Wild Love Episode 12
Keesokkan harinya
Aku terbangung pada 05.30, beraktifitas seperti sedia kala. Dan berkumpul dengan keluargaku pada pukul 06.30 untuk makan pagi. Aktifitas pagi yang selalu sama dengan yang sebelum-sebelumnya tapi sekarang Ayah dan Ibu yang terlebih dahulu berangkat sedangkan aku berangkat ke kampus setelahnya.
Ayah kemudian menyuruhku membuka pintu gerbang rumah dan pintu depan garasi. Ayah kemudian mengeluarkan mobilnya hingga di jalan. Ibu yang masih berada dalam rumah memanggilku, dan ciuman, remasan serta pelukan aku dapatkan. Sepeninggalan Ayah dan Ibuku, Aku tutupi semua pintu rumah dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus.
Ketika hendak berangkat aku mendapat telepon dari Rahman bahwa hari ini kuliah ditiadakan karena dosen yang mengajar sedang sakit cenggur eh salah meriang biasa katanya. Aku kemudian memutuskan untuk berangkat jam 08.00 dengan perkiraan sampai di kampus pukul 09.00. Ya mau bagaimana lagi kuliah di tiadakan, daripada dirumah mending ngampus saja lagipula Rahman juga bilang kepadaku dia berada dikampus hari ini.
Menikmati suasana sambil menonton berita
Kubuat teh tarik kesukaanku, sambil menyulut Dunhill Mild kesukaanku aku duduk di ruang TV/Keluarga dan menyetel TV, seketika itu pula muncul sekilas berita dari salah satu stasiun televisi lokal daerahku yang menayangkan sebuah berita secara langsung. Berita tentang kematian KS saksi ahli dari kasus korupsi di Instansi pemerintah tempat Ayahku bekerja yang di bunuh secara mengenaskan di jalan daerah rumahnya dan pelaku tidak diketemukan. Aku tersedak dan rokokku jatuh tepat di kaki kiriku.
“WADAAAAAAAAAOOOOOW”
Teriakku, kemudian meletakan teh tarikku, ku ambil rokok aku mengelus-elus kakiku.
Aneh benar-benar aneh, semalam baru saja berita ini diturunkan dan KS sedang meminta bantuan perlindungan saksi tapi pagi ini dia sudah di temukan mati terbunuh perkiraan waktu pembunuhan adalah malam hari tapi tepatnya tidak di sebutkan di berita. Aku mulai teringat percakapan ayah di telepon malam tadi, Kuikuti berita itu, ternyata kejadian pembunuhan berada di sebelah timur laut universitasku sekitar 10 Km jaraknya.
Tak kuhiraukan lagi jam dinding yang berdetak, langsung ku siapkan diriku untuk menuju ke tempat kejadian. Setelah semua pintu rumah terkunci dan semua aman, kupacu lansung REVI montok semokku menuju tempat kejadian tak lupa kupasang earphone dari HP-ku di telingaku dan ku stel lagu DEEP PURPLE-HIGHWAY STAR. Dalam perjalanan musik yang sama terus berputar dan selama itu pula aku terus berpikir, alangkah lebih baiknya aku menemui Rahman terlebih dahulu di kampus agar dia tidak menunggu terlalu lama.
Saat tiba di lokasi
Hingga akhirnya sampai di kampus terlebih dahulu, kutemui Rahman kami berbicang sebentar tanpa menjelaskan maksud dan tujuanku aku kemudian cabut dari kampus. Tapi sialnya motorku tidak dapat keluar dari tempat parkir, akhirnya aku meminjam motor Rahman plus jaket plus helm cakil-nya (helm yang menutup seluruh kepala). Dan Rahman menyuruhkku mengembalikan motornya di kos Ajeng karena dia mau indehoy di sana. Dengan style yang berbeda aku menuju tempat kejadian.
Selama perjalanan dari kampus menuju ke tempat kejadian, sekilas tampak bayangan Ayah di pikiranku. Apa ada hubungannya dengan Ayahku? Ah sial kenapa juga aku semalam mendengar percakapan Ayah, seandainya aku tidak mendengar mungkin aku tidak akan sepenasaran ini. Inilah yang membuat aku penasaran sehingga membuatku ingin kelokasi kejadian.
Ku pacu motor Rahman dengan sangat brutal, hingga aku sampai di sebuah gerbang bertuliskan “PERUMAHAN SEJUK ASRI ENAK (SAE)” (sae dalam bahasa indonesia memiliki arti “bagus”). Ketika masuk gerbang perumahan ini tak tampak satpam berjaga, aku masuk dan berjalan lurus kedepan. Didepan kutemukan sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan lapangan badminton dan basket kemudian di sampingya terdapat sebuah kolam ikan yang kelihatannya dangkal, taman tersebut berjarak kurang lebih 200 meter dari pintu gerbang.