Wild Love Episode 16
Menanyakan soal ATM
Setelah beberapa hari aku tidak pulang kerumah, Ayah meneleponku menanyakan kepadaku mengenai kartu ATM-nya, dan jelas saja aku jawab aku tidak mengetahuinya karena dalam beberapa hari ini aku menginap di kos temanku. Ayahpun percaya kepadaku dan alibiku berhasil dengan baik. Pada suatu malam hari di malam dimana aku sendiri di dalam rumahku. Aku mulai melihat kartu ATM ayahku, apakah kartu ATM ayah masih fungsi atau tidak, jika masih berfungsi berarti aku bisa mengambilnya.
“Aku harus mengeceknya, aku harus mempunyai rencana agar jika nanti aku terekam di CCTV ATM mereka tidak tahu siapa aku, bisa saja dilacak mengenai lokasi penarikan”
Bathinku.
Pada malam itu, malam di mana aku sendiri dirumah, aku pergi ke warung nasi kucing daerahku dimana aku biasa nongkrong ketika aku SMA. Tak lupa aku membawa tas hikingku. Di sana aku meminjam sepeda motor pemilik warung tak lupa aku meminjam wig dari seorang waria yang sering mangkal di daerah itu. Kukendarai motor itu hingga pada suatu tempat yang sepi aku menyamar menjadi orang lain, menggunakan wig dari seorang waria, kemudian memakai pakaian lengan panjang.
Tentunya wajah ditutupi dengan seabrek make-up entah solasi hitam dijadikan kumis palsu dan yang lainnya. Yang terutama adalah menutupi kulitku yang berwarna putih ini, bisa berabe jika terekam karena Ayah pasti akan langsung mengetahui siapa yang mengambil. Dengan menggunakan motor pinjaman aku pergi menuju ATM terdekat, masukan kartu dan kucoba memasukan PIN dan berhasil. Ku cek saldo milik Ayah, WHAT THE HELL????! Uang dengan jumlah 6 angka nol masuk dalam tabungan Ayah. Tidak mungkin jika itu adalah uang dari pekerjaan Ayah.
Segera aku kembalikan motor
Segera aku kembali kerumah yang terlebih dahulu mengembalikan motor dan untuk Wig tidak jadi aku kembalikan biasa sudah keburu mangkal lagi pula waria itu juga temen dekatku ketika masih SMA. Kulhat jam dinding di rumah menunjukan pukul 23:00. Ku cek di laptop mengenai kartu ATM ayahku, ternyata kartu ATM jenis ini hanya dimiliki nasabah prioritas dan bisa mengambil hingga 25 juta per harinya. Jika nasabah reguler hanya sampai pada 5 juta per hari dalam satu penarikan.
Segera aku bangkit dan menuju warung nasi kucing itu dan kembali meminjam untuk mengambil uang dari ATM tersebut. Penarikan aku lakukan sebesar 25 juta perhari dan aku lakukan selama kurang lebih satu bulan tanpa di ketahui oleh Ayahku. 1 bulan 30 hari di kalikan 25 juta jika di hitung penghasilan dalam 1 bulan ini aku mendapatkan 750 juta dari penarikan dari ATM Ayahku. Dengan pemikiran yang teratur aku menyimpannya dalam kamarku tanpa di ketahui oleh siapapun.
Kartu ATM masih aku simpan di tempat rahasia dimana tidak ada siapapun mengetahuinya. Bulan demi bulan berjalan, Terkadang aku juga menjenguk Ibu karena saking kangennya, tapi tak bisa berharap banyak. Aku kadang mengajaknya pulang sebentar tapi tante ratna selalu memasang wajah memelasnya dan membuat Ibu tidak tega meninggalkannya sendirian.
Tante Ima yang sudah bisa keluar rumah
Apalagi Kakek dan nenek juga masih dalam keadaan yang belum sehat betul, kalaupun hanya tante ratna dirumah kakek rasanya juga tidak mampu untuk merawat mereka berdua. Cenggur? Pastilah apalagi selama semester 5 ini aku selalu menolak ajakan Rahman untuk menginap di rumahnya. Mungkin di semester 6 nanti aku mulai berangkat lagi.
Memang aneh dalam semester 5 ini, dalam jangka waktu satu minggu aku mendapati semua kenyataan-kenyataan pahit terkuak tapi kulupakan sejenak untuk fokus dengan kuliahku, itulah pesan Ibu. Tante Ima? Ya tante ima kadang-kadang sms aku, Dia sudah di perbolehkan Om Nico untuk keluar rumah tapi aku terus menolaknya karena situasi saat itu tidak memungkinkan karena aku tidak pernah tahu keberadaan Om Nico dan apa yang dia lakukan.
Sekalipun aku bisa menginap di rumahnya dan tante ima memberikan obat tidur lagi, aku masih menolaknya takut Ibu cemburu. Tante Ima pun memahami itu semua karena dia juga sebenarnya ketakutan dalam kondisi ini. Jika aku ingat lagi, aku hanya melakukan persetubuhan itu di satu minggu itu saja. Setelahnya tidak pernah sama sekali dan membuat aku merindukan Ibu, Ibu dan Ibu.