Wild Love Episode 13
Ibu dan anak saling meledek
Aku hanya bisa tertawa ketika Ibu dan anak ini saling meledek apalagi kalau sudah ada pertengkaran kecil. Ibu Rahman kemudian meninggalkan kamar kami, ku minum teguk demi teguk minuman dari Ibu Rahman, begitu pula dengan Rahman selama permainan.
Lama kami bermain, Hingga minuman habis, dan berbatang-batang rokok menumpuk di asbak. Kurasakan dalam tubuh ini terasa panas, kulihat Rahman sudah tengkurap dan tertidur pulas. Aku masih bingung dengan keadaanku, sama sekali tidak mengantuk tetapi kenapa Rahman dengan mudah tidur. Kulihat jam dinding menunjukan pukul 23.30
“Nak Arya”
Teriak Ibu Rahman dari lantai bawah.
“Tolong Tante sebentar, ini TV bawah kok tidak bisa menyala”
Teriaknya kembali, malam sekali tante tidur biasanya jam segini sudah tidur.
“Iya tante aku turun kebawah”
Ucapku, kemudian melangkah ke bawah dengan menahan panas dalam tubuh ini.
Ketika di bawah aku melihat tante dengan pandangan berbeda, padahal pakaian yang di kenakannya adalah pakaian yang sama ketika aku datang tadi. Pikiran ngeres sering muncul ketika aku berhadapan dengan tante malam ini. Ku dekati televisi kemudian aku cari penyebab kenapa Televisi ini tidak mau menyala, sepele kabel belum di colokan ke dalam stop kontak.
Aku yang semakin memikirkan hal tidak-tidak kepada ibu dari sahabatku
“Tante ini sudah”
“Cuma kabelnya saja belum nyolok ke stop kontak, mungkin ke cabut tante”
Jelasku kepada tante.
“Masa iya?”
Ucap tante sembari mendekatkan tubuhnya, kedua susu tante menempel pada lengan kananku, semakin berdesir darah ini, sial bagaimana bisa aku berpikir ngeres ke Ibu temanku sendiri.
“Oya sudah terima kasih ya, ni Tante buatin minuman hangat diminum dulu”
Ucap tante.
“Iya tante”
Ucapku tak kuasa aku menolak, kami berdua duduk bersebelahan di depan televisi.
Tampak tante membuka percakapan untuk mengobrol denganku tapi panasnya tubuh ini membuat aku tidak bisa berkonsentrasi dengan apa yang Ibu Rahman bicarakan. Aku menoleh kearah Ibu Rahman mencoba untuk mendengarkan yang tante bicarakan, Semakin lama semakin menjadi semakin lama aku hanya fokusku bukan pada wajah tante melainkan pada susu tante.
“Arya Tante ingin kamu”
Tiba-tiba tante berbisik di telingaku, aku tidak mengira akan mendengar hal seperti itu.
Tante memelukku kemudian di daratkannya bibir indahnya ke bibirku, lidahnya mula memaksa masuk ke dalam mulutku. Aku yang sudah panas sejak tadi juga tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kubuka mulutku dan kami berciuman layaknya sepasang kekasih yang haus akan belaian. Kupeluk tante dengan erat, dan kukulum bibir tante dengan penuh nafsu. Walaupun bayangan Rahman hinggap dalam pikiranku tapi tubuhku tak bisa berhenti untuk menolak semua ini.
“Kang Rahman sahabatku, maafkan aku”
Bathinku.
Ciuman hangat
Ciuman tante kemudian turun keleherku, aku yang duduk di sofa depan di TV hanya bisa mendesah atas perlakuan tante. Kuarahkan kedua telapak tanganku menuju ke susu tante kuremas dan kuremas, ah tampak besar, posisi tante sekarang adalah berlutut dihadapanku dengan masih menciumi leherku. Tiba-tiba tante melepaskan kaos yang aku kenakan, poloslah dadaku yang bidang ini.
Tante menjilati ke dua pentil di dadaku dengan penuh nafsu secara bergantian. Jilatannya kemudian berpindah ditengah-tengah dada turun-turun dan kemudian tepat dipusarku tante mencoba melepaskan celanaku dengan kedua tangannya. Dengan sedikit bantuanku akhirnya lepaslah celana dan celana dalamku.
“Kenapa tante?”
Ucapku dengan nafas yang tidak beraturan karena panas tubuh ini.
“Besar sekali sayang bahkan lebih besar dari punya om”
Ucap Ibu Rahman yang kemudian mengulum dedek arya
Menyedotnya dengan sangat kuat bahkan jika dibandingkan dengan Ibu, Ibu masih kalah jauh mungkin karena Ibu Rahman sudah sering melakukannya dengan om.