Wild Love Episode 15
Heningnya suasana
Hening sesaat suasana kamar ini, tampak suara hewan malam mulai terdengar dari luar rumah ini. Ibu mulai menghela nafas panjang, dan memandangku dengan penuh kasih sayang. Tangannya yang satu memegang pergelangan tanganku dan yang satunya lagi memegang pipiku di sertai elusan-elusan halus.
“Nak, Maafkan Ibu”
“Ibu cemburu ketika kamu bilang kamu melakukannya dengan sahabat Ibu, dan Ibu tidak marah mengenai tali itu ataupun masalah tante ima punya hubungan dengan pamanmu”
“Yang Ibu takutkan adalah Ima mengambil kamu dari Ibu”
Ucapnya.
“Tidak bu, tidak akan, kan Arya lebih sering bareng Ibu bukan sama tante ima”
ucapku dengan senyuman nakal.
“Iya deh, besok lagi kalau mau gituan sama tante ima harus seijin Ibu, gak boleh terusan”
“Ibu perbolehkan tapi dengan syarat kamu harus cerita penuh dari awal hingga akhir”
Ucapnya kemudian memelukku dan menyandarkan kepalanya didadaku dengan sedikit senyuman terukir di bibirnya.
“Walau sebenarnya Ibu sangat cemburu kecuali jika kamu jalan dengan calon istri kamu, Ibu mungkin akan ikhlas”
Lanjutnya lirih.
“Apa saja yang diceritakan Ima kepadamu? Dan juga tentang hidupnya ketika berada di luar daerah”
Tanya Ibu.
Dengan memeluk Ibuku, dan mengelus-elus kepalanya disertai kecupan-kecupa mesra di ubun-ubunnya. Aku mulai menceritakan semua tentang tante ima, dari kehidupannya yang terkekang dan perjalanan kelam mengenai kehidupannya.
Dari suaminya yang membawa wanita lain hingga persahabatan menakutkan antara Ayah dan Om Nico. Ibu mendengarnya dengan seksama dan tampak pelukan erat Ibu pada tubuhku mengisyaratkan kekhawatirannya terhadap sahabatnya.
“Mungkin Ibu harus bicara dengan Ima? Dan Mungkin Ibu juga harus berbagi kekasih dengan Ima”
“Tapi bagian Ibu 99,99%!”
Ucap Ibu dengan senyumannya sembari bangkit dari pelukan dan berpinggang kearahku.
Aku hanya tersenyum dan mengiyakan. Aku bangkit dan ku ambil telepon cerdasku di dalam tas yang berada dikamarku serta mengambil nomor tante ima, kemudian aku sms tante ima. Kutanyakan kepadanya apakah rahman sudah tidur dan keberadaan om Nico. Tante Ima menjelaskan kalau om nico pergi keluar dan Rahman juga sedang nongkrong di nasi kucing tidak jauh dari rumahnya. Kemudian aku telepon tante ima ketika aku sudah berada di samping Ibu, di dalam kamarnya.
“Halo”
Terdengar suara wanita dari telepon cerdasku.
“Halo tante, langsung saja tante, ada yang mau bicara dengan tante”
Ucapku, kuberikan telepon cerdasku kepada Ibu.
Mengobrol panjang
Terlihatlah guratan kebahagiaan di wajah Ibu, dan setiap tutur kata yang terlontar dari mulut Ibu kembali menjad kata-kata gaul pada masanya. Mereka kelihatan bersendau gurau dan aku hanya melihat Ibu dengan senyuman karena mungkin Ibu sangat merindukan sahabatnya.
Ibu kemudian menceritakan setiap detail kehidupannya dari awal hingga akhir, tampak pula tante ima bercerita mengenai dirinya dari awal hingga akhir. Ketika Ibu bercerita dengan tante ima dengan sangat manja Ibu bersandar di tubuhku, sambil berbicara aku hanya mampu menciumi kepalanya dan memeluknya dengan hangat.
Ibu masih terus mengobrol dengan tante ima dan tidak lupa Ibu memberikan kecupan-kecupan mesra kepadaku setiap kali ada jeda pembicaraan. Dan itu memang berlangsung sangat lama kurang lebih satu jam, untung saja nomor tante ima sama operatornya dan nomorku sudah aku paketkan untuk telepon hemat.
“Apakah kita bisa bertemu ma?”
Ucap Ibuku.
“Jangan, jangan sekarang, kelihatanya mereka berdua sedang dalam kondisi buruk, aku tadi mendengar percakapan mereka, nico berbicara di telepon mengenai pembunuhan, tapi tidak jelas, kalau suasana sudah reda, kita pasti akan bertemu pit”
Ucap tante Ima.
“Berarti apa yang kamu dengar sama dengan yang aku dengar ma, tadi mahesa juga berbicara seperti itu, kelihatanya kita tidak akan bebas jika mereka masih hidup”
“Bilangkan ke arya untuk tidak mendekati ayahnya walau sejengkal masalah antara mereka, itu berbahaya karena takutnya Arya terbawa emosi dari cerita yang dia dengar dariku”
“Iya ma, ntar aku akan bilangkan ke arya, aku sebenere kangen ma kamu, kangen buanget”
“Aku juga pit, kangen banget sama kamu”
“Kangen sama aku apa sama mas andi”
“Ya kamu to pit masa sama mas kamu”
“Udahlah Arya dah cerita semua tentang kamu ma mas andi kok”
“Semua?”
“Ya semua, tentang kehidupan kamu, pacaran sama mas andi, emangnya ada lagi?”
“Enggak ya itu saja sich mmmm maaf ya pit kalau aku dulu pacaran ma kakakmu, nggak ngomong ma kamu lagi, backstreet lagi, karena takutnya kamu ndak setuju”
“Sebenarnya nggak papa seandainya aku dulu tahu, kamunya aja yang terlalu takut”
Percakapan mereka nampaknya mulai serius membahas paman, ini dapat aku ketahui karena Ibu kemudian beranjak pergi meninggalkan aku di kamar.
Hingga percakapan itu akhirnya menuju ujung waktu, percakapan yang jika tidak di hentikan oleh baterai hampir habis mungkin tak akan ada habisnya. Setelah mengucapkan salam perpisahan mereka menutup telepon masing. Ibu memberikan telepon cerdasnya kepadaku.