Wild Love Episode 17
Wild Love (Episode 17)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 17 Di gubuk ini, gubuk yang sebenarnya tidak layak huni ini terbaring seorang wanita tua renta dan laki-laki tua yang sedang menyuapinya. Aku melangkah dan memeluk laki-laki itu sambil berlutut, kugenggam tangan kiri wanita itu dengan eratnya. Tak bisa aku menahan air mata ini, tak bisa pula aku menahan isak tangisku. Ya meraka adalah nenekku yang melahirkan ayahku dan kakekku yang ikut membesarkan Ayahku.
“Kamu siapa nang (nak)?”
Ucap kakek wicak (kakekku).
“Siapa kamu le (nak), sudah jangan menangis”
Ucap nenek mahesawati (nenekku).
Aku mash menangis dan menangis melihat keadaan mereka, tak menyangka jika kehidupan mereka seburuk ini. Tidak menyangka jika Ayahku, anak mereka membuat semua ini terjadi. Tidak menyangka jika mereka harus merasakan pahitnya hidup karena Ayahku.
“Arya, Arya Mahesa Wicaksono, anak dari Mahesa Wicaksono”
“Arya kesini untuk menemui kakek dan nenek”
Ucapku tersengal sengal dengan kucuran air mata yang mengalir di pipiku.
Jeritan kerasku membuat semua orang yang berada di desa itu berkumpul di gubuk ini untuk melihatnya. Tampak air mata juga ikut menetes dari pipi lelaki setengah baya ini. seorang nenek dari luar kemudian masuk membuatkan aku minuman, dan aku masih dalam memeluk kakek dan menggenggam tangan neneku.
Nangis kerinduan
“Benarkah kamu Arya, anak mahesa”
Ucap neneku, yang kemudian mencoba bangkit aku yang tahu itu kemudian membantunya dan kemudian bersandar di dada kakekku.
Kini kakek dan nenekku berada di hadapanku dan aku masih berlutut di atas tanah memandang mereka. Kupeluk mereka berdua, kata-kata kangen selalu keluar dari mulutku, kata-kata rindu dan sayang menggelontor selalu dari bibirku untuk mereka. Lama sekali aku memeluk lama pula aku menangis.
“Iya nek, kek, Arya kesini karena dari dulu Arya tidak pernah bertemu kakek dan nenek”
Ucapku dengan langan air mata yang tak tahu bagaimana cara menghentikannya.
Kedua tangan nenek kemudian memegang kedua pipiku dan melihat wajahku.
“Duh gusti, akhire kowe goleki aku karo mbah kakungmu leeeeee (Ya Tuhan, akhirnya kamu mencari aku dan kakekmu naaaaaak)”
Ucap nenek sembari air matanya keluar.
“Ganteng yo pak’e putune dewe iki (ganteng ya pak, cucu kita ini)”
Ucap nenek sembari memandang kakekku.
“Wah iyo, ganteng untung kowe ki koyo Ibumu (wah iya, ganteng, untung kamu seperti ibumu)”
Ucap kakek dengan senyum mengembang yang kemudian mereka berdua memelukku dengan sangat erat.
Momen indah ini aku rasakan dengan sangat memilukan, akhirnya aku bisa bertemu dengan mereka. Elusan dari tangan yang sudah mulai kasar karena kulit yang mulai menggelambir terasa sangat lembut aku rasakan di kepalaku. Terasa linangan air mata mereka membasahi kepalaku. Lama kami berpelukan tampak semua orang yang melihat kemudian ikut menangis.
“Ini minumnya den”
Ucap seorang nenek yang menyediakan minuman kepadaku dan kakek yang dibawanya dari arah luar, memang dalam gubuk ini hanya ada ranjang ini saja.
Aku mengucapkan terima kasih kepada nenek itu, nenek itu kemudian duduk di atas tanah tak jauh dari tempatku berlutut.
“Kakek dan nenek ikut Arya pulang kerumah ya?”
Ucapku.
“Tidak, nenek dan kakek tidak akan ikut arya, tidak, sekalipun arya memaksa, kami tidak ingin bertemu mahesa lagi”
Ucap kakek yang kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi wajah kebencian.
“Kenapa kek? Daripada kakek tinggal ditempat ini, nanti kakek dan nenek tambah sakit, akan arya buatkan rumah sendiri untuk kakek dan nenek nanti biar Arya bisa sering ketemu dengan kakek dan nenek”
Ucapku.
“Tidak Arya, kakek dan nenek tidak bisa”
Ucap kakekku.
“Kata Pak roto, Kakek dulu orang berpunya kenapa sekarang tinggal di tempat seperti ini. kakek dan nenek harus ikut arya!”
Paksaku.
“Tidak Arya, kakek dan nenek tidak bisa”
Ucap kakekku kembali.
“Adakah sesuatu antara kakek dan nenek dengan Ayah?”
Tanyaku.
“Banyak”
Ucap kakek.
“Ceritakan kepada Arya semuanya, kenapa kakek tidak ingin bertemu ayah? Agar arya tahu siapa sebenarnya ayah”
Ucapku sambil memandang mereka berdua.
Mereka kemudian saling memandang dan mengarahkan pandangan ke arahku.
Cerita dari kakekku
“Biarkan kakekmu yang bercerita, kemarilah nenek masih kangen sama kamu arya”
Ucap nenek, aku sedikit menggeser tubuhku dan kuletakan kepalaku di pangkuan nenekku.
“Akan kakek ceritakan semuanya”
“Surti, kamu tidak perlu duduk dibawah seperti itu, kamu bukanlah pelayanku lagi bangkitlah jangan kau rendahkan dirimu dihadapanku”
Ucap kakek kepada nenek tua yang duduk tidak jauh dariku.
“Tidak ndoro, sekalipun ndoro bukan ndoro saya lagi, tapi dalam hati kami, di hati masyarakat desa banyu biru dan desa bayu abang, ndorolah yang telah menjadi penolong kami, kami tidak bisa melupakan itu semua ndoro, apapun yang terjadi, kami semua adalah abdi ndoro”
Jelas nenek surti, yang kemudian di iyakan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya, tampak mereka masih menaruh hormat kepada kakekku.
Kakek dan Nenek hanya tersenyum melihat mereka semua.
Secara perlahan kakek menceritakan semua dari awal, tentang seorang juragan paling kaya di daerahnya memilik istri bernama mahesawati. Dialah kakekku bernama Wicaksono. Kehidupan mereka dikatakan lebih dari cukup, hidup bergelimangan harta tapi tak membuat kakek dan nenek takabur. Hingga lahirlah seorang anak yang kemudian di beri nama mahesa wicaksono.
“Dulu itu nenek memberi nama itu kepada Ayahmu dengan tujuan, dia menjadi seekor kerbau yang kuat, hebat dan bijaksana serta tidak bodoh tapi”
Ucap nenekku menyela.
“Sudah, nek biar kakek yang bercerita”
Ucap kakek yang kemudian kakek melanjutkan ceritanya itu.
“Mahesa adalah kerbau? Mimpi itu”
Bathinku dalam hati.
Mahesa tumbuh menjadi laki-laki yang pintar, pintar dalam berbicara dan pintar dalam ilmu pengetahuan. Dia bersahabat dengan seorang tetangga kakek bernama Nicolas Rahman, ketika berumur 13 tahun Nico di tinggal oleh Ayah Ibunya karena kecelakaan dan kemudian di asuh oleh Kakek dan nenek.
Waktu berjalan umur mereka pun bertambah, bukan menjadi laki-laki bijaksana yang di siapkan untuk menjadi penerus kakek tapi Ayah menjadi seorang pemuda yang ugal-ugalan, bengal, mabok-mabokan, pecandu narkoba, dan suka main perempuan.