Misi Balas Dendam Episode 34
Sebuah Tragedi
Misi Balas Dendam Episode 34, Wajah sendu yang kulihat saat tragedi yang terjadi pada Adiknya…. Tak nampak saat pertemuan kedua kali ini…. Mata benar-benar tepat memperhatikan nya tempo lalu… Karena kakak Rafina ini benar-benar sangat cantik dan elegan.
” kau sedang apa disini…bukannya kau dinas di kota….”
lanjutku bertanya.
” kepala klinik ini teman dekatku…. Jadi kami punya janji untuk hangout bareng hari ini…. Sekalian pergi ke tempat teman ku yang akan menikah….”
jelasnya.
” kenapa gak bawa anak… Biar disangka masih Gadis ya…..”
ledekku.
” ya sih… Tapi sebenarnya anakku masih kecil … Kasian kalo dibawa perjalanan jauh….sama agak repot…. Suamiku sibuk … Jadi terpaksa ngegadis deh…. Mau ikut dengan ku….”
lanjutnya.
” Males … Yang ada nanti aku jadi supir Online kalian …kalau kau masih gadis aku sih mau saja…”
ucapku meledeknya.
“hhmmmmm …Meskipun aku sudah menikah tapi goyanganku akan membuatmu hanya bertahan 10 menit….”
balasnya meledekku dengan pose seksinya.
“ughhh serem… Ibu-ibu binal ….”
ujarku tertawa.
” hahaa… Alex boleh minta nomor telpon mu…”
tanyanya.
” untuk apa… ”
ucapku.
” siapa tahu kau kedinginan karena kelamaan Jomblo… Kau bisa mengajakku hangout…”
ujarnya.
“Waww…. Nanti suamimu marah loh…”
ujarku memberikan dia nomor telponku.
” ya jangan sampai ketahuan…”
jawabnya yang cukup mengagetkanku.
Handphoneku Tiba-tiba bergetar…. Nomor tak di kenal melakukan panggilan di handphone ku.
” itu nomorku… Aku duluan temanku sudah menantiku di ruangannya…. Sampai ketemu lagi…”
ujarnya sangat ceria lalu meninggalkan ku di lorong klinik sendiri.
” Mia… Mia … Kau tak tahu seberapa menakutkan manuver kontolku… Bahkan kelima wanitaku saja mereka menyerah tak berdaya… Apalagi kau… Yang ada kau yang akan tepar dalam 10 menit….”
gumamku memperhatikan sosok yang terus menjauh dan menghilang masuk ke dalam suatu ruangan.
Aku jadi teringat tentang Rafina… Yang hanya menunggu waktu sebelum menyerah dengan keperkasaanku…. Sepertinya hari ini aku ingin merasakan kenikmatan dari Rafina
” Pak kenapa anda bengong…”
ujar Desifa mengagetkanku.
“oh… kalian sudah selesai…. Tidak aku terpikirkan pekerjaan yang belum tuntas… Kenapa dengan Safira… ”
tanyaku.
” dia hanya kelelahan… Dan makan kurang teratur menyebabkan daya tahan tubuhnya lemah…. ”
jelas Desifa.
“oooh… kalian duluan saja ke mobil… Aku akan menebus obat dulu…”
ucapku menuju Apotik dari Klinik ini untuk membayar Administrasi dan sekaligus mengambil Obat.
Cukup lama aku Antri … Setelah selesai giliranku… Aku bergegas menuju mobilku…. Kulihat Safira hanya menyandarkan tubuhnya yang lemah di jok belakang dan Desifa di sampingnya.
Kami segera mengikuti petunjuk dari Safira untuk tiba dirumah Safira… Karena kebetulan aku dan Desifa tak mengetahui dimana alamat rumahnya… Cukup berkelok rumah yang kami tuju… Melalui banyak perkampungan…. Hingga tiba di tempat tujuan kami…. Rumah mungil beratapkan seng, dengan bata merah yang belum tuntas di plaster.
Di ketuk pintu rumahnya oleh Safira sendiri… Tak berapa lama seorang gadis cantik dengan wajah khas sang ibu membuka pintu… Dia sempat menangis melihat keadaan ibunya yang lemah tak bertenaga.
Aku menyuruh Desifa langsung menuju kamar… Agar Safira bisa langsung beristirahat…. Aku hanya duduk di ruang tamu.
” Pak… Aku dan Cia akan membeli beberapa makanan dulu ya… ”
ucap Desifa.
” Lalu aku … Kau gila meninggalkan aku sendiri disini…. Bisa di gerebek orang kampung Aku sendiri disini.. Suami Fira kan gak ada…”
ujarku.
“hahaa.. Pak bos mah becanda aja… Tapi awas kalau sampai macam-macam ya…”
ujar Desifa mengejekku.
” pintu jangan ditutup… Bahaya…”
lanjutku.
” ya pak…. Aman … ”
ujar Desifa pergi bersama anak Safira.
Perasaan tidak nyaman
Jantungku berdetak kencang … Sungguh tak nyaman berada di rumah ini … Bukan karena rumah ini tak sebagus rumahku … Tapi kami hanya ada aku dan Safira yang merupakan istri sah orang lain berada dalam satu rumah.
Aku beberapa kali menarik nafas untuk menghilangkan pikiran mesum ku pada Safira… Tapi semakin ku berusaha melupakan hal buruk itu…. semakin aku terbayang betapa besar gunung kembar milih Safira… Apa lagi saat ini dia sedang tak berdaya… Hati jahatku menyuruh melampias nafsu segera… Tapi kucoba mengontrol emosi ku dengan memberikan stimulan positif pada otakku… Dan meyakinkan diriku Safira masih memiliki seorang Suami.
* traaackkk terdengar bunyi pecah dari arah kamar Safira.
Aku sedikit gugup karena suara itu berasal dari daerah yang punya tingkat privasi paling akut…. Tapi aku mulai berpikir sesuatu yang berbahaya terjadi didalam sana…. Jadi ku yakin kan Hatiku dan langsung menerobos Horden yang menutupi pintu kamar.
Aku benar-benar mati langkah saat kulihat wanita cantik yang duduk tersimpuh didepan gelas pecah bercerai berai didepannya… Yang membuatku tertegun ialah baju Pemda berwarna krem itu , kancing sudah terbuka semua bahkan salah satu tangan baju sudah terlepas dari tangannya… Hanya satu tangan saja yang masih melekat di tubuh yang putih maksimal…. Wanita khas jawa dengan kulit putih perpaduan yang luarbiasa… Membuatku menelan ludahku beberapa kali.
Kehilangan keseimbangan
Sepertinya Safira ingin menganti pakaiannya lalu keseimbangannya hilang hingga jatuh membentur gelas yang ada di atas meja …. Dia menatapku tapi tak bisa berbuat Apa-apa karena tubuhnya masih lemah.
Aku yang sudah kepalang basah … Mendekatinya berusaha memberikan pertolongan padanya… Sontak membuat Safira malu… Tapi apa yang bisa dia lakukannya sekarang dengan kondisi seperti ini….dia hanya berusaha menutupi ukuran payudara 34 D yang terlihat sesak dalam Branya yang kesulitan menampungnya.
” Kau ingin salin … Aku bantu ya…”
ujarku menahan Nafsuku… Bahkan juniorku mulai bangkit.
Dia hanya mengangguk lemah… Mulanya ku bersihan pecahan gelas dengan sapu dan sekop lalu aku angkat Safira agar duduk kembali di ranjang kayunya.
Kemudian perlahan ku bantu melepaskan pakaiannya yang belum terlepas sempurna … Safira pun mengikuti semuanya dengan perlahan… Sampai baju krem khas pakaian dinas Senin ini terlepas dari tubuhnya… Yang bersih putih terawat.
” mana pakaian gantinya…”
tanyaku.
” maaf saya akan mengambilnya…”
ucap Safira yang berusaha berdiri tapi kepala yang pusing kembali membuatnya kehilangan kesimbangannya lagi dengan spontan aku menahannya tubuhnya dan tanpa sengaja membuat pengait payudara terlepas dari tubuh… Yang membuat Bra terbuka namun masih mengantung karena masih terkait dengan kedua lengannya.
Keadaan ini makin buruk buatku dan Fira… Aku berusaha penuh mengontrol nafsuku… Dengan cepat aku kembali mengaitkan Bra yang terlepas… Lalu menyuruhnya untuk kembali duduk… Safira hanya tertunduk malu… Hampir seluruh tubuh bugilnya telah dilihat oleh orang lain yang bukan Muhrimnya.
Aku langsung bergerak membuka lemari kayu yang tampak reot itu… Kulihat susunan baju wanita tersusun rapih… Aku memberikan kode pada Safira untuk pakaian apa yang dia akan gunakan… Lalu dia memberi tanda baju tidur berwarna putih tangan panjang.
Membatasi hubungan
Misi Balas Dendam Episode 34, Aku mengambil pakaian yang telah di beritahu oleh Safira dan memakaikannya dengan perlahan… Sambil terus menyebutkan kata-kata untuk membatasi hubungan kami.
” Dia wanita bersuami jangan macam-macam… ”
gumamku untuk menahan nafsuku.
Hingga adegan yang tak biasa itu selesai… Aku mencoba segera menyelesaikannya dengan sempurna dan segera bergegas keluar dari kamar kecil panas yang makin panas itu… Saat aku melangkah keluar kamar.
” Pak … Boleh bantu untuk bagian bawahnya…”
ujar Fira lemah.
Deg… Jantungku menyemburkan banyak darah ke seluruh tubuhku dengan cepat … Tubuhku bergetar … Bukan karena takut … Tapi menahan Nafsu besarku… Aku adalah monster yang tertidur tapi semenjak aku dapat merasakan kenikmatan dari tubuh para wanitaku, itu membuat nafsu monster ini terbangun… Dan makin sulit di kendalikan.
Aku membalikkan tubuhku… Kulihat wanita dengan mata berbinar memohon pertolongan… Segera ku dekatinya lagi…dia pun berusaha bangun melepaskan pengait rok kerjanya dan menurunkan retseliting nya … Ku bantu menurunkan rok berwarna krem itu… Sehingga dapat kulihat paha mulus putih miliknya…. Ku percepat membantunya melepaskan celana sebelum Safira menganggap ku sebagai orang mesum yang memakan kesempatan dalam kesempitan seperti ini… Tapi tubuhnya yang mengiurkan memang sayang untuk di lewatkan.
Suara mendekat
Setelah selesai melakukan hal yang bahkan tak kulakukan dengan para wanitaku …aku segera pamit untuk keluar dari kamar pribadi Safira.
Aku kembali keposisi awalku menanti staf yang entah pergi kemana…. Tak beberapa lama ku dengar suara Desifa mendekat…. Dia membeli banyak sekali bahan baku pangan.
” apa yang kau beli… Mengapa sangat banyak…. ”
ucapku.
“Mumpung punya rezeki pak….”
ujarnya sambil memasukkan bahan belanjanya yang banyak itu.
” ayo kita kembali ke kantor… Biarkan Safira istirahat… ”
lanjutku.
” ya pak … Aku pamit dengan kak Fira dulu ya . ”
ujar wanita manja itu.
Tiba-tiba bruaak.. Pintu kayu di dorong keras dengan tangan oleh seorang bertubuh kekar.
“Dimana si Fira…”
ucap Seorang wanita itu dengan cukup ketus.
Belum lagi laki di sampingnya yang terus melotot ke kami… Aku cukup tenang dan tersenyum melihat ini… Aku sudah biasa menghadapi masalah seperti ini… Bahkan bisa di bilang makanan sehari-hariku .
” dia sedang istirahat … Dia sakit bu…”
ucap Desifa memberanikan diri memberitahu keadaan Safira.
” bilang dengannya untuk cepat keluar jangan bersembunyi-sembunyi terus…. Kosannya belum bayar lebih dari 3 bulan sekarang…”
ucap Wanita itu cerewet.
” tapi ibuku benar-benar sakit “
ucap anak Safira.
“Anak kecil ini dah ikut berbohong… ”
lanjut wanita itu dan mencoba menerobos barikade Desifa dan anak Safira dengan mendorong keduanya.
Dengan spontan aku menghentikannya… Aku menarik tangan wanita itu hingga terhenti… Membuat laki-laki yang dari tadi diam bergerak merengkuh kerah dan mengangkatnya keatas.
” apa kau calon suami baru si wanita banyak hutang itu…. Kau tahu suaminya saja sudah pergi dengan wanita lain tak tahan dengan nya…”
teriak wanita itu tersenyum licik.
” lepaskan tangan mu dari bosku…”
ucap bodyguard itu….semakin menarik kerah bajuku dengan keras.
Aku mendekati telinga bodyguard itu.
” sampai pakaian ku robek atau kusut … Kau tak bisa keluar dari sini hidup-hidup ”
bisikku sambil memancarkan sedikit kengerian dari aura pembunuhku…dari sorot mataku yang mengintimidasi nya.
” Hentikan…. Maaf bu aku belum bisa bayar kosan hari ini beri saya waktu sedikit lagi ”
ujar Safira yang keluar dari kamarnya.
” kau minta tempo lagi… Tak ada lagi … Kalian harus keluar dari sini….aku akan menjual rumah ini…”
bentak wanita itu coba melepaskan pegangan tanganku.
” aku akan membayar semua hutang dan kosan wanita ini ”
ujarku menarik wanita itu untuk berbalik melihat itu…. Dengan mendorong sedikit tubuh laki yang menggengam kerahku hingga dia terdorong dan terlepas.
“Kau ingin membayar semua hutang wanita ini… Kau akan kaget saat aku menyebutkan nominalnya…”
ucap wanita itu menunjuk wajahku.
” berapa pun itu aku akan membayarnya…”
ujarku.
” sudah hentikan pak… ”
teriak Fira dengan tenaga tersisanya…. Membuat nya hampir terjatuh untung Desifa sigap memapahnya.
” aku ingin tahu sampai mana kesombongan Laki ini…”
ucap wanita pemilik kosan ini.
” cepat aku masih banyak pekerjaan … Kalau perlu kau masukkan juga berapa harga dari kosan ini ”
ucapku dengan santai saja.
Wanita itu langsung melihat buku kecil yang di bawanya… Mencoba menjumlah hutang dari Safira… Lalu menunjukkan ku jumlah yang ada di kalkulatornya.
” totalnya 24 juta …”
ucap Wanita tersenyum karena dia tak yakin aku mampu membayarnya.
” pak kumohon jangan lakukan hal itu…”
ucap Safira memelas padaku.
” tolong, jumlahkan juga berapa harga rumah ini sekalian….”
ucapku sambil tersenyum.
” aku akan menjual rumah ini 75 juta …”
ucap wanita ini yang terkejut melihat Ekspresi ku yang cukup tenang setelah dia menyebutkan nominal Hutang dari Safira.
” 99 juta… Kenapa tak kau buat 100 saja biar pas… Kau siapkan sertifikat rumah ini … Aku akan langsung membayarnya semuanya…”
ucapku yang sekarang membalikkan tekan terhadap mereka.
“Kau … Kau akan benar-benar membayarnya….”
wanita itu terkejut.
” kau mau uang kas atau transfer ….”
ujarku kembali.
” terserah anda saja… ”
ucap wanita itu yang kali ini menurunkan nada suaranya.