Wild Love Episode 09
Penyesalan
Di goyangnya pinggulnya ke arah pinggulku, terjadilah sebuah persetubuhan yang membuat aku semakin menangis. Sedikit aku rasakan nikmat tapi tak bisa aku nikmati malam ini. Tubuhku di goncang dan terus berguncang, membuat aku meronta, menggeleng-gelengkan kepalaku. Dengan tatapanku aku masih memohon belas kasihan darinya. Tapi semakin aku memohon dengan tangisanku semakin keras dia menggoyangnya semakin kencang pula dia menghentakkan pinggulnya.
“aku mau keluar aku mau keluar ya enaaaaaak”
teriaknya, sambil diikuti irama goyangan yang sangt cepat dan keras.
Crooot croooot crooot…
Kurasakan cairan hangat masuk di rahimku, kulihat wajahnya terlukis senyum kemenangan. Tubuhnya rebah dan jatuh ke tubuhku, menindihku. Aku masih menangis di bawah tubuhnya, menangis sejadi-jadinya. Menangis karena masa depanku akan hancur, tak mampu lagi bersekolah dan memberikan malu terhadap keluargaku. Beberapa menit aku berada di bawahnya, tiba-tiba dia bangkit dengan benda tumpulnya masih menancap di vaginaku. Tersenyum manis kepadaku.
“Sudahlah jangan menangis lagi, aku khilaf maaf ya”
ucapnya, sembari melepaskan ikatan di tanganku dan mengambil sumpal di mulutku.
Masih tidak sadar dengan tindakannya
Diapun berdiri dan terlepaslah benda tumpulnya. Kemudian aku meringkuk di tempat tidur menangis sejadi-jadinya, kulorotkan kembali rok yang kupakai untuk menutupi bongkahan pantatku. Khilaf? Santai sekali dia berbicara seperti itu. Ingin rasanya aku membunuhnya tapi aku sudah tidak mempunyai daya sama sekali. Lelaki itu kemudian berdiri memakai celananya sambil tersenyum manis kepadaku, aku membuang muka. Dia bergerak ke arahku dan mengelus-elus rambutku.
“Sudah tenang aku tanggung jawab kok, aku kan tunangan kamu jadi seharusnya kau tidak usah khawatir”
Ucapnya menenangkan aku.
“Ya benar kamu memang tunanganku, tapi bukan begini caranya kamu kasar”
Ucapku disertai isak tangis.
Aku pun mencoba beristirahat mengumpulkan kembali kekuatanku. Setelah beberapa menit aku beristirahat mencoba mengembalikan kesadaranku.
“Sudahlah, rapikan bajumu aku antar pulang, kalau kamu tidak mau ya sudah aku akan bilang ke penjaga agar bisa menikmatimu juga”
Dengan tiba-tiba laki-laki itu berbicara yang seakan-akan aku bukan wanita yang berharga dimatanya kemudian meninggalkan aku dikamar sendirian.
Aku terkejut dan takut atas ucapannya dan tak mau kejadian ini terulang kembali, segera aku beranjak dari tempat tidurku dan duduk. Kulihat bercak merah disprei kasur itu, Aku sudah kehilangan keperawananku. Air mataku kembali menetes segera aku berdiri, seketika aku rasakan cairan menetes dari vaginaku.
Aku kehilangan perawanku
Kemudian ku lap dengan celana dalamku sekenanya, kumasukan celana dalamku ke dalam tas kecilku dan segera melangkah keluar. Kulirik jam dinding menunjukan pukul 20.00 dan ku banting pintu kamar ketika aku menutupnya. Dengan masih menangis aku berlari ke arah pintu keluar losmen, kukuatkan untuk segera berlari keluar dan menuju ke mobil Mas Mahesa. Aku duduk di tempat duduk belakang, aku melihat Mas Mahesa sudah masuk dan tersenyum manis kepadaku. Bau amis masih tercium dari vaginaku.
“Jangan menangis lagi, nanti aku belikan permen”
Ucapnya lantang dengan tawa, aku yang mendengarnya kembali menangis tapi tak ku hiraukan dia. Aku membuang muka ke arah Losmen, Losmen dimana aku dihancurkan.
Dalam perjalanan pulang kulirik dia merasa bahagia atas apa yang telah dia lakukan kepadaku, dia menyanyikan lagu yang dia putar. Ingin aku memukulnya tapi bagaimana kalau dia menyeretku dan membuangku di tempat ini, kemudian memanggil preman-preman dan menyuruh mereka memperkosaku. Aku terdiam di bangku belakang mobilnya, nafasku masih tidak teratur, terisak-isak.