Misi Balas Dendam Episode 16
Terpejam
Mataku terpejam ketika aku menyuruhnya untuk menyepong kontol yang sudah terangsang. Tia pun bergerak masuk ke bagian bawah yang tertutup oleh selimut. Tia pun mulai menjilat dan memasukkan kontolku yang berdiri tegak kedalam mulutnya.
“Hari ini oral sedikit berbeda”
Bisikku.
Tapi dia tak membalas ucapanku, dia terus sibuk dengan mengocok kontol di balik selimut tebal kami.
“Apa kau marah padaku Tia”
Ucapkku lagi.
Terlihat gelengan kepala di balik selimut menandakan dia tidak marah.
“Tetapi kenapa kau diam saja tak membalasku”
Ucapku lagi.
Dia tetap sibut mengocok kontolku dengan penuh irama, aku pun mengikuti irama maju mundur tersebut.
“Kau makin pintar saja Tia ku”
Ucapku mengelus kepalanya.
Dimatikannya lampu kamarku, aku tahu tanda Tia sudah tidak kuat lagi ingin merasakan rudalku masuk ke tubuh nya. Ku genggam payudarannya cukup berbeda biasa payudara Tia padat yang ini agak sedikit lembek tapi kupikir mungkin karena sering ku emut.
“Tia memekmu sempit sekali, kau pasti banyak olahraga”
Ucapku.
Benar saja memek Tia lebih sempit dari malam sebelumnya.
“Aakhhhh akghhhh akhhhhhh”
Erangan Tia.
“Semalam tak ku beri jatah, memekmu makin sempit sayangku”
Ucapku lagi.
Hentakan kontolku di dalam memeknya, tubuh tia bergetar hebat cairan bening makin banyak tabur di memeknya. Kulanjutkan seranganku gerakan tubuh tia pun mulai mampu seirama denganku. Kurubah posisi kuangkat tubuh Tia tetap dengan kontolku masuk kedalam memeknya, tubuh tia lebih ringan dan posturnya pun sedikit berbeda tapi aku tak terlalu pikirkan aku sudah terlena oleh remasan dari memek Tia yang luarbiasa.
“Aakkkh enak sekaliii tuaannn Akhhh”
Erang Tia lemah.
Merasakan hebatnya getaran
Tubuhnya bergetar hebat membuat cairan mengalir ketanganku yang mengendongnya ku percepat penetrasi dilubang sempit Tia. Tangannya merangkul erat punggungku, ku sedot payudara yang ada di depan wajahku. Membuat suara erangan dan desahan hebat memenuhi kamar ini.
“Akuuu tidaaaaak kuaaat lagii”
Bisiknya.
Nafas nya makin tidak beraturan seperti orang yang habis berlari 100km.
“Baru satu malam tidak ku genjot kau sudah kehabisan tenaga, kau tak sekuat biasanya”
Ejekku.
Kuubah kembali gaya permainan kami, kali ini gaya dogstyle. Kumasukan kembali kuperlambat kocokanku agar Tia bisa merasakan luarbiasa senjata pamungkasku. Tubuh Tia pun mulai tak mengikuti ritme ku meskipun Dia telah kelelahan sekali.
“Siap-siap aku akan menghamilimu lagi”
Bisikku yang merasakan kontolku berkedut yang akan mengeluarkan laharnya.
Croooot… crooooot… croooot… crooooot… croooot…
“Nikmaaat enaaak tuanku”
ucapnya.
“Panjanng besarrrrr kuaaat”
Racaunya berulang kali berbicara.
Tiba-tiba horden kamar dibuka membuat sinar mataharipun masuk ke seluruh isi kamar.
“Hera waktunya bangun aku sudah memasak nasi goreng buat kita”
Ucap Tia.
“Tiaa”
Ucapku.
“Tuanku sudah kembali”
Ucapnya.
Bugil Tidak berdaya
Pantesan saja tubuh, payudara, memek dan erangannya pun berbeda. Kulihat wanita bugil tak berdaya di sampingku saat sinar matahari telah menerangi semua adalah Hera. Wajah Tia menyiratkan kesedihan, aku coba menjelaskan keadaan ini Tia hanya terdiam.
“Aku tak bermaksud seperti ini”
Ucapku.
“Tidak apa-apa tuan”
Ucapnya dengan nada pelan.
“Maafkan aku, harusnya aku tahu dia bukan dirimu Aku terlalu bernafsu maafkan aku Tia”
Ucapku bangun dan memeluknya.
“Aku tak berhak marah aku hanya budakmu tuan”
Ucapnya lagi.
“Tapi kau bukan budakku, kau wanita yang istimewa buatku”
Ucapku.
“Sekali lagi aku minta maaf”
Ucapku meyakinkannya.
“Untuk apa tuan minta maaf, aku baik-baik saja”
Ucapnya.
“Kenapa tuan tidak pulang semalam”
Ucapnya.
Aku ceritakan semua kejadiaan tentang Nura dan ibunya sehingga membuatku tidak pulang, Tia mengucap belasungkawanya.
“Tuan aku sudah memasak kau belum makankan”
Ucap tia tersenyum.
“Senyum ini yang buatku jatuh kepelukanmu”
Ucapku.
“Kau mulai gombal tuan”
Ucap Tia.
“Aku belum makan dari siang kemaren, apa masakanmu enak”
Ucapku.
“Tentu saja Tia jago masak”
Ucapnya membanggakan diri.
“Itu lah istriku”
Ucapku permainankan dia.
Saat menyusuri tangga kulihat agung melambaikan tangannya.
“Apa kalian berpacaran disubuh buta seperti ini”
Ucap agung.
“Maklum kami pengantin baru”
Balasku membuat agung tertawa.
“Ada yang ingin kubicarakan padamu saudaraku”
Ucap agung.
“Baiklah, Tia kau siapkan sarapan aku ingin berbincang-bincang dengan Agung dulu”
Perintahku.
Kami berdua pergi meninggalkan Tia menuju balkon kanan.
“Dari mana saja kau tidak pulang”
Ucapku.
Kuceritakan tentang Nura kembali dan masalah Nura dengan ketiga laki- laki yang bertarung denganku.
“Itulah kelemahanmu saudaraku”
Ucap Agung.
“Apa maksudmu”
Balasku.
“Kau memang monster yang memiliki hati, perasaan belas kasianmu akan membunuhmu dalam misi BALAS DENDAM kita”
Ucap agung.
“Aku juga berpikir begitu”
Ucapku yang menyadari kelemahanku.
“Tidak lama lagi kita akan memulai misi BALAS DENDAM. Ingat, saat kau memulainya semua orang yang akan berhubungan dengan dirimu akan memiliki resiko besar”
Jelas Agung.
“Tia, hera, dan hadi lalu Nura juga jika kau tak berhasil menyelesaikan misi mereka akan mati tanpa tahu penyebabnya”
Lanjut agung.
“Aku, Edi dan Adi sudah bersumpah setia kepadamu dan akan membantu meskipun nyawa kami taruhannya”
Tegas Agung.
“Sedangkan hadi dia kemungkinan bisa menghianati kita menusuk kita dari belakang”
Ucap Agung.
“Hadi adalah orang yang bodoh dan semaunya tapi dia orang yang cukup setia. Kau tahu kan kemampuanku membaca perasaaan seseorang”
Ucapku.
“Satu hal lagi yang terpenting tentang misi BALAS DENDAM kita”
Ucap Agung.
“Apa itu saudaraku”
Ucapku.
“Cepat atau lambat, mau atau tidak mau kau akan berhadapan dengan Meliliana. Apa kau sanggup menghabisinya”
Ucap Agung.
“Aku akan berusaha untuk misi BALAS DENDAM ini melindungi seluruh keluarga kita”
Ucapku percaya diri.
“Aku merasakan aura adi makin dekat”
Lanjutku.
“Jadi dia akan datang sebentar lagi aku tak sabar bertemu dengan monster satu itu”
jawab Agung.
“Sebaiknya kita makan dulu Tia telah menyiapkan segalanya”
ucapku.