Wild Love Episode 18
Menikmati Birahi
Wajahnya tampak seperti orang kesakitan, terpejam dan menggeleng ke kanan dan kekiri. Kenikmatan birahi yang dia dapatkan membuatnya menggigit bibir bawahnya. Aku masih menggoyang dengan keringat semakin mengucur, suara decit ranjang mbak maya tidak membuatku menghentikan goyanganku. Aku sudah tidak peduli lagi dengan pak roto yang ada di kamar sebelah, sekalipun aku tidak peduli aku tetap menahan setiap desahan-desahan dari mulutku. Mulut mbak maya terus menggigit bibir bawahnya sambil menahan setiap desahan ingin keluar dari mulutnya.
“Eehhhhmmm erggghhhhhh erggghhhhhh erggghhhhhh erggghhhhhh”
Rintihnya tertahan dengan kepala yang terus bergerak menoleh kekanan kekiri kadang menengadah ke atas.
Melihat posisi mbak maya yang hanya bisa memejamkan mata dengan kedua tangan yang seakan-akan menahan laju goyangan pinggulku (walau sebenarnya tidak menahan) dan susu mbak maya yang membusung itu membuat nafasku bertambah terengah-engah.
Aku turunkan kaki mbak maya tepat di pinggangku lalu aku memeluk tubuhnya kedua tangan mbak maya kemudian menelusup diantara ketiakku dan memelukku erat. Kepalanya tepat pada bahu kananku, wajahnya sekilas masih tampak menahan jeritan nikmat.
“massshh mbak dah ndak kuathhhh urggggghhhh”
Bisiknya pelan di telinga kananku.
“Sebentar lagi mbak”
Ucapku di telinga kanannya sembari menciumnya.
Aku tak menghentikan goyangan tubuhku, aku masih memompanya sumur mbak maya ini. aku terus memompa berharap menemukan sumber air yang segera mengucur keluar dari sumurnya. Jepitan kaki mbak maya semakin kencang pada pinggangku, kucuran keringat berjatuhan dari tubuhku dan bersatu dengan keringat mbak maya. Hawa panas tubuh mbak maya sangat terasa dengan bumbu kekenyalan susunya yang menyentuh pada bagian dadaku.
Semakin Licin
Gesekan antar kulit dedek arya dan liang senggamanya sangat terasa llicin dan semakin hangat, otot vaginanya tampak seperti menjepit secara perlahan seakan-akan memberi tanda bahwa sumber mata air itu akan segera muncul dengan usaha memompaku. Desahan tertahan tampak terdenganr ditelinga kananku membuat. Aku menciumi pipi kanan mbak maya yang masih terpejam karena kelakuan nakal dari dedek arya.
“Mashh sudahhhh aku ndak kuathhh mauh keluarhhh”
Bisikan rintih kenikmatan, kemudian aku menoleh sedikit kerahnya yang masih terpejam karena kenikmatan ini.
“Sama mbak, sebentar lagihhh”
Ucapku sambil terus menggoyang.
Sementara aku masih menggenjot, tiba-tiba tubuh mbak maya bergerak tak terkontrol, melengking membuatku menghentikan sebentar goyangan pada pinggulku. Kedua kakinya mengapit dan menekan pinggulku sangat keras.
“Aku keluarrhhhhhhhhh enakkkh mashhh aahhhhhhhhhhhh”
Bisiknya lirih ditelinga kananku.
Akhirnya keluar juga sumber mata air itu, Aku yang hampir menuju puncak gemilang cahaya eh menuju puncak kenikmatan itu kembali menggenjot, memompa, menggoyang pinggulku kembali.
“Aduuuhhh mashhh sudaaahhhhhh aku ndak kuathhh”
Ucapnya sangat lirih untuk didengar.
“Ini sebentar lagihhh”
“Aku keluar mbakkkkhhhhh”
Bisikku lirih ditelinganya.
Crooot… crooooot… crooot… crooooot… crooot…
Semburan kenikmatan itu aku keluarkan dalam posisi konvensional yang sangat menggairahkan. kupeluk tubuh mbak maya dengan sangar erat, mbak maya membalasnya dengan sangat erat pula. Aliran nafas kami yang berlomba-lomba mendapatkan oksigen seakan-akan bersatu untuk saling memberi kehangatan. Kupeluk tubuhnya erat, aliran butir-butir keringatku mengalir dan bersatu dengan tubuh mbak maya. Nafasku dan mbak maya masih belum teratur dan masih terus berpelukan. Lama kami berpelukan menunggu kekuatan pada tubuhku kembali.
bangkit dan memeluk
Aku kemudian bangkit dari pelukan itu, kutatap mbak maya yang wajahnya masih terbungkus keringat. Matanya terpejam seakan-akan ingin segera terlelap dalam tidurnya. Aku kemudian menyeka keringat pada bagian keningnya lalu wajahnya. Kuturunkan kepalaku dan kucium bibir indahnya itu. Dedek arya masih dalam penguasaan liang senggamanya. Lama kami berciuman dan kulihat mbak maya tetap tidak membuka matanya, karena mungkin terlalu lelah. Aku kemudian bangkit, kuposisikan diriku diatas tubuh mbak maya kemudian aku kangkangkan pahaku tepat diatas dadanya.
“Mbak, arya pengen mbak bersihin ini?”
Ucapku sambil menyodorkan dedek arya ke mulutnya.
“Hash hash hash hash hash hash emmmmmm slurppp emmmm”
Tanpa berkata-kata dan sedikit membuka matanya mbak maya kemudian mengulum batang penisku sebisanya dengan sisa tenaga yang tersisa dari tubuhnya.
Setelah semuanya berakhir aku kemudian bangkit dari dada mbak maya, dan duduk sebentar di sebelahnya. Kupandangi mbak maya dengan wajah kemenangan lalu aku kecup bibir indahnya.
“Makasih ya mbak”
Ucapku kepada mbak maya di telinga kanannya.
“Samahh samahhh mashhhh”
Ucap mbak maya sembari membuka matanya dan melihatku.
Tergurat senyum indah dari bibirnya. Aku kemudian bangkit mengecup sebentar keningnya dan melangkah keluar dengan ketelanjanganku ini.
“Dadah mashhh arya ganteng, dadahh jugahhh kontol aryahhh gantenghhh”
Ucapnya sambil membusungkan susunya dengan segenap kekuatannya.
“Dadah mbak maya montok semok”
Ucapku sambil meremas kedua susunya.
Aku mulai meninggalkan kamar
Lalu aku kemudian meninggalkan mbak maya di dalam kamar, terlihat kamar pak roto tertutup rapat dan hanya ada suara dengkuran saja. Kututup pintu dan kumelangkah mengambil dunhillku yang berada di tanah. Aku menuju kamar kututup pintu dan kurebahkan tubuhku. Sial besok sudah hari ke-14 dan aku harus pulang, ah parah padahal lagi enak-enaknya begitu bathinku berkata. Tapi mau apa lagi kalau harus lama disini aku juga tidak bisa karena aku masih punya misi dan aku kangen sama Ibu. Ibu apa kabarmu disana? Aku kemudian terlelap dalam tidur telanjangku hingga pagi meng-upper cut kepalaku.
Kemudian aku terbangun, kupakai pakaianku kulihat jam pada telepon cerdasku menunjukan pukul 08:00, gila aku kesiangan. Aku kemudian bangkit dan segera aku mandi, ketika aku membuka pintu mbak maya sudah berada di depanku membawa sarapan.
Aku pun tertahan disana, kami berbincang-bincang dan kukatakan kepadanya kalau aku akan pulang hari ini karena badanku sudah mendingan karena mbak maya yang merawatnya. Mbak maya pun tersenyum dan bilang kepadaku agar nanti waktu pulang hati-hati. Mbak maya menemaniku sarapan dikatakannya bapak dan ibu akan pulang nanti pas jam setengah sebelas, jadi kalau mau pamit aku harus menunggunya. Setelah makan pagi aku kemudian beranjak ke kamar mandi.
Ketika berada dalam kamar mandi aku teringat jika hari ini aku akan pulang, dengan menggunakan handuk yang masih melilit pinggangku aku keluar. Aku mencari mbak maya di dalam rumah, kutemukan dia ada di dapur sedang mencuci piring. Aku kemudian menariknya dengan memaksa untuk mengikutiku. Kutarik menuju dalam kamar mandi.
“Eh eh eh mau ngapain mas?”
Ucapnya ketika sudah berada dalam kamar mandi.
“Mau ini”
Ucapkku yang dengan kasar langsung melolosi pakaian mbak maya. Mbak maya tampak tidak meolaknya.
“Mbak maaf kalau lama-lama nanti bapak sama Ibu keburu pulang”
Ucapku yang disambut ciuman pada bibirku.