mau, saya siap!”
Ucap tukang bakso.
“Iya dech kapan-kapan kalau ketemu lagi”
Ucapku.
Tukang bakso itu kemudian memberikan dua bungkus bakso kepadaku. Aku kemudian menjalankan mobilku lagi, kulihat dari kaca depan mobil tante ima yang wajahnya benar-benar sedang bernafsu. Salah satu tangannya sedang dikulumnya dan satu tanganya lagi sedang mengelus-elus bagian vaginanya.
“Enak ima?”
Ucapku.
“Pengen kontolmu ergghhhhh”
Ucapnya dengan nada rintihan.
Mulai memainkan peran masing-masing
Aku kemudian mengarahkan mobilku ke sebuah jalanan yang lumayan sepi di situ terdapat taman yang cukup luas, kulhat jam menunjukan pukul 17:00. Aku kemudian menyuruh tante ima keluar dengan hanya menggunakan rok dan bra bikinya yang hanya menutupi sebagian susunya. Kuajak ketengah taman tempat terbuka dengan semak-semak disekitarnya.
Aku kemudian bersandar di pohon besar ditengah taman, kulihat di samping taman ada sebuah taman bermain yang cukup luas dengan beberapa anak dan keluarganya sedang bermain di sana. Segera aku menyuruh tante ima berjongkok di hadapanku aku kemudian membuka celanaku dan aku turunkan sampai paha yang masih menggunakan celana dalam.
“Nanti kalau dilihat orang bagaimana? Didalam mobil saja”
Ucap tante ima yang sangat sedang bernafsu.
“Disini dulu ima nanti dirumah dikasih lagi kok, mau ya?”
Ucapku sedikit merayunya.
“Kumur dulu, masa dikasih bekas tukang bakso”
Perintahku, tante ima kemudian kumur sebentar dengan menggunakan air mineral yang aku berikan.
Dengan cepat setelah berkumur tante ima menggenggam lembut dedek arya dimulainya menjilat-jilat batang dedek arya. Jiatan-jilatannya kemudian beralih langsung dengan mengulum batang penisku.
“Ya begitu imaa ouwhhhh ima pinter sekali hmmmm ahhhhh”
“Lebih dalam lagi, oufthhhhh beri aku jilatan terhebatmuh ouwhhhh lebih dari nico ahyyyaaaahhhh”
Tante ima yang kemudian mengulum dan menjilati setiap bagian dari dedek arya terus dan terus melakukannya.
Kedua tangannya beroperasi di semua bagian. Mulai dari mengocok, mengulum, menjilat, mempermainkan zakarku. Aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya. Aku lepaskan kuluman dan aku angkat tubuhnya kuposisikan menungging mengarah ke arah orang-orang yang sedang bermain di taman. Langsung aku masukan batang dedek arya ke dalam liang vaginanya yang sudah basah yang masih tertutup dengan G-stringnya yang aku buka sedikit dengan mnyampingkannya.
“Oufthhhh hmm enaaakkkkkh aaahhhh shhhh besarrrhhh ima sukaaaahhh aisshhhh masukan lebih dalam lagihhh imaaaah mau kontol tuan aryaahhhhh oufthhhh yeahhhhh”
“kontol ima suka kontolh aryahhhh oufthhhh yaaahhhh hmmmmm”
Rintihnya nikmat.
“Ssst jangan keras-keras, kalau keras-keras nanti aku ajak mereka semua lho”
Ancamku.
“Tidakkhhh akkkhhh jangan tempik ima buat aryah sajaaahhhh aaahhhh”
Rintihnya yang kemudian menjadi pelan.