Wild Love Episode 05
Bergergas membelikan hadiah yang ibu inginkan
Aku bergegas pergi meninggalkan Ibu, tanpa kusadari koper yang aku pegang masih di tangan kananku.
“kamu mau letakan koper itu? Atau nanti malam meletakan Ibu didalam liang kubur”
Ucap Ibuku.
kulihat tanganku memegang koper bodohnya aku ini dan kemudian menoleh ke arah Ibu. Tetap dan masih saja Ibuku membuang mukanya. Huh andai saja aku bisa menangkap muka-nya.
Kuletakan koper dan aku bergegas menuju garasi, mempersiapkan Revi dan melesat tanpa batas menuju kampus. Dasar ibu, oke aku tahu aku salah, tapi kalau di suruh beli cincin, uang dari mana coba? Belum lagi harga cincin ini berapa? Ya sudahlah, aku tidak mau Ibuku kenapa-napa.
Cuma ibu yang sering mendengar keluh kesahku selama ini. Romo? SIBUK! Dalam perjalanan berangkat pun pikiranku terus terbayang-bayang kejadian semalam dan ketakutan. Ketakutan dengan kata kuburan, kenapa juga namanya kuburan mbok yaho di ganti? Lha wong Kuburan band saja sudah ganti nama. Lamunanku terhenti ketika aku sudah sampai di tempat kuliah. Untungnya aku masih bisa mengendarai Revi sampai tempat kuliah. “Woi” teriak rahman melambaikan tangan.
Zebra Cross
Manusia berkulit gelap, yang selalu memotong rambutnya seperti bola sepak alias potong 1 cm dan hidung khas orang Arab-India seperti paruh burung kakak tua. Tinggi kira-kira 178 cm karena memang jika berdekatan denganku hampir sama walau tinggi aku sedikit. Jangan sekali-kali membandingkan aku dengan rahman karena jika di dekatkan akan tampak seperti Zebra Cross, perlu dicatat kulitku lebih putih dari si Rahman.
“Sini Ar”
Panggil Arman.
“Oh”
Aku kaget mungkin karena banyak pikiran
“Iya, aku kesana”
Teriakku.
Kuhampiri Rahman dan tos toos tos biasalah tos persahabatan yang memang jarang aku lakukan. Perkuliahan dengan Rahman dimulai jam setengah sembilan, kali ini kuliah 5 SKS. 3 SKS dari jam setengah sembilan sampai jam 12 dan yang kedua 2 SKS dari jam setengah satu sampai jam dua lebih 10 menit. Aku mengambil tempat duduk paling belakang, tepatnya di belakang teman kuliahku yang memiliku postur yang lebih besar dari aku.
Perkuliahan kali ini aku benar-benar tidak konsen dengan apa yang di ajarkan oleh dosenku. Bayanganku masih melayang dengan apa yang terjadi semalam. Putih bersih ah lamunanku hingga membuatku otakku menolak semua materi dari dosen.
Melamunkan hal kotor Wild Love
Dua setengah jam telah terlewati, terlampaui dengan berbagai bayang-bayang adegan kotor semalam. Dosen kok mboseni (membosankan), ya itulah dosenku yang sekarang sedang mengajar, Dosen yang hanya duduk dan membaca buku paket perkuliahan. Seperti orang yang mendongengkan cerita ke anak-anak TK agar lekas tidur.
“Bolos yuk Ar, ane males kuliah jam setengah satu, isinya Cuma ngantuk ngantuk dan ngaaaaaaaaaaaaaaaaaaantuk”
Ajak Rahman ketika kita berjalan meninggalkan kelas.
“Hoaaaaam, makan dulu lah sebelum bolos, memang mau bolos dimana kang?”
Jawabku sambil merenggangkan kedua tanganku.
“ya gak kemana-mana Ar, Cuma stay di warung aja, gimana menurut ente?”
Lanjut Rahman.
“Ayo Markike (Mari Kita Kemon) dah lapar aku kang, tadi pagi Ibu bangun kesiangan”
Jawabku sambil beranjak dari tempat duduk.
Ibu? Bangun kesiangan? Gara-gara aku membuatnya menangis, melakukan hal bodoh yang seharusnya tidak aku lakukan. Tapi jika mengingat Ibu tadi pagi, Ibu tampak lebih cantik dari tadi malam, tumben-tumbenan Ibu berdandan seperti tadi pagi. Pikiran ini terus bergerak ke otak dan berputar-putar terus terus dan terus sepanjang aku berjalan bersama Rahman menuju warung di seberang kampus.
“Mbok, nasi rames ayam goreng dua, es jeruk satu, jeruk adem satu, kasih sambel trasinya bu jangan lupa”
Teriak Rahman ketika memasuki warung. Kami pun memilih bangku yang dekat dengan pintu keluar.
“Ora nganggo suwi Mbok, selak meh modar rasane (tidak pakai lama Mbok, hampir mau mati rasanya)”
Teriakku setelah Rahman.
Kami langganan di warung si mbok, jad ya sudah biasa kalau kita selalu bercanda di warung.
“Koyo-koyo wong sing ora tahu mangan wae to le, yo kosek sedelok (seperti orang yang tidak pernah makan saja to nak, ya tunggu sebentar)”
Jawab Si Mbok Warung.
Tempat kami duduk adalah tempat paling nyaman di warung ini, pojok dekat dengan pintu dan sangat privasi. Ya maksudnya tempatnya mojoklah enak di buat ngobrol.
“Ssst ane punya film bagus, ente mau lihat gak?”
Bisik Rahman.
“Apa kang?”
Jawabku.
“Nih jangan lupa pake earphone-nya, sebelah aja biar kita tetep bisa ngobrol”
Dia menyerahkan si KW super Korea selatan kepadaku. Langsung aku pasang satu earphone ke telingaku.
“File-nya apa kang?”
Tanyaku penasaran dengan film itu.
Rahman kemudian, membukakan file pada smartphonenya yang aku pegang, dan touch film pun di mulai. What the fuck?! It’s porn film again but i start to love it. Ketika film itu di putar aku melihat ke arah samping kanan, kiri, belakang dan Huft Aman Jaya Mengudara dan terkendali. Karena di belakangku adalah tembok, samping kiriku tembok, samping kananku meja makan kosong.