Misi Balas Dendam Episode 16
Kami pergi mencari sarapan
Kami pun pergi untuk sarapan pagi bersama hanya Hera yang tidak sarapan dia tidur akibat kesalahan gempuranku.
“Tia kami telah selesai makan aku akan langsung berangkat ke kantor dulu ya”
ucapku pada Tia yang sedang sibuk di dapur.
“Apa Tia tahu kau akan membawa Nura kesini??”
Tanya Agung.
“Belum, nanti akan ku jelaskan padanya”
Ucapku.
Aku pergi mengenakan pakaian kerjaku, kulihat Hera tidur dengan nyenyak. Aku segera pamitan sama Tia, kukecup keningnya dia tersenyum cantik.
“Jangan pulang telat lagi”
Teriak Tia.
“Iya sayang”
Ucapku mengejek nya.
Kucari dimana keberadaan Agung tapi tak ada, mobilnya pun tak ada di garasi kemana dia. Aku tak sempat menelponnya karena aku sudah telat waktu 2 jam yang di berikan melorot sampai 4 jam setengah. Benar-benar luarbiasa aku malah di tunggu pimpinan bukan aku yang menunggunya.
Ku pacu mobil ke kantor. Kuparkirkan mobil sembarang saja aku pasti di marahin tapi aku tak perduli. Saat menuju keruang pimpinanku aku bertemu musuh terbesarku, dia sepertinya menuju keruangan yang sama denganku. Seketika emosiku memuncak ingin menghajarnya saat ini juga tapi aku berusaha bertahan.
“Hallo anak manja”
Sapanya.
“Goldrich Company yang agung ada disini. Apa dia sedang menjilat pimpinan”
Teriakku.
“Kami tak perlu menjilat pimpinan, kami datang kesini untuk mempercepat pernikahan anak kami”
Balasnya sambil menunjukkan sesosok wanita cantik di samping nya.
“Bagaimana kabar orang tuamu diakhirat”
Ucapnya lagi.
“Bangsat”
Teriakku.
“Kau ingin memukulku silahkan saja lihat liana ini pria yang kau bilang baik itu”
Teriak harun padaku.
Kuhentikan amarahku aku harus mengontrol hingga waktu tiba-tiba aku akan jadi malaikat pencabut nyawa buatmu. Aku lanjutkan perjalananku ke ruangan Bupati tanpa menghiraukan meraka berdua di belakangku.
Suasanapun mendidih
Benar saja harun bersama putrinya pun masuk kedalam ruangan ini yang membuat suhu AC yang dingin tak terasa di kulitku yang mendidih.
“Alex”
Teriak pimpinan ku menyalamiku.
“Maaf aku terlambat pak”
Ucapku.
“Besanku juga telah tiba Jadi kita kan”
Sapa lembut pimpinanku kepada musuhku.
Kami pun duduk di sofa tamu aku berhadapan dengan Meliliana membuat ku sedikit salah tingkah.
“Baik kita mulai saja to the point”
Ucap pimpinanku.
“Ini masalah pembangunan dermaga kepala laut di daerah ini”
Ucapnya lagi.
Aku hanya memperhatikannya, pimpinan kami sedang berbicara.
“Aku ingin Goldrich Company yang memenangkan tender ini”
Ucap harun.
“Ya memang seharusnya seperti itu”
Jawab pimpinanku.
“Rapat macam apa ini”
Gumamku kesal.
“Alex aku memanggilmu kemari, karena kau pemilik dari perusahaan AS Company pesaing berat dari besanku. Aku ingin kau tidak mengikuti tender besar ini”
Jelas pimpinanku.
“Jelas kami akan ikut tender itu pak”
Ucapku.
“Untuk kali ini saja kau menyerah untuk tender ini”
Ucap pimpinanku lagi.
“Bukannya pimpinan tak berhak menekan seperti ini”
Jawabku.
“Anggap saja ini hadiah dari salah satu bawahan terbaikku untuk perkawinan anakku dengan goldrich Company”
Ucapnya.
Aku hanya terdiam memikirkan langkah selanjutnya, aku tidak boleh gegabah dalam masalah ini. Ini adalah tahapan awal misi BALAS DENDAM yang kunantikan. Di sodorkan sejumlah uang kepadaku dalam bentuk koper.
Terburu-buru ingin mengakhiri negoisasi ini
“Ini bukan sogokkan, Ini hadiah untukmu tanpa harus ikut tender kau dapatkan uang”
Ucapnya.
Kulihat telponku terus bergetar, kulihat Nura menelponku.
“Apa kau pikir perusahaan kami tak memiliki harga diri”
Ucapku.
“Ayolah Alex kumohon, ini permintaan pimpinanmu sebagai hadiah kau bisa memilih Jabatan yang kau ingin akan kuberikan”
Ucapnya lagi sambil memberikan sekoper penuh uang kembali.
Fokusku terbelah akibat telpon Nura berulang kali, aku tahu pasti dia sedang dalam masalah. Aku benar-benar terburu-buru ingin mengakhiri negosiasi bodoh ini.
“Baiklah aku akan mengambil uang ini dan AS Company tak akan mengikuti tender ini. Kau puas pimpinan dan kepada Goldrich Company selamat atas kemenangan tender nya”
Ujarku mengambil 2 koper berisi uang.
“Dan untukmu liana selamat atas perkawinanmu semoga sukses dan langgeng”
Ucapku sambil pergi dari ruangan ini.
Kulihat kedua makhluk menjijikan itu saling tersenyum, mereka kira sudah menang dariku. Sejak awal aku memang tak ingin mengikuti tender ini karena As Company akan mendukung perusahan ibu Quraina dengan uang di koper ini aku bisa menyokong ke bu Quraina tanpa mengurangi uang kekayaan.
Di ruangan pimpinanku.
Suara terbahak-bahak mengisi seluruh ruangan.
“Apa yang bisa dilakukan anak manja itu melawan kehebatan Goldrich Company”
Teriak harun bahagia.
“Yang di pikirkannya hanya uang saja”
Ucap pimpinanku.
Mereka merasa bahagia memenangkan tender sudah didepan mata mereka, pernikahan anaknya pun bisa dilangsungka dengan meriah.
“Tidak mungkin dia menyerah begitu saja, Alex yang kukenal selalu memiliki banyak rencana cadangan. Apa mungkin perasaanku saja hanya salah satu rencana atau dia memang telah berubah”
Pikir liana.
“Ayah aku ke kamar kecil sebentar”
Ucap liana.