Wild Love Episode 11
Perlahan aku mengkocok
Puas dengan menyentuh bagian klitorisnya, kumasukan jari tengah tangan kananku kedalam liang vaginannya dengan tangan kiriku masih aktif meremas dan memainkan puting susu Ibuku. Kukocok perlahan, perlahan, perlahan semakin cepat semakin cepat semakin cepat dan cepat cepat. Kuvariasikan kocokan jariku, kadang dengan posisi jari yang lurus, kadang pula ketika mengocok kutekuk jariku sehingga menyentuh langit-langit vagina Ibu. Pegel juga tapi hilang karena nafsu yang mendidih di seluruh tubuhku.
“Aaaaaaaah terussss teruuuuus enak kamu hebat”
Teriak ibuku.
“Ibu suka? bilang to bu kalo suka”
tanyaku ke Ibu sambil mencium lehernya.
“Ibu suka… dikocok sama Ahh ahhh ahhh Arya”
“Ibu mau di kocok… sama Ahh ahhh ahhh Arya ter… russs… kapan pun I… bu siaaaaap ah ah aishhhhhhhhhhh”
jawab Ibu terbata-bata menahan nikmat. Ibu menoleh kebelakang dan langsung aku cium bibirnya. Kocokanku semakin kencang di liang vaginanya
“Mmmmmm… mmmmm… mmmmmm…”
Racau Ibuku dengan mulut yang aku sumpal dengan bibirku, tiba-tiba Ibu melepaskan ciumannya dan menggelinjang.
“Ibu keluaaar aaaaaaah… kamu buat Ibu keluar”
Racaunya dengan sedikit berteriak ketika puncak kenikmatan didapatnya.
Kuhentikan kocokannku, kurasakan lendir mengalir di jariku. Aku cabut dan aku jilati jari-jariku, Ibu melihatnya dengan tersenyum.
“Hash hash hash kamu suka sama cairannya nak?”
Tanya Ibuku sambil ngos-ngosan.
“Suka bu mmmmm kan Ibu mmmm sukya punya Arya”
Jawabku.
“Buat Ibu keluar lagi nak, hash hash hash semuanya buat Arya “
Lanjut Ibuku dengan nafas tersengal-sengal dengan tubuh yang bersandar ke tubuhku.
Ibu kemudian beranjak dari duduknya, dan berlutut di hadapanku. Satu persatu kacing bajuku di lepas oleh Ibu, di lepasnya bajuku. Kini aku sama dengan Ibu pun telanjang tanpa sehelai benang menempel di tubuh kami. Kupandangi wajah Ibu yang Ayu, senyumannya membuat aku semakin bernafsu. Kurasakan semilir angin, muncul sebuah ide gila.
“Tunggu sebentar bu”
Kataku kepada ibu yang masih berlutut. Aku masuk ke dalam rumah, dengan tubuh telanjangku, ku ambil tikar dan korek api.
“Buat apa nak?”
Tanya Ibuku.
“Nanti ibu juga tahu”
Jawabku sedikit penuh dengan emosi.
Kehilangan Respect kepada sang ayah
Aku menggelar tikar di bawah pohon rambutan kemudian aku ambil pakaian Ibu. Kumasukan pakaian Ibu kedalam tong sampah yang terbuat dari logam seng. Kemudian aku bakar sebagai bukti aku semakin tidak respek kepada Ayahku, jarak antara tikar dengan tong sampah lumayan jauh jadi aku tidak khawatir apinya merembet.
Ibu nampak kaget atas tingkah lakuku hanya menutupi mulutnya dengan kedua tangnnya kemudian Ibu menggeleng-gelengkan kepalanya sekan-akan tahu arti tentang apa yang aku lakukan. Aku mendekati Ibuku dan langsung kugendong kemudian aku bopong ke arah tikar. Kurebahkan Ibu di atas tikar kukangkangkan kaki Ibu.
“Coba Ibu lihat, itu tandanya Arya tidak mau merasakan apapun berbau Romo disini, dan akan Arya hilangkan semua yang berbau Romo dari tubuh Ibu”
Kataku kepada Ibuku dengan tatapan tajam kearah matanya disertai senyuman yang menginginkan kemenangan
Ibu hanya menoleh sedikit kearah pakaiannya yang aku bakar kemudian kembali melihatku.
“Kamu itu ada-ada saja nak, masa kok ya dibakar, nanti Ibu pakai apa?”
Ucap Ibuku.
“Nanti beli lagi saja bu”
Jawabku singkat.
“Kamu yang belikan ya”
“Ibu sekarang milikmu setubuhi Ibu nak berikan Ibu yang terbaik dari kamu, buat Ibu bisa melupakan laki-laki itu”
Lanjut Ibuku, aku hanya tersenyum dan kemudian dengan bantuan Ibu aku mengarahkan dedek arya ke vaginanya.
Perlahan dan perlahan, menikmati sensasi setiap cm dedek arya tenggelam ke dalam liang vaginanya. Basah, becek, seret, linu-linu campur jadi satu.