Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 41 B
Beberapa sudah masuk ke tempatku
“Kok diem ? Suka enggak ?”
kataku mengulangi pertanyaan sebelumnya.
“Maaf mas, aku suka.”
Jawab istriku lirih.
“Kurang puas sama aku, atau gimana ?”
Kembali aku mencecar istriku untuk mendapatkan pengakuannya.
“Enggak mas, aku juga sangat menikmati dengan kamu mas. Tapi aku juga ga bisa bohong, kalau aku merasa lebih bernafsu ketika ada banyak pria yang pake aku mas.”
Jawab istriku dengan sedikit terbata-bata.
“Udah berapa kontol yang masuk ke memekmu itu ?”
Tanyaku dengan masih nada tinggi.
“Maaf mas, aku lupa. Selain sama mereka bertiga, masih ada model-model pria om Robert yang ikut, penjaga villa om Robert, dan 2 orang di hotel waktu itu. Dan beberapa partner bule mas pas di Bali.”
Jelas istriku menyebutkan dengan siapa saja dia sudah dinikmati.
“Banyak juga ya ? Kamu puas main sama mereka ?”
Tanyaku.
Tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari mulut istriku. Hanya anggukan pelan dengan masih penuh ketakutan.
“Sekarang aku pengen liat, gimana kamu ngasih kepuasan ke kontol-kontol itu.”
Perintahku pada istriku.
“Om Robert, Om Ivan, dan om …. “
Tanyaku pada pria yang belum kukenal itu.
“David.”
Jawabnya lugas.
“Oh iya, om David. Tolong biarkan istriku memberikan kepuasan ke kontol-kontol kalian. Rasanya lonteku tercinta ini masih butuh kontol-kontol kalian untuk memuaskan birahinya.”
Perintahku pada mereka yang disambut ekspresi heran mereka.
“Enggak mas, aku malu”.
Jawab istriku dengan terisak.
“Kamu mau membantah, Lonte !”
Teriakku padanya.
“Ayo om Robert, om Ivan, om David, jangan malu-malu. Toh dari tadi siang keliatan semangat banget goyangin lonteku ini.”
Kataku mempersilakan mereka.
Dengan langkah yang sedikit berat, mereka kini mengitari istriku.
“Ayo lonte, beri sedotan mautmu itu pada kontol-kontol mereka.”
Perintahku pada istriku.
Well, sampai saat ini aku memang masih terus menaikkan nada bicaraku untuk memberikan kesan bahwa aku marah dengan perlakuan istriku. Padahal di dalam batinku, aku sedikit tertawa serta antusias dengan apa yang bakal mereka lakukan.
“Turunin celananya, ngapain malah diem aja.”
Teriakku pada Istriku.
Dengan masih ketakutan meraih celana mereka bertiga secara bergantian, menurunkannya, dan kemudian menggenggam kedua kontol yang ada di kanan kirinya. Sementara mulutnya kini melahap kontol om David yang tepat di hadapannya.
Dengan masih malu-malu dan terlihat canggung, istriku mulai memberikan rangsangan ke kontol-kontol yang tersaji di hadapannya. Sesekali juga melirik ke arahku dengan ekspresi ketakutan, meski sudah tak nampak air mata yang keluar. Sengaja makin kuberikan semangat pada istriku yang mungkin baginya seperti sebuah sindiran kasar.
“Kenapa malu-malu gitu ? Tadi bukannya semangat banget ya ?”
Kataku dengan nada mengejek.
Mereka hanya menikmati ransangan
Para pria nampak tak ambil pusing dengan kata-kataku, mereka hanya fokus menikmati rangsangan di batang kontolnya. Walaupun sepertinya malu jika harus melenguh maupun mengerang seperti biasanya. Atau mungkin karena di bawah tekanan, jadi mereka kurang all out dalam menghayati setiap belaian istriku.
“Kasihan istrimu bro, sudahi saja semua ini. Aku minta maaf betul jadi seperti ini.”
Ucap om Robert padaku.
“Setelah mungkin sudah berkali-kali menikmati istriku di belakangku, sekarang om ngomong gini ?”
Tanyaku pada om Robert sinis.
“OK, aku minta maaf. Terus terang aku ga tahan liat bodi istrimu bro.”
Timpal om Robert.
“Ya sudah, sekarang lakukan apa yang tadi sudah kalian mulai dari siang. Toh aku sudah mempersilakan kalian untuk dinikmati lonteku itu.”
Balasku.
“Aku ga ngerti maksud kamu dengan suruh kita seperti ini. Ayolah, bicarakan baik-baik dulu. Aaaaaaahhh…”
Pinta om Robert padaku sembari memekik karena istriku tampaknya sudah mulai tidak canggung lagi. Batang kontolnya baru saja kena sedotan maut mulut istriku.
“OK, karena tadi kalian udah menikmati istriku, sekarang kalian harus menghormati aku sebagai suaminya. Aku udah liat dengan mata kepalaku sendiri kalian dengan suka ria nya menimati istriku, sekarang aku pengen kalian liat istriku memberikan kenikmatan memeknya pada suami sahnya.”
Ucapku.
“Sini sayang, lonteku cintaku. Puasin suamimu, kasih liat ke mereka, goyangan istri lonte pada suaminya.”
Pintaku.
Aku lantas meraih tangan istriku, kubaringkan tubuhku di ranjang, dan kemudian memposisikan istriku agar naik di atasku.
“Ayo, puasin suamimu.”
Kataku sambil merentangkan tangan, seakan memberi kekuasaan penuh istriku untuk menjamah setiap tubuhku dan mencurahkan segenap kemampuannya memuaskan kontol lelaki.
“Jangan malu-malu gitu dong, tadi sama orang lain kayanya semangat banget. Udah kaya perek high-class.”
Sindirku padanya, yang mungkin membuat kupingnya panas karena sedari tadi aku menyebutnya sebagai lonte, perek, pelacur dan sebagainya. Atau mungkin malah dia makin terangsang ketika direndahkan seperti itu.
Sementara ketiga pria itu kusuruh duduk rapi berjejer dan menonton pergumulanku dengan istriku. Tak ada penolakan dari mereka. Istriku yang seakan tersindir, dan juga malu karena tertangkap basah bermain liar dengan pria-pria lain kini sudah mulai bergerak. Tangannya menggapai kedua bahuku, menumpu sambil kemudian di turunkannya tubuh sintal itu.
Tatapannya sudah tak nampak lagi raut ketakutan. Justru kini tatapannya sangat menggoda, sorot mata tajam namun terasa binal. Mulutnya turun hinggap di puting kananku, dengan nakalnya di sentil-sentilnya putingku dengan lidahnya. Sementara tubuh bagian bawahnya kini menggesek batang kontolku yang masih terbungkus celana.
Di cucupinya kedua putingku secara bergantian, sambil terus memberikan “tekanan” di batang kontolku. Sesekali di sambarnya bibirku untuk memberikan french kiss singkat padaku. Kini dia merayap turun ke bawah, di raihnya celanaku, dan kemudian di turunkannya sampai melorot dan terlepas dari tubuhku. Di ciuminya batang kontolku yang masih terhalang kain celana dalam, sementara kedua tangannya hinggap mengelusi kedua pahaku.
“Dibuka ya sayaaaang… ”
Ucapnya menggoda.