Wild Love Episode 12
Obrolan hangat
Kami terlibat sedikit obrolan hangat, hingga aku terlupa dengan pulang. Kami berbincang-bincang sambil Bu Dian mencari pakaian yang akan di beli dengan memutari toko pakaian tersebut. Ini juga karena kebodohanku yang sok jadi pengusaha pakaian di rumah bersama Ibuku, yang akhirnya membuat Bu Dian meminta pendapatku mengenai pakaian-pakaian yang akan di belinya.
Pertanyaan-pertanyaan bu Dian membuat aku menceritakan masa kecil hingga masa sekarang tetapi secara garis besar yang membuat kami tampak semakin akrab. Dari aku lahir hingga aku kuliah, bahkan aku juga bercerita mengenai aku yang ikut beladiri (dengan nada sedikit sombong), menghajar cowok SMA yang menggoda cewek SMA ketika aku kelas 2 SMP, Aku yang selalu di sayang Ibuku, dan aku yang selalu gagal dalam masalah percintaan dengan cewek-cewek yang aku kenal.
“Kamunya saja mungkin yang tidak berani mengungkapkan, makanya cewek-cewek pada ngilang”
Ucap Bu Dian yang aku jawab dengan wajah cengengesan dan sambil garuk-garuk kepala.
“Kamu ahli beladiri ternyata, terus cewek yang kamu selamatkan itu bagaimana kabarnya sekarang?”
Tanya bu Dian.
“Mene ketehek bu, dia itu dari kota sebelah, ditambah lagi aku tidak pernah tahu namanya, lupa nanya”
Jawabku dengan nada bercanda.
“Kamu itu payah sekali, menurut bu Dian kamu perbaiki sikap kamu dulu baru nembak cewek, dari tadi selengekan terus kalau ditanya”
Nasihat Bu Dian.
Balasan Ganas
Kami akhirnya mengakhiri kebersamaan kami, aku pulang dari toko tepat jam 16.30 aku sampai rumah. Kumasukan motor hanya di depan pintu garasi, kemudian aku masuk lewat pintu depan rumah. Pintu langsung terbuka dan tanganku di tarik oleh Ibu, kututup pintu segera kuletakan barang bawaanku. Di tariknya aku kearah meja tamu sebelah timur.
“Ibu benar-benar kangen”
Ibu menciumku dengan ganas, seganas itu pula aku membalasnya. Ibu memakai Kaos dan Rok selutut berbeda dengan tadi pagi, lama kami berciuman dan saling meraba-meremas kepunyaan lawan.
“Mahesa kemana bu?”
Tanyaku, percakapan antara aku dan Ibu sudah tidak lagi menggunakan kata Ayah lagi karena memang dalam diriku sudah tidak lagi mempercayai Ayah, walaupun masih ada sedikit hanya sedikit rasa kasihan terhadap Ayah.
“Tenang saja orang itu sedang tidur di ruang keluarga, Ibu taruh gelas di atasnya jadi kalau dia bangun pasti gelasnya jatuh”
Jelas Ibuku.
Langsung aku lumat bibir Ibuku dengan penuh nafsu, kuremas susu Ibu yang masih terbungkus kaos dan apa ini kutang apa BH? Dengan penuh nafsu ku angkat kaos Ibu dan terjawab sudah pertanyaanku selama ini.
“Ibu, BH Ibu kekecilan ya?”
Tanyaku sambil mengendus-endus dan menciumi Susunya.
“Ini BH sudah dari dulu sejak pertama kali Ibu pakai Kebaya dan tidak pernah Ibu pakai lagi”
Jawab Ibu sambil tersenyum bangga.
“Tampak seksi”
Kuciumi dan kuremasi susu Ibu, dengan segera aku lingkarkan tanganku ke punggung Ibu dan set set klek terlepaslah kancing BH Ibu.
Kutarik ke atas BH Ibu, Indah dan sangat indah, setiap nano meter susu Ibu tak lepas dari jilatan lidahku. Kujilat, kuhisap dan kuremas susu yang kenyal ini, bahkan mungkin susu wanita setengah baya ini tidak kalah dengan susu-susu teman kuliahku.