Wild Love Episode 08
Aku menatap sesuatu yang besar
“Bu besar banget”
Sambil aku mengelus-elus susunya.
“Kamu suka?”
Tanya Ibuku.
“Iya bu besar dan hmm”
Jawabku memuji.
“Dulu ibu itu pernah beli BH tapi tidak muat, karena Ibumu itu malas akhirnya ya Ibu tidak beli lagi tetap bertahan dengan kutang (BH tradisional)”
Jelas Ibuku.
“Pantes masih bulat dan tidak melorot”
Jawabku.
“Lho kamu kok tahu kalau kutang bisa membuat payudara tidak melorot?”
Tanya Ibuku heran.
“Cuma tahu saja bu”
Kilahku.
“Pasti gara si net-net (baca Internet) itu ya?”
Tanya Ibuku melanjutkan.
“Ya iya bu, wong dulu itu ada tugas disuruh nyari pakaian adat daerah, setelah dapat eh ada penjelasannya juga”
Jawabku cengengesan sambil menjilat-jilat permukaan susu Ibuku.
“Kamu itu hmmm..”
Senyum Ibuku nakal.
Tiba-tiba aku teringat semua kejadian dari awal, banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku ini. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang hadir dan harus aku tanyakan kepada Ibu, mau tidak mau harus aku tanyakan.
“Bu, ada yang mau Arya”
Tanyakan ucapku.
“Apa?”
Jawab Ibu.
“Sebenarnya ada apa to Ibu sama Romo?”
Tanyaku tiba-tiba.
Hening sesaat kuarahkan tatapanku ke wajah Ibuku. Ah betapa bodohnya aku ini, kenapa aku menanyakan hal ini kepada ibu, benar-benar merusak suasana. Tiba-tiba Ibu menghela nafas yang panjang dan memulai pembicaraan.
Awal
“Ibu akan cerita kepadamu, tentang semua dari awal”
Jelas ibu dan aku balas dengan anggukan kecil.
Ibu kemudian memulai cerita dari awal bagaimana Ibu bisa menikah dengan Romo. Ibu bercerita mengenai masa mudanya, sahabat-sahabatnya dan juga keluarga besar Ibu yang berdarah ningrat. Dan semua itu di mulai dari.
(Pada cerita ini, Aku adalah Diyah Ayu Pitaloka, karena cerita dibawah ini adalah cerita masa lalu Diyah Ayu Pitaloka)
Sejuk alam di kaki gunung yang menjulang tinggi di daerahku. Namaku Diyah Ayu Pitaloka, aku anak ke dua dari tiga bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak bernama Andi Pitawarno Sucipto, dan seorang adik bernama Ratna Ayu Pitaloka. Ayahku bernama Warno Sucipto, seorang ningrat dengan darah Jerman mengalir di tubuhnya sedangkan Ibuku adalah orang jepang asli, beliau bernama Asasi Kutone, yang kemudian beralih nama menjadi Ayu Pitaloka.
Semua anak dari Ayah dan Ibuku mempunyai nama Pita karena ini adalah permintaan Ibu yang sebenarnya ditolak oleh Kakekku tapi pada akhirnya kakekku menyetujuinya melihat begitu gigihnya Ayahku memaksa Kakek. Karena memang seharusnya yang tercantum di nama kami adalah nama dari Ayahku bukan Ibuku, sesuai dengan adat yang berlaku didaerah ini.
Aku dan kakakku mempunyai kesaamaan dengan ibu, mempunyai kemiripan seperti orang jepang sedangkan adikku Ratna lebih mirip Romo-ku yang terlihat ke-Jermanannya. Aku dan kakaku terpaut 4 tahun, dan dengan adikku hanya terpaut 2 tahun. Ku dibesarkan di keluarga yang sangat erat dengan kebudayaan di daerahku dan harus selalu bisa menjaga tata krama di dalam maupun di luar rumah.