Wild Love Episode 08
Ayahku merupakan seorang yang penting
Ayahku merupakan orang yang sangat berpengaruh di daerahku tinggal. Beliau menjabat sebagai Kepala Daerah di daerahku. Semua orang segan dan hormat terhadap Ayahku, di tambah lagi Ayah bukanlah orang yang sombong, beliau sesosok pemimpin yang rendah hati dan selalu bergaul dengan semua lapisan masyarakat. Ayah tidak pernah membeda-bedakan orang di sekitarnya.
Kembali lagi ke aku, Sekarang umurku 15 tahun sebentar lagi masuk 16 tahun, lebih tepatnya sekarang kelas 1 SMA. Aku bersekolah di sekolah negeri yang dekat dengan rumahku, sekolah ini aku pilih karena selain dekat dengan rumah, di sekolah ini di kenal sebagai sekolah untuk rakyat. Ya, karena SMA-ku ini semua lapisan masyarakat bisa sekolah di tempat ini, di bandingkan dengan SMA-SMA yang lain yang selalu ada cap Cuma buat orang kaya dan aku paling tidak suka dengan perbedaan.
Kakakku kuliah di perguruan tinggi negeri mengambil Jurusan Kedokteran sedangkan adikku masih kelas 3 SMP yang berdekatan dengan SMA-ku sama sepertiku Adikku memiliki alasan yang sama denganku ketika memilih SMP-nya. Disekolah aku selalu menempatkan diriku sebagai wanita biasa, sekalipun aku berdarah ningrat ataupun dari keluarga kaya karena aku ingin berteman dengan semua anak di sekolah ini, entah itu kaya-miskin, hitam-putih, sama seperti Ayahku semua ingin aku jadikan teman begitupun adikku di sekolahnya.
Cara bergaulku yang memiliki teman banyak
Dengan cara bergaulku, aku memiliki banyak teman-teman yang sangat sayang kepadaku. Bahkan aku merasa aku memiliki keluarga yang sangat besar di sekolah ini. Yang aku suka adalah mereka semua menganggapku sebagai orang biasa ketika berada di sekolah sehingga untuk bisa menyatu dengan mereka itu adalah hal yang sangat mudah.
Di SMA-ku, Aku memiliki seorang sahabat yang sejak SMP bersamaku, bernama Karima aku memanggilnya Ima, dia orang yang supel dan enak di ajak curhat. Di sisi lain Aku sangat akrab dengan semua teman-temanku bahkan kami selalu berbagi dengan apa yang di miliki. Tapi kalau masalah cowok gandengannya dia jarang cerita ke aku. Cowok? bagaimana denganku? Aku belum berpikir untuk pacaran.
Awal Pertemuan
Waktu itu adalah waktu ketika aku pulang sekolah, aku mendapati di depan rumahku berjajar-jajar mobil. Heran aku, ada acara apa? Masih berbaju sekolah aku masuk kerumah dengan merundukan badan, kulihat kanan-kiriku banyak sekali tamu dan mereka tersenyum kepadaku. Ketika aku sampai di ruang tamu, kulihat romo sedang bercengkrama dengan seorang laki-laki muda beserta perempuan dan laki-laki lain yang sebaya dengan orang tuaku, mungkin bapak Ibunya. Tampak Ayah dan Ibuku juga.
“Nduk, kemari”
Ucap Romoku, aku pun duduk diantara Ibu dan Ayahku.
“Perkenalkan ini namanya Mas Mahesa Wicaksono, dia melamarmu dan dia yang akan jadi suamimu”
Lanjut romoku.
Aku kaget setengah mati, kulihat wajah Ayahku masih santai ketika mengucapkan kata-kata itu.
“Tapi Romo, Diyah-kan masih sekolah, masa harus nikah muda”
Balasku.
“Ya ndak secepat itu nduk, maksudnya nanti setelah kamu lulus baru kamu menikah”
Jelas Romoku.
“Tapi aku masih ingin kuliah Romo”
Lanjutku.
“Itu bisa di atur”
Jawab Romoku tenang.
Aku masih tertegun, kaget dengan semua hal ini. Kulihat laki-laki itu tampak mencoba tersenyum manis kepadaku. Aku pun hanya tertunduk tak mau aku membalas senyumannya. Laki-laki itu, yang akhirnya aku tahu memiliki tinggi lebih pendek dari aku, sedangkan tinggiku di saat ini sudah 160 cm. Umurnya 25 tahun, lebih tua 5 tahun dari kakakku. Kulitnya gelap menuju kehitam, wajahnya tidak terlalu ganteng, di bandingkan dengan Ayah, Kakakku dan teman-teman sekelas, JAUH! Aku sebenarnya tidak tahu alasan Romo, menerima lamaran itu walaupun pada akhirnya aku tahu.