Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 41 B
Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 41 B
Royal Win Indonesia Entertainment – Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 41 B Kuraih handphoneku dan melihat jam berapa sekarang, ternyata sudah jam 11 malam. Aku terbangun karena sayup-sayup mendengar ada rintihan seorang wanita. Kemudian aku mengenali suara itu, suara istriku. Aku bergegas bangun dan mengintip dari balik jendela.
Ternyata benar dugaanku, aku melihat istriku sedang duduk dan bergoyang di atas tubuh om Robert. Mereka bercinta di kursi tepian kolam renang dengan santainya. Bisa terlihat binar keceriaan dan semangat yang menggebu di wajah istriku saat meliuk-liuk menggoyang kontol om Robert. Tak jarang dia memberikan tontonan erotis pada om Robert ala penari striptis di klub malam dengan remasan-remasan di payudaranya, serta merentangkan tangan dan membusungkan dadanya, seolah membanggakan payudaranya yang memang bikin nafsu.
Sesekali om Robert juga tampak menampar kedua payudaraku bolak balik dengan gemasnya. Juniorku kembali bangkit melihat pertunjukan erotis istriku. Sambil kuelus perlahan menanti apalagi yang akan terjadi selanjutnya. Kuambil handphoneku dan segera merekam adegan persetubuhan mereka berdua. Perkiraanku mereka baru saja memulai pergumulan ini, terlihat dari tempo goyangan istriku yang belum sepenuhnya. Irama yang di berikan istriku masih naik turun, kadang di naikkan temponya lebih cepat, lalu turun ke tempo yang lebih lambat namun dengan sodokan yang kuat.
Hatiku berada di kebimbangan, haruskah aku keluar menemui mereka dan meminta penjelasan dari istriku, ataukah menanti sampai mereka akan pulang. Di satu sisi, aku memang masih penasaran dan justru ketagihan melihat aksi-aksi istriku yang liar dan binal seperti ini, tapi di sisi lain aku hanya ingin berterus terang pada istriku. Mengatakan padanya kalau aku tidak keberatan,marah ataupun kecewa apabila dia berhubungan badan dengan pria lain.
Mempertimbangkan efek positif dan negatifnya
Dengan syarat tentu saja dia harus merasa puas, nyaman dan tentunya aman. Aman dari hal-hal yang menyakiti dirinya, dan juga aman dari kemungkinan terkena penyakit menular seksual. Mungkin saja dia bisa seliar dan sebinal ini di belakangku karena intensitas hubungan seks kami berdua, atau karena memang tingginya nafsu istriku yang di atas kewajaran. Bagiku, keterbukaan lebih penting ketimbang harus main belakang yang mungkin jadi berefek buruk dalam rumah tangga kami.
Setelah mempertimbangkan efek positif dan negatifnya, akhirnya kuputuskan akan menghampiri mereka setelah istriku menyelesaikan birahinya. Gairahku makin membara seiring dengan makin hebatnya goyangan istriku di atas tubuh om Roberts. Liukannya bak pelacur kelas atas profesional. Meskipun aku sendiri tak pernah mencoba jajan di luar, tapi rasanya goyangan istriku tak kalah juaranya dengan pelacur high class langganan pejabat.
Gerakan maju mundur istriku nampak sudah mulai naik ritmenya. Tangan om Robert juga terlihat makin gemas meremasi kedua payudara istriku yang bergoyang indah layaknya pohon kelapa yang tertiup angin. Aku bersiap menghampiri mereka nanti tepat saat istriku ambruk mendapatkan orgasmenya.
Tak butuh waktu lama, kulihat istriku setengah teriak dengan kepala mendongak, sementara tubuhnya melenting mengejang ke belakang saat orgasmenya tercapai. Kubuka pintu kamar, dan kemudian berjalan melangkah ke arah mereka bergumul. Istriku terlihat ambruk di atas tubuh om Robert. Sesampainya di dekat mereka, aku hanya diam berdiri mematung dengan memasang muka serius. Terdengar deru nafas istriku yang memburu di iringi dengan suara deburan ombak.
Suasana Hening
Tepat saat dirinya bangkit, dia ternganga melihat aku yang sudah berdiri di depannya. Suasana sempat hening beberapa saat ketika istriku melihat suaminya sedang berdiri di depannya, menyaksikan dengan mata kepalanya bahwa istrinya sedang menduduki batang kontol pria lain dan baru saja selesai mendapatkan orgasmenya. Om Robert yang tampak bingung melihat ekspresi wajah istriku pun kemudian penasaran dan menoleh ke belakang. Kami sempat beradu pandang sejenak, tapi bisa kutangkap bahwa tak ada rasa kaget dan takut yang terpancar di wajahnya.
Istriku lantas bangkit dan kemudian bergegas menghampiriku. Dengan isak tangis, dia bersimpuh di depanku dengan permintaan maaf yang bertubi-tubi. Dengan santainya kuraih tangannya agar dia berdiri, dan lantas menggandengnya, berjalan ke arah kamar. Sempat aku berpesan pada om Robert untuk ikut denganku dan memanggil serta kedua temannya.
“Mas, aku minta maaf mas. Aku sayang kamu mas.”
Pinta istriku.
Sepanjang kami berjalan menuju ke arah kamarku, istriku tak henti-hentinya terus meminta maaf kepadaku. Tak kupedulikan apa yang dia katakan, kubuka pintu kamarku dan kemudian menyuruhnya masuk. Kutempatkan dia berdiri di sudut kamar, sembari menunggu kedatangan 3 pejantan tua itu. Beberapa saat, nampak om Robert, om Ivan dan satu pria yang belum kukenal namanya itu masuk ke kamarku dengan urut. Hanya om Robert yang nampak santai berjalan tanpa rasa bersalah, sementara kedua pria lainnya tertunduk malu saat memasuki kamar. Kusuruh mereka berdiri berderet di samping istriku. Kuambil kursi dan kutempatkan di sudut kamar lainnya. Sehingga kini aku duduk di depan mereka terhalang oleh ranjang.
“Sudah berapa lama kamu seperti ini ?”
Cecarku pada istriku tersayang.
“Sejak photo pertama kali dengan om Robert mas.”
Jawab istriku.
Sedikit tertegun aku mendengar jawaban dari istriku.
“Kamu suka ?”
Tanyaku padanya.
Nampak dia hanya terdiam menunduk tak berani menatap wajahku.
“Hei, ngapain ditutupin. Aku suamimu. Dan mereka juga udah menikmati semuanya kan?”
Teriakku saat melihat istriku menyilangkan tangan di depan payudara dan vaginanya.
Segera di turunkan kedua tangannya sambil tetap tertunduk, meskipun sempat tadi dia kaget dengan teriakanku. Rasanya aneh juga melihat kondisi istriku dan ketiga pria itu saat ini. Seperti deretan kriminal yang sedang di interogasi.