Wild Love Episode 13
Seperti melihat perebutan kekuasaan
Layaknya rimba hutan, di butuhkan penguasa yang mampu memberi rasa takut kepada penduduk rimba. Bedanya, hewan lebih hebat seekor hewan dapat berkuasa dengan kekuatannya sendiri tetapi manusia memanfaatkan uang untuk menghancurkan pesaingnya. Jika dipikir tidak akan ada habisnya. Yang aku tahu seperti kata Ibuku, manusia adalah tempat untuk berbagi, saling menyayangi dan menghormati tanpa harus melihat perbedaan.
Ahhh kenapa aku risau akan semua ini? yang terpenting aku harus bisa memposisikan diriku untuk bisa selalu diterima oleh masyarakat sekitar, tak akan kupedulikan apa kata orang. Intinya adalah aku harus bisa bersosialisasi dengan semua lapisan masyarakat. Hei? Kenapa aku seperti negarawan saja.
Bunyi panggilan pada telepon cerdasku. Kulihat nama Ibu tertera pada layar telepon cerdasku, segera kuangkat.
“Sugeng Siang Ibu, bagaimana kabarnya?”
Ucapku kepada Ibu di telepon.
“Iya Arya sayang kamu tidur dirumah kakek saja ya, Rumah kamu kunci semua saja daripada kamu tidur sendirian di rumah”
“Bawa juga pakaian secukupnya ya, biar nanti kalau mau ke rumah teman kamu itu bisa langsung dari sini”
Ucap Ibu dari dalam telepon cerdasku.
“Arya tidur di rumah saja bu”
Jawabku pendek.
“Apa ndak kangen Ibu to? Pokoknya ya kamu kesini titik”
Jawab Ibu sedikit membentak dari dalam telepon.
“Kangen iya kangen, Ibunya kangen tidak sama Arya”
Ledekku kepada Ibu.
“Iya kangen to, masa sama anak sendiri ndak kangen”
Jawab Ibu.
“Kangen yang mana?”
Ledekku kembali.
“mau tidak?!”
Terdengar bentak Ibu lagi.
“Iya bu iya nanti jam empat sore, Arya berangkat dari rumah”
Ucapku, kembali Ibu menjawab dengan sedikir obrolan-obrolan mengenai apa yang aku lakukan seharian. Kemudian Ibu mengakhiri pembicaraan kami, dan dia menunggu aku di rumah kakek.
Hp yang ku temukan telah aktif
Kembali musik mp3 yang berada dalam telepon cerdasku berputar walau sempat berhenti karena panggilan telepon dari Ibu. Lagu kembali aku dengarkan sebuah lagu dari seorang solois bernama Bryan Adams – Never give up. Ya aku tidak boleh menyerah dengan keadaan ini, tidak boleh aku harus menemukan jawabanku.
Lama aku melamun, lama pula aku mendengar lagu yang berputar. Kulihat jam pada telepon cerdasku menunjukan pukul 15.00, aku bangkit dan kuangkat telepon cerdas temuanku. Tampak sudah kering dan kerontang. Kubawa ke dalam kamar, kemudian aku pasangkan kembali MMC dan SIM cardnya. Kunyalakan, YES BISA!.
Sambil menunggu Telepon cerdas menyala sempurna, kutinggalkan telepon cerdas itu diatas kasur. Kemudian aku menata semua keperluanku untuk menginap di rumah kakek. Setelah semua pakaianku beres, kuraih telepon cerdas temuan itu dan ternyata masih bisa berjalan dengan normal. Kubuka pada bagian galeri foto, tampak foto-foto KS dengan keluarganya sedang tersenyum bahagia.