Misi Balas Dendam Episode 04
Perasaan ini
Detak jantungku, mulai berdetak kencang. Apa ini yang kurasakan rangsangan atau??? Untung pria itu telah selesai membasuh tubuhku, jika tidak dia pasti akan tau aku telah sadar. Keadaan kembali hening, tubuhku mengigil dingin karena ruangan ini ber AC. Kemudian AC ruangan berhenti dan pria itu membuka borgol di tangan dan kakiku. Dia kembali meninggalkanku sendirian di ruangan, ini saat terbaik jika ingin kabur tapi tubuhku terlalu lelah untuk bergerak.
Langkah kaki pun kembali mendekat, kemudian dia mengambil kedua tanganku. Mengoles sebuah gel yang membuat tanganku yang terluka karena borgol terasa lebih baik di lanjutkan dengan kedua kakiku. Lalu dia kembali memborgol kaki kiri saja dan di kaitkan ntah dengan apa, dengan kedua tangan tidak di borgol. Aku merasakan sebuah kain besar menimpah tubuhku yang bugil ini, ku tebak itu pasti selimut. Membuat tubuhku menjadi hangat, kantukku muncul dan hilang ke sadaran kembali.
Sudah berapa lama aku tertidur
Entah berapa lama aku tertidur, yang jelas semua tenagaku kembali pulih hanya beberapa rasa nyeri di vaginaku. Saat ini tanganku tak teringkus, membuatku dengan mudah membuka penutup mata dan pembungkam mulutku yang berbentuk bola ini. Mataku masih samar-samar melihat suasana ruangan ini, maklum lebih dari 12 jam mata tertutup kain itu. Penghilatanku pun mulai kembali, aku pun dapat melihat ruangan tempat penyekapan adalah sebuah kamat tidur yang cukup luas dan mewah. Seluruh fasilitas ada di sini dari tv berukuran besar sampai lemari berukir indah.
“Dimana ini? Apa para penculik itu menjual ke pemilik rumah ini!!”
Pikirku.
Saat akan bangun kaki kiriku tersangkut oleh borgol yang bersatu dengan ujung kaki ranjang. Aku berusaha membukanya tetap tidak bisa dibuka. Akhirnya aku menyerah, kemudian ku coba melihat sekelilingku dan aku melihat di sampingku terdapat teko air dan sepiring nasi goreng, tanpa pikir panjang aku mulai melahapnya.
POV ALEX
“Kau sudah bangun?? Apa tidur lelap??”
Tanyaku sambil melihat tia makan nasi goreng yang sengaja ku masak untuk dia.
Tia tang sedang sibuk menyantap nasi goreng terkejut akan kedatanganku.
“Siapa pria ini? Apa dia yang telah membeliku?”
Tanya tia dalam hati.
“Apa rasa nasi goreng tidak enak?”
tanyaku lagi.
“Siapa kau?”
tanya tia tanpa membalas pertanyaanku.
“Kau tidak kenal aku? Bukankah kau menikmati kontol ku kemarin?”
Jawab ku sambil melangkah mendekatinya.
“Apa salah ku? Kenapa kalian melakukan ini!! Lepaskan aku, aku tidak akan beritahu kejahatan kalian”
teriak tia.
“Santai tia, bertanya satu-satu aku bingung menjawabnya”
Jawabku sambil duduk di kursi samping tempat tidur.
“Aku mohon lepaskan aku. Aku telah memiliki anak, suami ku akan mencari ku”
Iba tia.
“Kau harus lupakan mereka, lupakan hidupmu yang dulu. Disinilah hidup barumu bersamaku”
Jawabku.
“Kenapa kau memilih ku”
Tanya tia yang tak mampu membendung air mata, air matanya pun mulai kembali mengalir.
“Aku tak memilihmu, tapi takdir yang mempertemukan kita disini”
Jawabku.
Tia hanya terus menangis, dia menarik selimutnya untuk menutupi tubuh bugilnya.
“Tubuh mu bau sekali, sebaiknya kita mandi”
Ucapku.
Aku mendekatinya menarik kedua tangan kedepan dan kembali memasang borgol di tangannya. Bergerak kebawah aku melepaskan borgol yang terkait diujung kasur ku, ku bopong tia. Tubuhnya meronta sesaat lalu kembali diam, mungkin dia takut aku akan semakin menyakitinya jika ia terus melawan. Aku membawanya menyusuri tangga sampai kearah belakang rumah ku, terdapat kolam renang indoor kecil.
Dengan kedalaman 1,5 meter, ini tempat favorit saat aku masih kecil hingga sekarang aku lebih senang mandi di sini ketimbang di kamar mandi. Aku melempar tubuh tia kedalam kolam air, tubuh tia tenggelam. Dia terus berusaha mengeliat untuk memperbaiki posisinya agar tidak tenggelam, sepertinya tia terlalu panik padahal kolam itu tidak akan membuatnya tenggelam tia terus mengeliat. Aku hanya tertawa dan mengambil foto beberapa gaya tia di dalam air, melihatnya mulai kehabisan tenaga aku menarik kedua tangannya.
“Kau hanya perlu berdiri”
Ucap ku sambil tertawa.