Wild Love Episode 16
Malam Larut
Malam larut dalam kegelisahanku di sertai suara burung hantu yang membuat kami kedinginan. Kami akhiri semua percakapan kami, aku di persilahkannya tidur di kamar paling belakang rumah ini. Rumah sederhana terdiri dari ruang tamu, kemudian ruang kumpul keluarga yang lumayan luas di samping ruang keluarga terdapat 2 kamar yang berdekatan.
Keluar dari rumah di bagian belakang ada pekarangan beralaskan tanah, kamar mandi dengan sumur tradisional di sebelah kanannya dan sebuah kamar kosong yang sering digunakan pak roto untuk kamar tamu yang menginap, dulunya itu adalah kamar milik anak lelakinya yang kini sudah tinggal di kota berada di kiri tepatnya di depan kamar mandi itu. Ketika berdiri di tengah-tengah pekarangan atau di antara kamar dan kamar mandi itu kita bisa melihat pemandangan sawah kemudian bukit yang indah.
Pak roto mengantarku ke kamar itu dan meninggalkan aku sendirian. Aku kemudian masuk dan merebahkan diri di kamar yang bersih dari debu ini. Kulihat sekelilingnya tampak sangat bersih, berati kamar ini selalu di bersihkan oleh keluarga ini. Malam semakin larut aku masih tidak dapat tidur, aku menyulut dunhill mildku di luar kamar ini.
Obrolan hangat
Kamar ini memiliki teras kecil di depannya yang beralaskan ubin keramik, tidak begitu luas hanya berukuran 2 x 7 ubin keramik. Tampak rumah pak roto yang sangat sepi, tiba-tiba mbak maya keluar dari rumah menuju kamar mandi. Dia tersenyum kepadaku akupun membalasnya dengan senyuman itu. Setelah dari kamar mandi dia menghampiriku, kami kemudian duduk bersebelahan.
“Belum tidur mas?”
Ucapnya kepadaku dengan wajah putih nan Ayunya itu dihiasi oleh rambut panjang yang di letakan dibahu kanannya.
“Belum mbak”
Ucapku kepada mbak maya.
“Kepikiran besok ya?”
Ucapnya kepadaku hanya aku balas dengan anggukan.
“Dulu itu kakeknya mas Arya, benar kan mas Arya namanya? Tadi saya sedikit nguping”
Ucapnya, aku hanya bisa mengangguk pandanganku tak luput dari tubuh semoknya yang hanya berbalut kaos ketat selengan dengan belahan dada sedikit kebawah, dibagian bawahnya dihiasi rok yang merumbai-rumbai selutut.
Yang membuat aku tidak konsen adalah ketika aku memandang mbak maya, aku memandangnya dari samping jadi sangat terlihat jelas bagaimana tonjolan payudaranya itu.
“Kakek mas Arya, orang yang baik di daerah ini semua warga disini pernah ditolong olehnya, dari dibangunkan rumah, diberi garapan sawahnya bahkan ketika itu ada yang mau nikah saja dia yang membiayai semuanya. Tapi anaknya kelakuannya HEEEHHHH!”
Jelasnya dengan nada sedikit kesal ketika menyebut anak dari kakek, ayahku.
“Maka dari itu mbak, saya mau mencari kebenaran”
Ucapku.
Kami berdua akhirnya terlibat obrolan yang hangat, dari cerita mbak maya aku dapatkan jika suami mbak maya berjualan di daerah tempat tinggalku. Dia hanya pulang dalam 2 minggu sekali. Tak ada pembicaraan ngeres dari mulut kami berdua, tapi jika aku punya pikiran ngeres ya jelaslah. Kami mengakhiri obrolan kami dan kembali ke kamar masing-masing. Aku merebahkan tubuhku tampak sms dari Bu Dian.
Dari : Bu Dian
BBM kamu kok tidak aktif?
To : Bu Dian
Saya lagi dipedalaman bu, tidak ada koneksi data
Ada apa yan Bu? Bisa saya bantu?
Dari : Bu Dian
Kamu itu bagaimana to? kan besok saya mau berangkat persentasi
Tidak di ucapkan semangat atau bagaimana?
Kamu itu tim saya
To : Bu Dian
Aduh Bu maaf
Teruntuk Bu Dian, Dosen terhebatku
Semoga besok perjalanan menuju tempat persentasi di lancarkan
Dan persentasinya juga lancar
Dari : Bu Dian
Telat!
To : Bu Dian
Ya maaf bu, lupa he he he
Lagian Bu Dian kok malah tidak minta ke pacarnya
Malah minta ke saya
Dari : Bu Dian
Ya sudah!
To : Bu Dian
Jangan marah bu, kan saya Cuma bercanda he he he
Dari : Bu Dian
Karena kamu itu satu tim dengan saya seharusnya kamu memberikan semangat kepada satu tim
Bagaimana kamu itu?!
To : Bu Dian
Iya bu besok tidak akan saya ulangi lagi
Dari : Bu Dian
Ya, selamat tidur!