Wild Love Episode 15
Memeluk Ibu
“Ibu mau kemana?”
Ucapku.
“Nyiapin sarapan, kan kamu kuliah?”
Ucap Ibu, sembari membetet sebentar hidungku.
“Bu besok lagi jangan begini, Arya tidak tega jika sama Ibu, Arya merasa bersalah dan Arya tidak suka”
Ucapku, Ibu kemudian melihatku dengan tatapan sayangnya.
“Iya maafkan Ibu ya, buat kamu merasa seperti itu, Ibu Cuma pengen buat kamu seneng saja tidak ada yang lain, kan Ibu sudah janji akan memberikan lebih”
Ucap Ibu, ku anggukan kepalaku dengan sedikit mengangkat tubuhku ku kecup bibirnya.
“Bu, Arya pengen nyusu Kebayanya di lepas semua”
Pintaku, yang kemudian dituruti Ibu.
Ibu kemudian melepaskan semua pakaiannya dan melap spermaku yang masih menetes serta cairan dari vaginanya dengan jaritnya. Terpampanglah tubuh telanjang wanita yang selalu aku sayangi, putih bersih, susu kencang dan sekal, rambut di kucir gelung, tubuh yang langsing dan wajah ayu nan menentramkan. Segera aku majukan kepalaku dan duduk di pinggir tempat tidurku, langsung kupeluk Ibu yang berdiri itu dan ku kulum bergantian puting susunya.
“Mulai besokhhh kalau tidak ada Mahesa panggil Ibu, cinta”
Ucapnya manja sambil memelukku dan mengelus kepalaku.
“Iya bu”
Jawabku yang kemudian melanjutkan kembali menyusu kedada Ibuku.
Lama kami melakukannya hingga akhirnya kami sudahi, aku mandi dan Ibu mulai menyiapkan makan pagi. Aku kemudian segera menyiapkan semua keperluan kuliahku dengan secepatnya karena waktu menunjukan pukul 06.15. Aku turun dan sudah kutemukan Ibu dalam keadaan rapi dengan t-shirt ketat sesiku dan rok selututnya.
Rahman mengobrol dengan berjuta pertanyaan
Kami sedikit bercengkrama, hingga aku pamit untuk berangkat kuliah dengan uang saku ciuman mesra darinya. Seperti biasa aku sampai di kampus, bertemu rahman mengobrol sebentar dengan berjuta pertanyaan kusimpan dalam hatiku. Aku kemudian melangkah bersama Rahman menuju ke ruang kuliah. Yupz 08.30 kuliah di mulai, Ibu dian masuk dan memulai kuliah, seperti biasa suasana yang ramai kini berubah menjadi suasana layaknya sebuah kuburan kuno dalam cerita yoko dan bibi lung.
Bu Dian kemudian meminta semua mahasiswa untuk mengumpulkan tugas, semua mahasiswa mengumpulkan tugasnya kecuali aku. Aku mengobrak-abrik semua isi tasku dan tak ada tugasku, kuingat dan kuingat kembali. Sial ternyata ketika aku mengambil telepon cerdasku semalam aku mengeluarkan isi tasku dan aku lupa memasukan isinya ketika aku berangkat tadi. Rahman yang tahu itu hanya menggeleng-gelengkan kepala dan menggerakan bahunya ke atas.
Ibu, Ibu haduuuuuuuh. Aku kemudian menuju ke meja dosen dan mengatakan bahwa tugasku tertinggal. Dengan tatapan yang sangat tajam dan judesnya yang keluar akhirnya aku di suruh keluar ruangan, tidak di perbolehkan untuk mengikuti kuliahnya. E E E E E E E E E huruf itu seakan-akan berputar-putar di sekitar kepalaku yang berjongkok di samping pintu masuk ruang kuliahku. Hingga perkuliahan usai, Bu Dian keluar ruang kuliahku dan mengacuhkan aku. Aku terus mengejarnya dan memohon kepadanya agar aku bisa menebus kesalahhanku.
“Maaf saya sibuk jika harus menunggu tugas kamu sampai nanti sore”
Ucapnya sambil berlalu, aku tidak menyerah tanpa berpikir panjang aku langsung mengejarnya.
“Bu, akan saya kumpulkan ke rumah Ibu, saya mohon bu”
Ucapku sambil membungkukan tubuhku dihadapannya, Bu Dian hanya berlalu melewatiku, aku terus mengejarnya dan mengejarnya, hingga.
“Oke saya tunggu nanti malam jam 7 malam, ingat jam 7 malam, lebih 1 detik saya tidak akan menerima tugasmu dan nilai kamu E”
Ucap Bu Dian dengan nada judesnya, aku mengiyakannya.
“Maaf sebelumnya bu, Boleh saya meminta nomor HP Ibu, jika nanti saya kesasar Bu?”
Ucapku.
“Kamu lihat alamat saya di data jurusan, memangnya kamu tidak punya mata?”
Kata-kata pedas sepedas cabai setan menghujam mukaku.
“Iya bu, maaf, jika Ibu tidak keberatan memberikan nomor HP Ibu langsung”
Ucapku dengan wajah takutku dan menunduk kebawah.
“Dasar mahasiswa tidak tahu etika”
Kata-kata pedas yang aku dapatkan sekarang menusuk jantungku.
“andai saja dia bukan dosenku mungkin sudah aku gampar itu mulut, dosen judes buuanget”
Bathinku.
Ayah dalang dari semua ini
Kemudian Bu dian memberikan nomornya kepadaku dan aku pun membungkukan badanku serta mengucapkan kata-kata terima kasih berulang-ulang yang sama sekali tidak di gubrisnya. Aku kemudian menemui Rahman, Rahman hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil menyemangatiku.
Akhirnya dengan cepat aku pulang ke rumah, tampak mobil Ayah berada di rumah. Aku masuk kerumah, suasana rumah kembali mencekam Ayah yang biasanya jarang pulang sekarang pulang lebih awal. Ibu kemudian menyambutku dan memberitahukan kepadaku tentang pembicaraan-pembicaraan tentang seseorang berinisial KS. Aku terkejut mendengar itu, berarti memang Ayah adalah dalang dari semua itu, tapi bagaimana caraku membuktikannya.
Di hari ini pun Ibu tidak berani menemaniku di dalam kamar karena Ayah sedang berwajah garang dan menakutkan. Aku kemudian masuk ke kamar, mencari tugas dari Bu Dian yang tertinggal dan ketemu. Ku kunci pintu kamarku, kemudian ku ambil telepon cerdas temuanku. Kunyalakan, tak lama setelah kunyalakan telepon cerdas itu. Bunyi notifikasi dari BBM.
Terlihat notifikasi pesan di bagian atas Mahesa di ikuti sebuah pesan Siapapun kamu segeralah serahkan telepon cerdas ini kepadaku, akan aku ku beri hadiah uang sesuai keinginanku. Segera aku matikan telepon itu dan aku simpan kembali. bunyi notifikasi sms-ku. Sms dari Ibu, Ibu mengatakan kepadaku bahwa untuk saat ini sampai waktu yang tidak ditentukan aku tidak boleh mendekati Ibu seperti pada hari-hari sebelumnya karena Ayah sedang dalam kondisi puncak kemarahannya, dan menyuruhku menunggu agar Ibu yang mencari situasi terbaik untuk berdua denganku.