Misi Balas Dendam Episode 16
POV ALEX
“Alex kau bersenang-senang”
Ucap liana.
“Tentu aku bersenang-senang”
Ucapku membalasnya.
“Dengan cara melakukan seks jalanan seperti tadi malam”
Lanjut liana.
“Seks jalanan! Apa kau kira setelah 4 tahun kematian ayahku, aku menjadi miskin hingga melakukan hal bodoh itu”
Ucapku.
“Jangan berbohong padaku, tadi malam aku melihat mobilmu dalam perjalan kemari”
Ucapnya.
Aku berpikir sejenak Hadi pasti melakukan hal bodoh itu tapi bersama siapa! Teringat hadi berjalan bersama kak Yulina tadi pagi saat aku bertemu di rumah Nura. Akh jangann-jangan mereka telah berhubunngan tapi sejak kapan??? Pikiran berkecamuk di otakku.
“Kau tak mampu menjawabkan, berarti benar kan”
Ucapnya.
“Apa kau percaya aku melakukan itu”
Ucapku mendekatkan wajahku ke wajahnya yang cantik.
“Kau tak percaya kan”
Ucapku sambil menjauhkan wajahku darinya.
“Melakukan seks jalanan bukan tipeku, kau tahu dengan kedua koper ini aku bisa membeli satu hotel kalau aku mau”
Ucapku dan berlalu pergi meninggalkannya.
Didalam mobil kulihat telponku tak berdering lagi tapi perasaan merasakan ada sesuatu dengan Nura jadi kupacu mobilku secepatnya.
POV NURA
Semua orang berangsur-angsur meninggalkanku sendiri digubuk kami yang jelek ini.
“Kakak pulang dulu ya Nura kamu harus kuat”
Ucap kak Yulina menyemangati Nura.
“Terima kasih kak, kakak pulang dengan siapa”
Ucapku.
“Hadi akan mengantarku”
Ucap kak Yulina tersenyum.
“Dimana hadi kak???”
Kutanya kembali.
“Dia pasti didepan”
Ucap kak Yulina.
“Hati-hati kak”
Ucapku.
Kak Yulina adalah orang terakhir yang pergi meninggalkanku, aku sendirian sekarang. Kututup pintu rumahku kumasuk ke kamar mendiang ibuku, kupeluk gulingnya sambil menangis. Tiba-tiba pintuku di pukul seseorang aku segera bangun dari tempat tidur ibuku, kuintip dari jendela wajahku langsung pucat. Pria di luar adalah pria yang merenggut kesuciaanku yang kujaga untuk calon suamiku.
“Nura keluarlah aku tahu kau ada didalam”
Teriak pria pertama.
Pria pertama ini adalah adek dari ibuku bisa di bilang dia pamanku, pria kedua dia adalah suami dari kak ibuku yang merupakan seorang kepala desa, pria ketiga adalah anak buah mereka. Kuangkat meja dan kursi yang terdapat di rumahku untuk menutup jalan masuk mereka, kuraih handphoneku Aku mulai mencari bantuan.
Ntah mengapa aku hanya memikirkan bosku, jadi kutelpon dia berulangkali dia tak mengangkat telponku. Aku mulai putus asa saat mereka mulai mencoba mendobrak pintu kayuku. Aku berlari kedalam kamar kututup pintu ku, kugeser meja riasku untuk menutup manahan pintu biar pria jahat itu tidak masuk. Pintu depanku telah terbuka paksa oleh mereka.
“Percuma kau bersembunyi”
Kata pak kades.
Sikap Jahat
Dia membanting beberapa prabot di rumahku, dengan sekali dobrakkan lemari riasku terguling dan pintuku rusak. Senyuman iblis mereka aku hanya berpegangan dengan kaki ranjangku dengan erat mencoba memproteksi dari sikap jahat mereka.
“Paman sadar aku keponakan kalian sendiri”
Ucapku menghiba saat mereka mengepungku.
“Aku tahu kau keponakan kami tapi salah tubuhmu sendiri mengiurkan kami”
Ucap pamanku.
“Tarik dia keluar disini terlalu sempit”
Ucap pak kades.
Seketika itu kedua kakiku di tarik kasar oleh pria ketiga dengan tenaga yang luarbiasa membuat pegangan kerasku pun terlepas. Dia menyeret tubuhku tanpa belas kasihan tangan ku berhasil mengarah ke kusen pintu membuat penyeretanku berhenti. Posisiku yang merenggang membuat bajuku terbuka memperlihatkan perutku yang putih bersih. Pamanku memegang kedua payudaraku yang membuatku melepaskan pegangan pintu tersebut dan pria ketiga menarikku hingga ke tengah lapang rumahku.
“Percuma kau memberontak”
Ucap pak kades.
“Jangan paman tolong Nura”
Ucapku menghiba.
“Maafkan aku Nura aku juga sudah lama ingin menikmati tubuhmu”
Ucapnya.
Di tariknya baju kemeja biruku hingga terlepas semua kancing memaksanya untuk terlepas. Kali ini hanya bh lusuh milikku yang terlihat dengan sekali tarik bh itu pun putus. Celana jeansku pun mulai mereka tarik untuk di lepaskan dari tubuhku, tubuhku memberontak tapi kedua tanganku di pegang oleh pamanku dengan sangat kencang membuat perlawananku sia-sia kini hanya menyisakan celana dalam putih pertahananku.