Wild Love Episode 09
Wild Love (Episode 09)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 09, Ketakutan itu menjadi ketakutan yang sebenarnya telah datang yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Ketakutan yang aku rasakan ketika aku sendiri sebenarnya adalah ketakutan awal yang menuntunku menuju ke ketakutan yang sebenarnya. Hembusan angin pantai yang kencang mengalun dari jendela dan dinginnya suhu udara di pantai membuat semuanya tampak serasi dengan apa yang aku rasakan.
Sekuat-kuatnya seorang wanita di dunia ini walaupun dia seorang Atlet hebat tetap akan kalah dengan seorang laki-laki dengan profesi yang sama. Sekuat-kuatnya aku terus meronta meminta untuk di lepaskan tetap saja aku tidak sanggup untuk lepas dari cengkraman lelaki yang telah di kuasai oleh nafsu dan birahinya di tambah dengan dukungan alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya.
Aku tidak bisa berbohong dengan diriku
Seharusnya aku bisa untuk melepaskan diri, tapi rasa lelahku tak mampu berbohong kepada diriku, aku tak mampu. Tangannya begitu kekar dan kuat menahan tubuhku hingga tak berkutik, kemudian kedua tangan itu mengikat kedua tanganku dengan tali, bibirnya terus memburu bibirku. Tangan kanannya memegang kasar daguku, kemudian bibirnya mengarah ke bibirku.
Melumatnya hingga aku kesulitan berteriak, air mataku mengalir deras, memohon ampun kepadanya. Tapi harapan telah sirna semua usahaku untuk mendapatkan ampunan di tolak mentah-mentah olehnya. Tangan kirinya menyingkap rokku dengan kasar, di tariknya celana dalamku. Aku yang sudah merasakan lelah dan tak ada tenaga hanya menangis dan menangis. Tangan kanannya kini meremas-remas payudaraku sekaligus menekan tubuhku agar tidak bisa bangkit.
Aku di perkosa
“TOLONG MAS HENTIKAN, SADAR MAS SADAR!”
Teriakku.
“DASAR KAMU BAJINGAN MAS”
Makiku kepada Mas Mahesa.
“DASAR WANITA BODOH, DIBERI KENIKMATAN MALAH TIDAK MAU”
Bentak Mas Mahesa.
tiga tamparan pun mendarat di pipiku, aku hanya menangis , aku sudah tidak berdaya lagi menghadapinya, aku tak mampu. Tangisku semakin menjadi-jadi, meratapi kebodohanku menerima paksaan Ayah agar menerima ajakan Mas Mahesa.
“DIAM!”
bentaknya kembali.
Tiba-tiba saja kain putih di sumpalkan di mulutku, itu celana dalamku. Kini suara tangisku sudah tidak terdengar lagi, hanya erangan kesakitan atas perlakuannya. Cengkraman tangan kanan pada payudara kananku kurasakan semakin keras, rasa sakit yang kurasakan bukan kenikmatan. Kulihat dia sedang melepaskan celananya. Tiba-tiba benda tumpul terasa pada vaginaku, memaksa masuk ke dalamnya. Aku pun mencoba untuk meronta kembali agar benda itu tidak masuk.
“AKU HARUS MENDAPATKANMU SECEPATNYA”
Bentaknya dengan penuh makna, Aku tidak mengerti apa yang dia maksudkan, perkataannya hanya berlalu begitu saja.
“Ayah Ibu, maafkan anakmu tidak bisa menjaganya”
bathinku dalam hati memohon ampun.
masuk sudah semua batang kemaluan Mas Mahesa, terasa sakit dan perih. Membuatku menangis sejadi-jadinya, membuatku menyesali usahaku untuk mencintainya.
“Emmmm…”
Suaraku yang terhalang oleh celana dalamku, disertai air mata yang mengucur deras.
“Sempit sekali, memang perawan selalu sempit dan seret”
Ucapnya dengan tawa kemenangan.