Misi Balas Dendam Episode 16
POV ALEX
Tiba dirumah nura aku sudah berjumpa dengan beberapa stafku dikantor yang telah tiba terlebih dahulu. Rumah kecil ini pun penuh sesak dengan jumlah orang yang membludak memenuhi setiap sisi rumah ini. Kulihat hadi tiba, bersama dengan kak Yulina, terpikir olehku mengapa mereka bersama.
“Lama sekali kau, darimana saja”
Ucapku.
“Maaf bos, maklum bawa mobil dalam keadaan ngantuk”
Balasnya.
“Dimana Nura pak???”
Tanya kak Yulina.
“Dia didalam temani ya kak”
Ucapku.
“Mana kunci mobikku dan ini kunci mobil dinasku pulangkan ke kantor ya”
Lanjutku.
“Oh ini bosku”
Ucap Hadi.
“Aku mau istirahat dulu”
Ucapku meninggalkannya menuju mobil.
Aku bergegas ke mobil untuk beristirahat di dalam mobil, ku start mobilku, aku aktifkan AC nya dan kuturunkan tuas jok untuk tidur kupejam mataku untuk beberapa saat. Sampai terdengar suara mengobrol dari tiga pria di luar mobilku yang bernada keras. Awalnya aku tak memperdulikan obrolan itu namun lama kelamaan aku mulai tertarik mengupingnya karena berhubungan dengan Nura.
“Gimana bang, kapan kita eksekusi?”
Ucap laki-laki pertama yang bertubuh pendek.
“Sabar setelah ibu dikuburkan”
Ucap laki-laki kedua yang bertubuh cukup tegap.
“Tak akan ada yang melindunginya lagi sekarang”
ucap laki-laki ketiga termuda diantara mereka.
“Udah lama aku tidak menikmati memek sempit itu”
Ucap laki-laki kedua.
“Tapi kali ini bagi-bagi ya bang”
Ucap laki-laki pertama.
“Kalo masalah itu mah tenang aja”
Ucap pria kedua.
“Kita beraksi kapan ini gak sabar pengen denger desah Nura”
Ucap pria ketiga santai.
Jadi mereka ini lah yang memperkosa Nura waktu itu. Aku ingin menolong Nura sesuai dengan janjiku pada ibu Nura kubuka pintu mobilku, membuat ketiga pria itu kaget.
“Bang aku merekam ucapan kalian bertiga loh”
Ucapku.
“Eehh lu siapa berani banget lu ngomong!!!”
Ucap pria kedua yang seperti bos geng ini.
“Mau tahu siapa saya, saya calon Suami dari wanita yang kalian bicarakan”
Ucapku santai sambil tersenyum.
“Jadi loh calon suami dari adik ipar ya”
Ucapnya meninggikan suara untuk memprovokasiku.
“Kalau lu mau hidup lebih baik hapus itu rekaman dan pergi jauh dari sini”
Ucap pria ketiga.
Sedangkan pria pertama mendekatiku dan mencabut belati nya mengarahkan padaku.
“Kenapa kau diam takut sebaiknya pulang sana Nura milik kami”
Ucap pria kedua.
“Kalian terlalu serius”
Ucapku.
“Ngejek kita dia”
Ucap pria pertama dan menghunuskan belati ke arahku.
Dengan cepat aku menghindari ayunan belati menghajar wajahnya dengan tinjuku membuat dia terhuyung lemas, kuraih belatnya kuarahkan padanya.
“Pergi dari sini dan jangan coba-coba mengganggu Nura atau kau tak ingin melihat matahari lagi”
Ucapku.
Ancamanku
Ancamanku membuat mereka bergegas kabur, aku yakin ini tidak akan aman untuk Nura meninggalkan nya adalah sebuah kesalahan. Handphoneku berdering, ternyata telepon dari orang nomor satu didaerah ini.
“Hello alex kau bisa dateng keruanganku sekarang”
Ucapnya singkat.
“Saya akan kesana pak tetapi mungkin saya akan terlambat. Salah satu staf ku ,ibunya meninggal pagi ini jadi aku harus melayat dulu pak”
Ucapku menjelaskan keadaan ini.
“Aku tunggu kau 2 jam dari sekarang”
Ucapnya langsung mengakhiri telponnya.
Kudekati hadi dikumpulan orang yang melayat makin banyak, kulihat Nura juga dikelilingi banyak orang dia akan aman untuk saat ini.
“Aku ingin bicara denganmu”
Bisikku.
Hadi mengerti kami menjauh dari hingar bingar orang yang melayat, kuceritakan masalah tiga orang tadi pada hadi.
“Kalau begitu Nura dalam bahaya”
Ucap hadi.
“Bisa dibilang begitu jadi jaga lah dia sementara aku di panggil oleh pak Bupati sebentar. Jangan macam-macam dia milikku urus semua acara pemakamannya”
Jelasku pada hadi sambil memberikan segepok uang.
“Apa bos sudah melakukan hal itu ke Nura?”
Tanya hadi.
“Tia pasti kecewa bos berselingkunh di belakangnya”
Lanjut hadi.
“Aku pergi dulu”
Mengabaikan pertanyaannya aku pergi.
Kupacu mobil dengan kecepatan penuh menuju rumah, jujur aku kesulitan untuk tidur nyenyak kalau diluar rumah. Tiba dirumahku, aku langsung pergi ke atas memasuki kamarku. Kulihat seorang wanita sedang tertidur terselimuti dengan lampu tidur yang remang-remang.
“Aku akan tidur 1 jam terlebih dahulu”
Ucapku.
“Tia maaf aku tidak pulang tadi malam kau pasti kangen denganku”
Bisikku sambil memeluk nya dari belakang.
Tanganku mulai liar, aku remas-remas berlahan payudaranya yang padat itu suara desahan keluar dari mulutnya. Kulihat baju tidur yang cukup seksi digunakannya membuatku tak ingin melepaskan pelukaan. Jika tak buru-buru harus ke kantor aku akan menikmatinya dulu. Tanganku masih nakal dipayudaranya kucium leher jenjangnya yang putih sesekali kujilat hangat telinganya.
“Tubuhmu harum dan halus”
Bisikku lagi.