Wild Love Episode 05

Menikmati film porna Wild love

Gila kenapa aku sekarang jadi suka sekalii melihat film porno? Ini yang kedua bagiku, yang kedua ini sangat lain karena? sudahlah. Aku tidak merasa aneh, atau jijik, sekarang yang aku rasakan adalah menontonnya, meresapinya dan melupakannya. Mungkin lebih tepatnya hanya untuk kesenangan saja melihat seperti ini.

“Wooi serius amat sich ente, ntar ane transferin yang banyak ke HP ente. Maaf yo, ane paling suka ngajakin jelek ente ha ha ha ha”

Kata Raman membuyarkan konsentrasiku.

“Memang masih pun…”.

Ucapku terputus.

“Ki segone karo ngombene, lek dang dipangan tapi eling piring karo gelase ojo dipangan (ini nasi dan minumannya, segera dimakan, tapi ingat piring dan gelasnya jangan dimakan)”

Tiba-tiba Si Mbok warung meletakan pesanan kami dan memotong perkataanku.

“Emange jaran eblek mangan koco mbok (memangnya kuda lumping makan kaca)”

Jawab kami serentak yang diikuti gelak tawa si mbok yang berjalan meninggalkan kami.

“Tadi ente mau ngomong apa Ar?”

Tanya Rahman.

“Memang masih punya banyak Kang Rahman?”

Tanyaku.

“Huwahahahahahahahahahahah. Ane kira ente alergi sama hal-hal yang berbau busuk. Download to Ar Ar, entenya saja yang Bahlul (Bodoh) bin dedhel, ga pernah manfaatin internet, makanya browsing berselancar di dunia maya”

Jawabnya terbahak bahak.

“Dah makan dulu”

Lanjut Rahman.

Aku hentikan kegiatanku nonton film itu, kusantap dan kulahap makan nasi rames ibu warung. Jika piringnya bisa aku makan mungkin akan aku makan sekalian he he he. Ah lezatnya bagaimana tidak, tadi pagi aku tidak kemasukan nasi sama sekali. Perut kosong apalagi pikiranku buyar karena Ibuku.

“Mana HP ente?”

Kata Rahman memecah konsentrasi makanku.

“Hini mmmmm kangmmmm”

Jawabku sambil sambil mengunyah makanan.

Rahman membantuku

Sambil makan kulihat Rahman mengutak-atik smartphone miliku dan miliknya. Makan makan makan aku ingin kenyang, wah ternyata ada lauk cumi osengnya, di potong-potong kaya cincin. Wadiyah waduh Cincin? Ah cincin titipan Ibu. Kenapa aku baru ingat, bagaimana ya? Aku harus beli di mana? Kenapa aku bisa lupa. Cepat aku selesaikan makanku, kemudian kurogoh saku celanaku.

“Untung masih ada”

kataku tiba-tiba.

“Ni Ar, udah ane transfer, ane simpen di folder yang namanya RoyalEntertainment”

Kata Rahman kepadaku.

“Oia untung kenapa??”

Lanjut Rahman kaget aku mendengarnya.

“Apa aku harus cerita ke Rahman soal kejadian semalam? Ah tidak, bisa-bisa aku disangka orang Gila, Tapi aku bisa minta tolong ke rahman untuk cari cincin ini”

Bathinku.

“Kang, tahu gak cari cincin seperti ini dimana?”

Sambil aku meyerahkan potongan gambar cincin dari Ibuku.

“DiToko Gajah Emas ada, tapi model kaya gini bisa nyampe 6 gram Ar, harganya kira-kira kalo disesuaikan dengan harga emas sekarang ya Ar, ya bisa nyampe 3,5 juta-an lebih Ar”

Jelas Rahman kepadaku.

“HAH?! WEIDIAN! (Edan) duit opo godong iku Kang (uang apa daun itu kang)?”

Teriaku kaget.

“Ha ha ha ha ha emang ente, mau beli? Buat siapa? Pacar ente?”

Tanya Rahman yang masih tertawa sambil memegang perut .

“Kanggo makde kang (Buat Ibu kang), dia pengen cincin seperti gambar ini”

Jawabku pelan.

“Tenang aja Ar, ane kan pernah punya hutang ama ente, waktu kecelakaan itu ente kan yang bayar uang perawatan di awal ane masuk RS?”

Tanya Rahman.

“Iiya kang, kok tahu?”

Jawabku.

“Ya tahulah, punya mulut itu fungsinya buat tanya. Sudah tenang aja Ar, nah sekarang giliran ane bantuin ente Ar. Bentar ane transfer ke rekening ente pake i-banking, nomor rekening ente masih sama kan?”

Jelas Rahman.

“Enggak usah kang”

Jawabku.

“Diem aje ente, ane tahu ente sayang banget ma Ibu ente, sekarang giliran ane yang bantu ente, coba aja waktu itu ente gak lewat mana mungkin ane bisa makan bareng ente sekarang”

Kata Rahman sambil ngutak-atik telepon cerdasnya.

“Ketemu rekening ente”

Guman Rahman mengutak-atik telepon cerdasnya.

Ya memang aku dan rahman memang pernah melakukan transfer ke rekening masing-masing, mungkin no rekeningku masih tersimpan di riwayat transfernya.

“Dah masuk Ar, semoga ente bisa dapetin tuh cincin, dan bisa bikin seneng Ibu ente”

Lanjut Rahman.

“Makasih kang, bukannya mau ngapa atau gimana lho kang”

Baru saja mau ngomong Rahman sudah memotongku perkataanku.

“Udah Ar, ente sahabat terbaik ane jadi apa yang ane lakukan ini gak sebanding sama pertolongan ente waktu itu, lagipula sudah kewajiban ane ngebalikin uang itu karena itu adalah uang kamu”

Jelas Rahman.

“Ato kurang? Perlu ane tambahin Ar? Tenang aja uang tambahan ini gak perlu kamu ganti ini masih kurang bantuan yang ente berikan waktu itu”

Lanjut Rahman.

“Sudah kang sudah, ini sudah lebih dari cukup”

Jawabku.

“Mending sekarang kamu ke Toko Emasnya Ar, dari pada nanti tutup”

Nasihat Rahman kepadaku.

Setelah perbincangan dengan Rahman di warung itu, kemudian aku bergegas ke pusat kota. Uang yang ditransfer Rahman lumayan banyak 5 juta. Padahal uang yang aku keluarkan untuk biaya rumah sakitnya waktu itu tidak sampai 5 juta. Tapi tak apalah daripada tidak punya uang buat beli cincin. Kuhentikan Revi si bodi montok di ATM pinggir jalan untuk mengambil uang sebesar 4 juta.

Wild Love Episode 05 menceritakan seorang remaja yang ingin membelikan cincin untuk ibunya simak ceritanya Royal Win Indonesia Entertainment.
Wild Love Episode 05- Royal Win Indonesia Entertainment
Pages: 1 2 3 4

You may also like...