Wild Love Episode 14
Tante yang terus meminta lebih
“Masih bolehkah tante merasakan ini semua sayang?”
Tanyanya ketika ciuman kami terlepas, kujawab dengan anggukan kecil.
Tampak senyuman terlukis dari wajahnya dan langsung di daratkannya ciuman ke bibirku kembali.
“Terima kasih sayangku, sudah menjadi kekasihku dan kesayangakku”
Ucap tante ima kepadaku. Terlukis kebahagiaan di wajahnya, kemudian dengan sisa tenaganya dia bangkit.
“Bersih-bersih yuk takut mereka bangun”
Ajaknya, kemudian tante mengajakku mandi bersama.
Karena lelahku aku menolaknya, karena takut akan ada ronde selanjutnya sedangkan tubuhku sudah tidak kuat lagi. Dedek arya pun sudah mengeluh untuk minta beristirahat.
Akhirnya aku memunguti pakaianku dan kubawa ke kamar Rahman, dan tante kembali ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Aku mandi di kamar mandi Rahman sekilas kulihat Rahman dengan posisi yang tidur tengkurap sejak awal aku tinggalkan nyenyak dalam tidurnya. Setelah bersih aku mendekat Rahman.
“Kang. Maafkan aku”
Ucapku lirih di telinganya.
Aku kemudian terlelap dalam tidurku dan mimpiku. Mimpi di mana aku berharap aku bisa melakukannya dengan Ibuku. aku benar-benar kangen dengan Ibuku. ah ibu apa kabarmu di sana.
Di suatu Rumah mantan kepala daerah, di dalam sebuah kamar yang dulu menadi kamar seorang gadis nan ayu. Gadis itu kini telah tumbuh dewasa menjadi wanita yang mempunyai anak laki-laki gagah. Di dalam kamar itu tampak wanita rebah di atas kasurnya belum bisa memejamkan matanya. Mungkin karena panggilan hati dari anaknya yang selalu rindu dengannya.
“Arya”
Ucapnya lirih dalam tidurnya.
“Ibu kangen”
Lanjutnya, yang kemudian dicobanya untuk memejamkan mata berharap akan bertemu dengan lelakinya itu.
Menjelang pagi
Pagi menjelang aku pun terbangun dengan badanku serasa pegal semua. Kulihat Rahman masih asyik dalam tidurnya, sebenarnya berapa dosis yang di berikan oleh tante ima kepadanya. Ingin aku berjalan kebawah tapi takutnya akan ada ronde selanjutnya dan ini yang membuat aku merasa bersalah kepada Ibu.
Aku hanya duduk di kamar, kulihat jam menunjukan pukul 10.00 dan Rahman belum bangun. Kusulut dunhill-ku dan kuminum minuman yang berada di meja belajar Rahman Minuman? Ah berarti tante ima sudah bangun. Akhirnya aku melangkah kebawah, kulihat tante ima dengan wajah bahagianya walau ada sedikit guratan kantuk di wajahnya menyambutku dengan senyumannya. Langsung di peluknya aku dan dikecupnya bibirku.
Di peluknya erat tubuhku dan kubalas dengan pelukanku, walau agak sulit karena satu tanganku memegang dunhillku. Wajah khas indianya dengan dress terusan hingga lutut yang juga menutupi sepanjang lengan tangannya. Dress yang tertutup tak menampakan belahan dadanya. Kami mengobrol secukupnya dan aku kembali kamar, kubangunkan Rahman.
Akhirnya dia bangun dan tampak kudengar om juga bangun. Apakah mereka curiga? Ternyata rahman sendiri mengaku kepadaku kalau dia habis 4 ronde dengan cewek-cewek kampus dan pacarnya. Jadi dia sendiri yang membenarkan dirinya jika terlalu lelah padahal dia di racun oleh Ibunya.