Wild Love Episode 07
Mempercepat alur
“Ibu, aku aaahhhhh aku ingin keluar di mulut Ibu. Ibu harus menelannya aaaaaaahhhh aku ingin keperwanan mulut Ibu aaaaahhhhh uftt ahhhhh”
Racauku dengan kenikmatan yang aku rasakan.
“hmmmmm hemmmmmmm”
Jawab ibuku sambil mengulum kontolku.
Wanita ini yang biasanya anggun sekarang sedang bermain dengan dedek Aryaku. Apa ini mimpi? Ah masa bodohlah kenikmatan menjalar di setiap nano meter dedek Arya, aku hampir keluar. Kedua tanganku memegang kepala Ibu, dan kudorong lebih kedalam lagi. Ibu tampak hanya pasrah dengan apa yang aku lakukan.
“Aku keluar bu ditelan pokoknya di telan, aku pengen keperawanan mulut Ibu”
Racauku.
Crooooot… croooott… croooot… crooooot… crooooot… croooott… croooot… crooooot…
Keluar semua spermaku di dalam mulut Ibu, ibu memundurkan kepalanya. Glek glek di telan semua spermaku, bahkan sisa sedikit di bawah bibirnya di jilatinya dengan lidahnya. Di bersihkannya mulutnya dengan jari-jarinya, kemudian di jilatinya. Bayangan wanita paruh baya yang masih cantik dan anggun sekarang sedang menelan spermaku. Indah benar pemandangan ini.
“Kamu itu nakal banget ya, masa ibumu disuruh minum pejuh kamu”
Ucapnya dengan senyuman menggoda serta masih membersihkan bibirnya. Ibu berdiri melangkah mengambil mengambil air putih di meja dan meminumnya, kulihat bagian belakang Ibu seksi sekali.
“Karena aku pengen keperawanan mulut Ibu”
ucapku dengan senyum. Kulihat Ibu membalikan tubuh, melangkah menuju ke arahku. Kutarik lembut tangan kanannya dan kupeluk erat. Ibu menundukan kepalanya, kedua tangannya melingkar di kepalaku.
“Itu kontol Arya, kok belum tidur-tidur?”
ucap Ibuku sambil melandingkan ciuman kemulutku. Kubalas ciuman itu.
“Masih bu Arya juga tidak tahu kok tegang terus, dan badan Arya kaya panas, pengen bersetubuh terus”
jawabku.
“hi hi”
senyuman yang menjadi jawaban pertanyaanku.
Kami melanjutkan dengan bibir
Kami berciuman kembali, saling menyedot, saling bermain lidah di antara aku dan Ibuku. ciumanku kemudian turun kebawah, di dagunya, di lehernya dan inilah yang aku tunggu. Susu yang besar, sekal, putih, dan seakan-akan menempel di dada Ibuku tak sedikitpun tampak susunya turun kebawah. Kucium bagian tengah di antara susu ibu. Kudengar desahan nafas Ibu, lenguhnya.
Kemudian aku menjilatinya memutar di sekitar susu kanannya tak lupa tangan kiriku mengelus-elus sekitar susu kiri Ibuku. jilatan memutar terus memutar hinggan mendekat keputing susunya, tangan kananku pun melakukan hal yang sirama dengan jilatanku. Dan hap lalu kusedot dan kukenyot-kenyot kusedot lagi, tangan kananku memainkan puting susunya. Beberapa menit kemudian susu kirinya mengalami perlakuan yang sama.
“Susu Ibu buat kamu nak, terus nak nikmatilah, enak tenan”
Racau Ibuku.
“Terus, terus sedot nak seperti kamu minum susu Ibu dulu”
Lanjut Ibuku.
Setelah aku puas dengan kedua susu Ibuku, aku benamkan wajahku ditengah-tengah susu Ibuku. Kuputar tubuhku kubaringkan Ibu di tengah tempat tidur. Aku buka kaki Ibuku, kuposiskan tubuhku tepat ditengah. Aku berlutut di tengah-tengahnya. Kuelus-elus vagina Ibuku sedikit kubuka dengan kedua jariku. Kupegang dedek arya dan Kuarahkan penisku. Dan sleeeeep…. sedikit susah di awalnya, tampak sempit. Kutekan lagi, kali ini lebih mudah mungkin masih ada sisa puncak kenikmatan dipermainan sebelumnya.
“hangat sekali bu, enak sekali kontol Arya serasa kejepit. Vagina Ibu enak”
ucapku.
Ku hentakkan dedek arya lebih dalam terasa kenikmatan membasahi setiap nano meter batang dedek arya. Tubuh Ibuku melengking ke atas dengan mata terpejam ketika dedek Arya masuk kesangkarnya lebih dalam.
“Itu tempik (vagina), buat kamu nak”
Rintih nikmat Ibuku.
Suasana semakin panas
Aneh memang ketika mendengar kata-kata yang vulgar keluar dari bibir indah ibuku tapi setiap kata yang terucap membuatku panas paanas panas. Kembali aku memandang Ibuku, sedikit demi sedikit aku menggoyang Ibuku. Tubuhku semakin panas, entah apa yang sebenarnya terjadi dengan tubuhku. Seakan-akan nafsuku meledak-ledak layaknya nuklir yang dijatuhkan di nagasaki dan hirosima. Lama-kelamaan goyanganku semakin cepat.
“hufttt aaaahhhhh aaaaahhhhh terussss kontolmu lebih besar dari kontol Romomu. Penuh sekali nak, Ibu suka kontolmu”
Racau Ibuku.
Ketika aku mendengan apa yang dikatakan Ibuku, goyanganku semakin keras semakin cepat.
“Ayo bu, luapkan semua yang ada dipikiran Ibu, katakan semua bu. Aku ingin mendengarnya tentang Romo tentang Arya juga”
Racauku.
“Kontolmu enak lebih enak dari kontol Romomu. Ibu benci Romomu, Ibu sud… ahh… dah tidak mau lagi dengan Romo. Ibu lebih suka kamu, dengan kamu. Ibu cinta Kamu. Setubuhi Ibumu terus, terus setubuhi Ibu. Ibu ingin jadi satu dengan Ka… muh… nakk”
Racau Ibu.
“Pasti bu akan kuberikan nikmat yang tiada tara buat Ibu, kekasihku, cintaku”
Racauku.
Terus menggoyang, menggenjot, memompa, memperbesar gaya dorong itulah yang aku lakukan. Susu ibu bergoyang seirama dengan genjotanku. Rintihan Ibu semakin keras, Kata-kata kebencian terhadap Romo, pujian terhadapku keluar dari bibir indah Ibuku. Ibu nampak sekali menikmati permainan demi permainan yang kita lakukan. Seperti musim kemarau yang diguyur oleh hujan. Setiap hujaman dedek arya di vagina Ibuku membuat gerakan Ibu semakin menggila, bergetar. Beberapa menit kami melakukan persetubuhan ini, kurasakan cengkraman pada otot vagina Ibuku.