Wild Love Episode 16
Merasa terkejut
“Eh” suara terkejut yang pelan menunjukan ekspresi wajah terkejut dari wajahnya, pandangannya menelanjangi setiap nano meter wajahku, dari ujung rambut hingga ujung kakiku tak lepas dari pandangannya.
“Sebenarnya siapa kamu? Kamu bukan mahasiswa yang mencari tugas”
Ucap pak koco yang membuat suasana menjadi tegang.
“Saya Arya, Arya Mahesa Wicaksono”
Ucapku dan seketika itu pula orang itu mendelik dan terlihat wajahnya menjadi takut dengan sedikit lukisan kebersalahan di wajahnya.
“Pulanglah dan cepat pergi dari rumahku, jangan kau bawa-bawa aku lagi!”
Ucapnya sedikit membentak dan berdiri menunjuk ke arah pintu keluar.
“Saya tidak akan membawa pak koco dalam masalah ini, hanya saja saya ingin tahu mengenai semua yang pak koco ketahui mengenai Si pembuat masalah itu, Mahesa Wicaksono, dan bapak pasti tahu nama itu”
Ucapku santai yang masih duduk dan menyulut dunhill mild, mendengar kata-kata si pembuat masalah membuat ketakutan pak koco mereda.
“Sudahlah aku tidak ingin ikut capmur urusan kalian para manusia kotor yang membuat aku hancur seperti ini”
Ucapnya kembali, dia melihatku dan menatapku dengan tajam.
Kutatap matanya dengan mata penuh ketenangan kemudian dia duduk dan mengambil rokok dunhiill di atas meja dan menyulutnya tampak matanya menerawang jauh ke masa lalu, masa dimana dia terjerumus dalam kejahatan ayah dan om.
“Baiklah setelah aku ceritakan pergilah dan jangan sangkut pautkan aku dengan mereka lagi”
Ucapnya.
“Sebelumnya, Apakah Ibumu itu seorang jepang berkulit putih”
Ucapnya dengan semburan asap putih tembakau yang terbakar.
“Jika yang saya maksud sama dengan yang pak koco maksud, berarti wanita yang bapak lihat di masa lalu itu adalah Ibuku”
Jawabku, dipandangnya aku dengan wajah menyesal dengan kepulan asap yang mulai menyelimuti ruangan ini.
“Tidak, kenapa harus membunuh anda, saya kesini hanya meminta keterangan dari pak koco. Jika tidak keberatan ceritakan kepada saya kenapa pak koco ikut rencana mereka”
Ucapku kepada pak koco.
“Karena… kare…”
Tiba-tiba air mata pak koco mengalir dari matanya, tangan kanannya mencoba menyeka air yang mengalir itu, terharu ketika aku melihat itu, kejahatan apa lagi yang diperbuat oleh Ayah dan om Nico.
“Akan kuceritakan semuanya, dari awal hingga akhir dan yang membuat aku bersalah hingga sampai saat ini kepada Ibumu, wanita india itu dan juga istriku”
Setiap kata-kata yang terucap nampak berat sekali keluar dari mulutnya. Istrinya? Kenapa?
“Hufth hm sssshhhhh”
Hela nafasnya disertai kepulan asap dunhill mild keluar dari hidung dan mulutnya membuat suasana ini menjadi lebih berkabut se-berkabutnya pikiran dan masa lalunya.
“Dulu, aku hanyalah seorang penjaga losmen yang kesehariannya mengurusi losmen yang sekarang menjadi hotel melati. Losmen tersebut merupakan losmen paling laris karena pelayanan dan kuallitas kamarnya yang istimewa. Dan satu-satunya losmen, pada saat itu belum ada losmen seperti losmen melati.
Dulu orang-orang yang berlibur, mencari angin, selalu menginap di losmen itu tak terkecuali orang-orang yang sedang di mabuk asmara. Kurang lebih enam bulan aku bekerja di losmen itu aku dipertemukan dengan seorang wanita keturunan, yang kemudian aku nikahi. Aku selalu bekerja dengan giat untuk bisa membahagiakan istriku dan ayah Ibunya, hingga akhirnya aku berkenalan dengan Mahesa dan Nico, sepasang sahabat dengan gaya hidup glamor dan berfoya-foya. Sebelumnya tidak ada masalah dengan mereka, aku sering di ajak mereka jalan-jalan ditraktir makan, rokok atau apapun itu.
Masalah muncul ketika Orang tua istriku mengidap penyakit yang harus di operasi, aku kebingungan mencari uang hingga akhirnya aku meminjam uang ke mahesa dan nico. Entah itu suatu keberuntungan atau kebodohanku. Tapi usahaku sudah mencapai tahap akhir dan Ayah Ibu istriku tidak dapat ditolong. Hutang menumpuk, tapi dengan tenang aku menjalani hidupku dengan mengembalikan uang mereka satu persatu walau sedikit. Tapi Ketika itu Mahesa dan Nico meminta uangnya kembali dalam jangka waktu yang sebentar dan itu membuat aku kelabakan. Karena hutang terbanyakku ada pada mereka. MAHESA BAJINGAN NICO BAJINGAN!”
Ucapnya berhenti ketika pak koco mengingat kejadian itu, air matanya mengalir sangat deras.
“Pak jika bapak tidak berkenan menceritakan kepada saya, mungkin itu sudah cukup”
Jelasku kepada pak koco, karena aku tidak tega ketika melihat air matanya mengalir.
“Tidak, kamu harus tahu semua mengenai kedua bajingan itu, aku tidak peduli lagi jika kamu marah atau membenciku dengan aku menyebut mereka bajingan”
“Ingat mas, tujuanku adalah untuk menunjukan wajah ayahmu itu agar kamu tidak mengikuti jejak mereka karena aku yakin kau adalah orang baik yang akan membawa mereka masuk dalam kubangan lumpur hufffffffffttth”
Ucapnya dengan kepulan batang dunhill mild baru disulutnya.
“Saya memang ingin mengetahui semua tentang Ayah saya, Mahesa, setelah saya tahu saya tidak akan pernah lagi menghubungi bapak dan saya harap bapak juga tidak membocorkan kepada siapapun mengenai kunjungan saya kerumah ini”
Ucapku dengan senyuman, sebuah tatapan kudapatkan dari pak koco tatapan akan keyakinan yang terus mendorongku untuk mengubah keadaan.
“Baiklah aku lanjutkan”
“Kedua bajingan itu, kemudian menyuruhku hufftttthh ssssshhhh mereka minta istriku untuk melayani mereka, aku tidak setuju dengan ucapan mereka. Ketika itu mereka meminta uang di rumahku. Dan mereka memperkosa istriku di hadapan kedua mataku, dengan tubuh terikat itu aku hanya bisa menangisi semuanya.
Mereka juga merekam adegan pemerkosaan itu dengan tawa masing-masing. Setelah kejadian itu istriku tidak pernah menyalahkanku akan semua itu, dia tetap sayang kepadaku. Tapi itu semua tidak berhenti begitu saja, Nico terus datang dan meminta jatah kepada istriku dengan kasar dengan bertubi-tubi, aku tidak bisa berbuat banyak karena aku pasti di lumpuhkannya terlebih dahulu hingga akhirnya istriku hamil dan melahirkan anak perempuan.
Walaupun sebenarnya aku tidak mempermasalahkan dari mana datangnya anak itu tapi Nico malah membawa pergi mereka berdua, entah dimana mereka. Yang aku ingat tentang istriku, hanya sebuah uluran tangan memohon kepadaku untuk diselamatkan, tapi apa dayaku pada saat itu aku terkapar dengan lumuran darah dari wajahku. Aku sering memohon kepada Nico untuk mempertemukan aku dengan istriku tapi yang aku dapat adalah nihil, tendangan dan makian yang aku dapatkan, kucoba mencarinya tapi tak pernah aku temukan. Rindu kepda istriku masih aku simpan hingga sekarang”
“Dengan berbagai ancaman di daratkan kepadaku mulai dari video akan disebarkan, hutang belum dibayar dan akan dilaporkan polisi akhirnya aku menuruti semua permintaan mereka. Jujur saja aku rindu akan istriku. 4 tahun setelah kejadian itu aku yang sudah menjadi budak mereka mau tidak mau harus menuruti kemauan mereka.
Menjalankan rencana pemerkosaan terhadap anak kepala daerah, Ibumu, dan wanita india itu. Sebenarnya itu adalah rencana sederhana hanya membuat mobil mereka bocor dan menyiapkan kamar yang sesuai dan merekam kejadian itu. Yang paling parah adalah wanita india itu, kudengar dengan samar bagaimana nico memperkosanya dengan brutal hingga menjerit histeris tapi mahesa tidak dia memperkosa Ibumu dengan cepat. Mobil yang mereka kendarai aku yang menambalnya”
Ucapnya terhenti ketika dunhill telah mencapai pada filternya dan menyulutnya lagi.
“Pantas saja tante ima segila itu ketika melakukan seks”
Bathinku.
“Paman mengenai minuman keras itu?”
Tanyaku.
“Ternyata kamu tahu banyak ya, aku tidak tahu siapa yang memberi tahumu, tidak ada minuman keras yang diminum hanya di kumur-kumur saja dan kemudian sedikit di tumpahkan ke baju mereka sebagai tanda mereka mabuk. Kalau kamu tahu cerita itu entah dari siapa, pastinya kamu heran mereka bisa menyetir mobil setelah kejadian itu”
“Kedua wanita itu diperdaya habis-habisan oleh mereka dengan satu tujuan kekayaan. Kamu tahu, Ibumu anak kepala daerah yang berwibawa dan wanita india itu anak dari seorang kepala dinas pemerintahan. Aku tidak tahu menahu tentang tujuan mereka yang aku tahu adalah ketika mereka mengobrol sebelum kejadian yang mereka bicarakan hanyalah uang, uang dan uang”
“Ketika itu wanita india keluar dari losmen terlebih dahulu dan selang beberapa menit, Ibumu. Mereka tampak menangis dan aku hanya memandang mereka dengan tatapan penuh penyesalan. Membantu si bajingan-bajingan itu dengan menolak semua pemesan kamar yang akan menginap waktu itu. Seandainya kamu tahu, di losmen itu tidak ada satupun pengunjung pada hari itu kecuali mereka berdua padahal banyak orang yang memesan kamar di losmen itu”
Jelasnya dengan wajah tertutup sebagian oleh asap dunhill.