Wild Love Episode 13
Suasana menjadi ramai
Suasana menjadi ramai di dalam dapur, Ibu nampak kewalahan mengahdangi tante dan bu dhe ku. Hingga semua telah selesai dan kami kembali menuju dapur. Ibu kembali ke ruang keluarga terlebih dahulu, di susul tante dan bu dhe yang berjalan melewatiku.
“Seneng deh punya keponakan ganteng kaya kamu”
Bisik tante sambil mencubit pipiku.
“Gemesssss”
Ucap bu dhe sambil mencubit pipiku juga.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika mereka melakukan hal itu, wajar juga Tante dan Bu dhe masih terlihat muda jadi ya suka sok gaul kalau sama aku, gitu deh. Ku jalani hari ini dengan penuh kebahagiaan dan penuh kesenangan terutama adalah bermain dengan adik-adikku ya karena aku memang selalu membayangkan mempunyai seorang adik tapi dari penuturan Ibu, Ayah tidak ingin menambah momongan.
Waktu tak terasa sudah pukul 12.30, aku pamit izin ke pada kakek dan nenek tak lupa pula kepada Pak dhe, Ibu, dan tante untuk menginap di rumah teman sekaligus sahabatku, Rahman. Perjalanan cukup jauh aku tempuh, dan sudah hal biasa bagiku karena memang keseharian aku kuliah dengan jarak yang cukup jauh pula. Hingga akhirnya aku sampai di rumah Rahman.
Menginap di rumah teman
Ku tekan bel pintu gerbang rumah Rahman. Keluarlah seorang wanita keturunan India yang cantik dan berkulit putih, Ibu Rahman yang selalu aku panggil Tante karena selama ini aku tidak pernah tahu nama Ibu Rahman walaupun aku sering bermain atau bahkan menginap di Rumah Rahman semenjak semester 3 lalu.
“Oh nak Arya, masuk nak”
Ucap Ibu Rahman sembari membukakan pintu gerbang.
Ku papah REVI sibodi montok dengan perlahan, ya aku tahu dia kelelahan karena telah melayaniku selama perjalanan menuju Rumah Rahman. Setelah aku parkir di dalam garasi rumah Rahman, kemudian aku berjalan berdampingan dengan Ibu Rahman menuju ke dalam rumah.
“Ada acara apa ini?”
Tanya Ibu Rahman.
“Ini tante, mau mengerjakan tugas, kemarin Rahman memaksa aku untuk main kesini tante”
Jelasku kepada Ibu Rahman.
“Pasti, Rahman mendapat kesulitan ya dengan tugas kuliahnya? Anak itu memang jarang mau belajar, padahal Ibunya dulu waktu kuliah selalu mendapat IP di atas 3,5. Mungkin nurun dari Ayahnya”
Jelas tante sembari membukakan pintu dan kami masuk.
“Ah ya enggak tante, Rahman Rajin kok belajarnya”
Ucapku sedikit membela Rahman.
“Rajin???? Rajin memerawani cewek-cewek kampus iya tante”
Bathinku.
“Tante itu lebih tahu daripada kamu, kalau dia sudah dirumah ngegaaaame mulu, tante sampai menyerah kasih tahu dia, Huft!”
Ucap tante dengan sedikit emosi sembar berjalan menuju ruang tengah.
“Mami itu apaan sich, aku kan anak Rajin, tul gak Ar?”
Ucap Rahman dari atas yang sedang menuruni tangga menyambutku.
“Yoi kang!”
Jawabku sederhana.
“Ayo langsung masuk aja ente ke kamar kita belajar”
Ucap Rahman dengan gaya sok pintarnya.
“Ya biar istirahat dulu si Aryanya kan kasihan baru saja sampai”
Ucap Ibu.
“Ya deh Arya sahabatku, silahkan istirahat dulu, bubu dulu di kamarku tidak apa-apa kok”
Ucap Rahman sok manis.
“Naaaah ini tante, kelihatan sekarang batang hidungnya ini Rahman kalau di kampus suka goda cewek dengan nada sok imut ini tante”
Balasku meledek Rahman.
“Oooo lebih mentingin cewek daripada kuliah ya?”
Ucap tante dengan tangan berpinggang dan mata mendelik ke arah kami.
“Lari Broo akan ada bom nuklir”
Ucap rahman yang kemudian menarikku ke atas menuju kamarnya, kulihat Ibu Rahman hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil mengelus dada.
Ya walaupun sedikit marah Ibu Rahman ini tetap kelihatan guratan-guratan kecantikannya. Wanita keturunan India, dengan kulit putih tinggi hampir sama dengan Ibu dan ukuran susunya ah aku tidak tahu, megang saja belum.