Wild Love Episode 08

Tunangkan pada hari yang sama

Aku berada di antara mereka untuk bisa mendapatkan alasan utama kenapa Ayah menerima laki-laki itu. Dan akhirnya pembicaran antara kedua orang tua-ku dan kedua orang tua Mas Mahesa menjelaskan yang ternyata selama ini kakekku sudah membuat perjanjian dengan kakek Mas Mahesa untuk menikahkan cucunya. Aku tidak bisa mengelak dan aku harus menurutinya. Walaupun sebenarnya Ibuku tidak pernah setuju tapi apa mau di kata Ibu adalah wanita yang sangat patuh kepada Ayah. Dan akhirnya pada hari itu juga aku di tunangkan dengan Mas Mahesa.

Keesokan harinya aku bercerita kepada Retno, dia hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dia terus menyemangatiku, sudah menjadi kebiasaan retno membuat sebuah kata-kata semangat yang selalu membuatku tersenyum. Berita ini pun sampai ke teman-teman sekelasku, mereka bukannya meledekku tapi malah menyemangatiku.

Kencan Pertama

Aku bangga mempunyai mereka semua, semua teman-temanku selalu menjagaku. Bahkan ketika aku di temui oleh Mas Mahesa di sekolah teman-temanku selalu berada di sampingku layaknya body guard. Kini umurku sudah genap 16 tahun lebih satu bulan. Dua bulan setelah acara lamaran itu berlangsung dan selama itu pula aku selalu dan selalu mencoba untuk mencintai tunanganku ini. Hingga pada hari sabtu Mas Mahesa mengajakku kencan, aku sebenarnya bingung menerima atau tidak. Karena biasanya setiap kali aku di temui Mas Mahesa aku selalu di temani banyak temanku.

Akhirnya aku menelepon teman-temanku untuk di temani tapi karena mendadak mereka tidak bisa, mau ndak mau ya aku akhirnya harus mau karena tahu sendirilah Ayahku, selalu memaksaku. Dengan Kaos dan Rok sepanjang lututku sembari membawa tas kecil yang biasa aku isi dengan dompet dan botol air mineral, Aku di ajak Mas Mahesa dengan menggunakan mobil kepantai katanya ya untuk mencari udara segar. Di pantai layaknya orang pacaran kami bergandengan tangan, berjalan menyusuri pantai hingga matahari mulai terbenam. Kami pun pulang.

Baru saja berjalan kurang lebih 1 km tiba-tiba ban mobil meledak layaknya suara letusan tembakan.

“Ada apa mas?”

Tanyaku kaget.

“Ini bannya bocor dek, sudah tenang saja”

Katanya, yang kemudian dia keluar melihat ban yang bocor tersebut.

“Dek ini lama, mungkin baru besok kita bisa pulang, bagaimana kalau kita menginap di losmen itu saja?”

Katanya dari kaca jendela mobil sambil menunjuk losmen yang berada tepat di sampingku. Kenapa juga ada losmen disini?

“Aduh mas, bagaimana bisa, aku tidak bisa mengabari kedua orang tuaku, aku naik angkot atau taksi kalau ada mas”

balasku, hand phone pada saat itu langka yang punya.

“Mana ada angkot malam-malam begini apalagi taksi, tenang saja nanti aku yang bicara kepada orang tuamu, kita nginap dulu di losmen”

Katanya.

Aku menuruti kata Mas Mahesa

Mau tidak mau akhirnya aku menuruti perkataan Mas Mahesa, dia mengajakku ke losmen tersebut. Mas Mahesa masuk menanyakan ke penjaga losmen itu. Losmen itu tampak bersih, layaknya hotel. Kulihat nama losmen tersebut, losmen MELATI, dari losmen masih bisa aku melihat pantai di mana aku berada tadi.

“Dek”

Panggil Mas Mahesa, akupun melangkah ke arahnya.

“Kamarnya tinggal satu, kita satu kamar berdua ya”

Ucapnya.

“Ya ndak bisa to mas, kita itu belum menikah, ndak boleh satu kamar”

Jawabku sedikit kesal.

“Mau bagaimana lagi, lha wong kamarnya tinggal satu”

Balasnya.

“Mas, memangnya sudah ndak ada kamar kosong lagi to?”

Tanyaku kepada penjaga losmen.

“Su su sudah tidak ada lagi mbak”

Jawabnya gugup.

“Itu kunci masih pada gantung, aku lihat juga pengunjungnya sedikit!”

Bentakku.

“I… i… i… itu sudah a… a… ada yang pesan mbak”

Jawabnya tebata-bata, gugup.

“Sudahlah dek, ndak papa lha wong kita juga nggak ngapa-ngapain”

Potong Mas Mahesa, menenangkan aku.

Bagaimana bisa seorang wanita dan laki-laki satu kamar?Apa kata orang? Tapi aku percaya kepada Mas Mahesa akan menjagaku.

Ya akhirnya mau ndak mau, aku harus satu kamar dengannya. Tapi dengan syarat dia tidur di bawah sedangkan aku tidur di kasur dan dia menyanggupinya. Kulihat jam dinding di atas kepala penjaga menunjukan pukul 18.00. Karena penat dan lelah aku menuju kamar losmen, kunci kamar kudapatkan dari Mas Mahesa. Kulihat kunci kamar bertuliskan nomor 20.

Aku memasuki kamarku, lumayan juga kamarnya bersih dan wangi, aku pun duduk di pinggiran kasur. Tak kulihat Mas Mahesa masuk kamar kemana dia? sambil menunggunya aku beranjak dan kubuka jendela kamarku. Melihat pantai nan indah di malam hari, menghirup hembusan angin segar pantai. Lama aku menunggu mas Mahesa tak kunjung tiba, jam dinding menunjukan pukul 18.45, perasaan takut di tinggal sendirian pun muncul. pintu kamar terbuka, kulihat Mas Mahesa masuk dengan sempoyongan kemudian menutup pintu.

Wild Love Episode 08 Menceritakan kisah masa lalu seorang wanita yang di perkosa simak ceritanya di Royal Win Indonesia Entertainment
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 08
Pages: 1 2 3 4 5

You may also like...