Wild Love Episode 14
Tangisan dari sahabat ibuku
Terdengar suara tangisnya semakin keras dan semakin menjadi-jadi. Kuangkat wajahnya dengan tangan kiriku tepat di dagunya. Aku pun tersenyum, kemudian aku cium keningnya dan kemudian aku cium bibir manisnya dengan maksud menenangkannya.
“Ini salah salah hiks hiks hiks”
Ucapnya sembari memundurkan tubuhnya untuk lepas dari pelukanku.
“Aku dulu yang membuat Ibumu hancur, sekarang aku menghancurkanmu dengan persetubuhan ini”
Ucap Ibu Rahman dengan isak tangis yang tak henti-hentinya mengucurkan air mata.
“Aku tak pantas menjadi sahabat Ibumu lagi”
Ucapnya dengan tangis semakin keras, kutarik tubuhnya dan kupeluk lebih erat lagi.
“Tante sebenarnya Ibu sangat merindukan tante, hanya saja tante tidak pernah mengabari Ibu”
“Sampai sekarang pun, Ibu masih mengharapkan kehadiran tante”
Ucapku menenangkannya.
“Benarkah?”
Tanyanya kepadaku sembari mengangkat kepalanya kepadaku dengan mata penuh linangan air mata.
“Iya tante percayalah pada Arya”
Tegasku.
“Tapi aku dulu pernah membantu Ayahmu untuk memperkosa Ibumu, sekarang aku menyetubuhi anak dari sahabatku, kesalahan ini tak bisa di ampuni”
Ucapnya kepadaku, aku memandangnya dengan senyuman manisku untuk menenangkan hati tante.
“Aku harap kamu tidak memberitahukan hal ini kepada Ibumu?”
Sambil bangkit dari tubuhku dan duduk tante mengusap air matanya.
“Iya Tanteeee”
Jawabku sedikit manja kepda tante, tante kemudian memandangku dengan penuh perasaan sayangnya. Di angkatnya tangan kirinya dan mengusap lembut pipiku.
“Tante, apakah tante adalah sahabat Ibu yang bernama Karima, Ima?”
Tanyaku.
“Iya, dia satu-satunya orang yang memanggilku dengan nama Ima, itu adalah panggilan sayang Ibumu kepadaku dan aku memanggilnya dengan nama Pita”
Jawab tante sedikit sesengukan.
“Bolehkah aku memanggil Tante dengan nama Tante Ima”
Tanyaku.
“Tentu saja boleh tak ada yang tahu nama kecil itu kecuali Ibu kamu dan kamu. Om saja memanggil tante dengan nama arima”
Jawab tante yang kemudian tersenyum kepadaku, akhirnya tersenyum juga tante Ima.
“Mungkin akan sampai pagi kita akan berbicara”
Ucapnya sambil menoleh ke arahku dengan senyumannya dan sisa-sisa air mata yang mengalir dari matanya.
“Bagaimana kabar Ibumu? Tante kangen”
Tanya tante.
“Baik tante, Ibu juga kangen tante”
Jawabku, kami berbincang-bincang banyak walaupun dengan tubuh telanjang, aku masih bisa mengikuti setiap percakapan-percakapan dengan tante.
“Kamu mirip sekali dengannya, dengan pacar tante”
Ucapnya tiba-tiba, kemudian dia ambil kembali dua gelas air putih itu dan diberikannya salah satunya kepadaku.
“Memang pacar tante siapa dulu”
Jawabku sambil Ku teguk segelas air putih itu.
“Andi, Andi Pitawarno Sucipto, Paman kamu”
Ucapnya setelah setengah isi gelas dia teguk.
“Paman??”
Jawabku yang tersedak karena kaget.
“Iya tante diam-diam menjalin hubungan dengan paman kamu tanpa sepengetahuan Ibumu”
“Sebenarnya Paman dan tante sudah memutuskan untuk menikah ketika tante lulus, tapi itulah yang terjadi”
“Oia jujur saja, dimasa mudanya paman kamu masih kalah ganteng dan perkasa ketimbang kamu Ar”
Ucapnya sedikit mengalihkan pembicaraan.
Aku melihat tante terlihat lebih bahagia ketika menceritakan tentang Ibu dan Paman. Bagaimana kehidupan tante yang sebenarnya akupun tak pernah mengetahuinya. Ingin rasanya aku mengorek lebih dalam lagi. Aku kemudian bangkit dari dudukku, kudekati tante dan ku gendong.
“Apaan sich kamu Ar?”
Teriak tante yang terkejut dengan perlakuanku. Ku dudukan tante di sofa dan aku duduk disampingnya dan menghadap ke arahnya
“Kamu masih ingin lagi Ar? Tante harap kita cukup sampai disini saja”
Ucapnya.
“Iya terserah tante tapi tante jangan melirik ke arah dedek arya terus dong”
Ucapku menggodanya.
“Kamu pernah melakukannya kan sebelum ini?”
Ucap tante dengan tangan kirinya mengelus lembut dedek arya yang sedari tadi sebenarnya selalu ON FIRE!
“Aduh gila, kalau aku bilang aku pernah melakukan dengan Ibu bisa celaka 1 juta”
Bathinku.
“Pernah tan, dengan ada lah pokoknya”
Jawabku singkat.
“Mulai besok jangan main dengan sembarang cewek Ar, tante siap kapanpun kamu mau, tante takut kamu nanti kena penyakit”
Jawab tante.
“Katanya tadi cukup kok nawari tan?”
Ucapku nakal.
“tante bisa menahan tapi karena kamu mirip sama paman kamu yang buat tante tidak bisa tahan Arya sayang”
Ucapnya dengan senyum mengembang di bibirnya.
“Iya tanteku sayang”
Jawabku, kemudian tante mengecup bibirku dan kupeluk erat tante.