Wild Love Episode 15

Rumah yang sangat elite

Kulihat seorang wanita muda dengan baju tank top warna putih terlihat sedikit belahan dadanya membukakan aku pintu. Wanita dewasa yang mungkin berjarak 5-6 tahun dariku ini mengenakan celana ketat hingga menutupi lututnya. Aku di persilahkan masuk dan duduk di ruang tamunya.

Rumah yang lumayan elite menurutku karena perabotannya kelihatan sangat mahal-mahal. Ruang tamu yang disekat dengan tembok dan di belakang tembok tak tahulah. Aku duduk dan berhadapan dengan Bu Dian. Konsentrasi bisa saja terpecah karena tank top itu tidak menutupi belahan dadanya dan sangat ketat. Aku akhirnya terus menunduk selama berbicara dengannya.

“Maaf, jika kedatangan saya mengganggu waktu istirahat Ibu, saya kesini dengan maksud mengumpulkan tugas dari Bu Dian dan saya sangat memohon kemurahan hati bu dian untuk menerimanya, tolong saya bu jangan diberi nilai E, saya akan lebih rajin lagi”

Ucapku dengan kepala menunduk ke bawah dan memohon kepadanya.

“Ya, saya terima”

“Tapi saya hanya menerima tugas mahasiswa saya yang menghormati orang lain ketika berbicara”

Ucapnya kepadaku dengan nada judes tentunya.

“Maaf saya mohon maaf, bukannya saya tidak ingin mengangkat kepala saya, saya”

Ucapku terpotong.

“Saya, saya apa?”

Potongnya.

“Saya hanya tidak berani bu”

Lanjutku.

“Tidak berani kenapa? Karena saya memakai pakaian seperti ini? ternyata pikiran kamu itu ngeres ya, kamu memang pantas diberi nilai E”

Ucapnya dengan nada judes.

“Tidak bu, saya hanya menghormati Ibu dengan pakaian Ibu, saya hanya tidak berani memandang Ibu terlalu lama, saya hanya takut jika pandangan saya nanti di salah artikan Ibu”

Ucapku kemudian memandang wajah Ayunya yang JUDES!

“Hebat juga kamu, jarang ada laki-laki yang bilang seperti itu ke saya, terus kamu mau menunduk terus dengan tidak menghargai keberadaan saya disini?”

Ucapnya kepadaku.

“Benar-benar gila ini dosen kalau saja dia pacarku mungkin aku sudah… sudah… ah masa bodolah”

Bathinku.

“Bukan begitu bu, jika Ibu berkenan, maukah Ibu memakai kaos lengan panjang saya agar nanti pandangan saya tidak disalah artikan”

Ucapku sembari menyerahkan kaos lengan panjangku yang sebelumnya aku lepas sebelum mengetuk pintu tadi.

Sok pahlawan dan sok jago, memang inilah aku tanpa pikir panjang dan lebar, jika aku telaah lebih kedalam lagi sebenarnya kata-kataku adalah kata-kata yang sedikitnya merendahkan.

“Kamu benar-benar melecehkan saya dengan kamu berbicara seperti ini kepada saya”

“Lebih baik kamu pulang dan ulangi mata kuliah saya tahun depan!”

Ucapnya sedikit membentak, yang akhirnya membuatku berpikir daripada mataku jelalatan.

Sesuatu yang membuatku penasaran

kenapa? karena aku pernah melihat isi dari BH wanita secara langsung yang membuat aku kadang melihat bagian kepunyaan wanita.

Aku tidak ingin di anggap melecehkan siapapun karena pada dasarnya aku bukanlah seorang maniak seperti Rahman yang kadang terang-terangan menikmati tonjolan dada seorang wanita, ingat aku bukan seorang yang suka melecehkan wanita. Aku hanya berpegang pada prinsipku untuk menghargai seorang wanita karena kadang ketika aku pinjam tugas ke kos temanku yang cewek, aku selalu menyuruh mereka memakai baju tertutup ketika bertemu.

“Baik bu, saya akan mengulangi tahun depan, saya mohon maaf atas kelancangan saya malam ini, semoga tahun depan saya bisa lebih rajin dan tekun dalam mengikuti kuliah bu dian”

“Saya mohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan dari kata-kata saya dan saya mohon pamit bu”

Ucapku yang kemudian bangkit dan mengulurkan tangaku untuk bersalaman tanda perpisahan. Bu Dian kemudian menjabat tanganku dan menarikku untuk duduk kembali.

“Duduk”

“Aku tidak menyangka kamu bisa mengorbankan kuliah kamu hanya permasalahan pakaian seperti ini, bukannya semua laki-laki itu sama kan? Suka dengan cewek yang berpakaian minim seperti ini, apalagi telanjang di hadapannya?”

Ucapnya, yang kemudian aku duduk dengan kepala masih tertunduk.

“Saya bukan bagian dari mereka”

Ucapku singkat.

“Aku hargai itu semua, berikan kaos lengan panjang kamu!”

Ucap Ibu dian, kemudian aku menyerahkannya, Bu Dian kemudian memakainya di hadapanku walau aku tak melihatnya.

“Sudah kamu boleh mengangkat kepalamu”

Ucap bu dian, aku pun kemudian mengangkat kepalaku dan memandangnya. Seorang wanita dengan pakian kedodoran dan rambut hitam panjang yang tergerai di bahu kanannya

“Cantik sekali”

Ucapku lirih dan ternyata Bu Dian mendengarnya.

“Apa kamu bilang apa?”

Ucap Bu Dian.

“Tidak bu tidak”

Jawabku sambil tersenyum.

“Kamu mencoba merayuku?”

Ucapnya masih dengan wajah judes.

“Tidak bu tidak tidak saya tidak beraniiii, maafkan saya jika saya salah bicara”

Ucapku memohon maaf.

“Jadi saya jelek gitu?”

Ucapnya kembali.

“Tidak bu tidaaaaaak, Ibu cantik”

Ucapku kembali.

“Ooooo merayuku lagi, mau nilai E”

Ucapnya.

“Bu saya harus menjawab apa bu? Tolonglah saya”

Ucapku dengan wajah memelas.

“kamu itu lucu sekali”

Tawanya dengan salah satu tangannya menutupi mulutnya hingga kepalanya menunduk.

Akhirnya kami terlibat sebuah percakapan hangat hingga pukul 20:30, Bu Dian pun menerima tugasku dan berjanji akan mengembalikan kaos lengan panjangku jikalau ingat. Ya walaupun tidak ingat aku tetap tidak akan memintanya kembali dan akhirnya aku pamitan pulang dengan di antar Bu Dian hingga di depan gerbang rumahnya beserta senyuman manisnya. Perjalanan jauh aku tempuh hingga dirumah kembali, kutemukan Ibu yang tampak santai menghadapi kemarahan Ayah. Dan Ayah yang seperti orang kebingungan terlihat Ayah mengetik pesan.

Wild Love Episode 15 - Royal Win Indonesia Entertainment Gambar 15.9
Wild Love Episode 15 – Royal Win Indonesia Entertainment Gambar 15.9
Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

You may also like...