Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 35
Berenang bareng
Aku melihat jam dinding di kamar, ternyata sudah jam 1 siang. Masih ada 3 jam lagi menunggu kedatangan om Robert dan om David.
“Om, berenang yuk.”
Ajakku ke om Ivan.
“Boleh. Bawa baju renang ?”
Tanyanya.
“Eh iya, aku ga bawa. Ginian aja gapapa kali ya.”
Ujarku.
“Minta bikini ke Handi sana.”
Suruh om Ivan.
Aku langsung bangkit dan dan berjalan menuju ke kamar sebelah.
“Eh, maaf mbak.”
Teriaknya kaget.
Saat aku membuka connecting door, ternyata Handi sedang self-service mencapai kenikmatannya. Aku pun sebenarnya juga sedikit kaget, tapi tetap santai. Handi tampak tergesa-gesa memasukkan kontolnya kembali ke dalam celana.
“Maaf ya mbak.”
Ucapnya sambil tersipu malu.
“Iya gapapa, wajar kok. Mending dikeluarin daripada jadi nyut-nyutan di kepala. Abis liat bokep ya?”
Tanyaku.
“Enggak mba, cuman tadi liat mba tidur pas dipanggil Bapak.”
Jelas Ivan.
“Masa liat mba tidur aja jadi pengen sih ?”
Tanyaku sambil memancing responnya.
“Iya nih mba, seksi banget.”
Pujinya sambil tersipu.
“Mau renang nih, ikut nggak ?”
Tanyaku pada Handi.
“Enggak mba, aku jaga kamar aja.”
Jelasnya.
“Oh ya udah deh. Eh, kata Bapak suruh minta bikini ke kamu. Dimana ?”
Tanyaku pada Ivan, sembari ikut menyebut om Ivan dengan sebutan Bapak.
“Bentar mba.”
Jawabnya yang diiringi dia bangkit dari ranjang.
Di bukanya salah satu koper, dan kemudian menyodorkan 3 pasang bikini kepadaku. Aku menerima dengan heran, karena ukuran ini bisa dibilang adalah micro-bikini, hanya menutupi bagian-bagian penting dengan space yang mepet.
Kuputuskan memakai 1 yang berwarna gold ini. Dan tanpa risih aku mengganti pakaianku dengan bikini di depan Handi. Dia tampak melongo saat aku melepaskan kaos dan hotpant ku sekaligus, sehingga tubuh telanjangku tampak di depan mata kepalanya.
Setelah aku telanjang total, aku melihat-lihat bikini berwarna gold ini, seperti kaum wanita saat memilih-milih pakaian. Aku sengaja melakukan ini untuk mengulur waktu agar Handi bisa lebih lama memandangi tubuhku. Namun dengan sengaja tidak melakukan kontak mata agar dia tidak malu. Setelah bikini itu sudah kupakai dengan sempurna, aku berpose di depan Handi sambil bertanya padanya. “Bagus nggak ?”.
Kaget Terpersona
“Bagus mba, bagus banget.”
Jawabnya sambil tergagap.
Mungkin dia sedikit shock dengan apa yang baru saja di lihatnya.
“Ya udah, aku berenang dulu ya.”
Bisikku saat menghampiri Handi, berusaha memberikan tontonan jarak dekat.
Tak menunggu jawabannya, aku berbalik kembali ke kamar sebelah. Kulihat om Ivan sudah siap menuju kolam renang hanya dengan celana pendek saja.
“Yuk om.”
Ajakku kepada om Ivan yang segera diikutinya langkahku keluar kamar.
Meskipun siang hari, kolam renang disini aman dari terik matahari karena pohon-pohon besar di sekitarnya yang rindang. Terlihat tidak ada orang lain selain aku dan om Ivan. Wajar saja, ini hari Senin, beda kondisi kalo ini adalah hari Minggu atau hari libur.
Aku duduk di tepian kolam untuk memasukkan kedua kakiku ke air, menyesuaikan suhu tubuh dengan air yang pastinya lumayan dingin di wilayah pegunungan seperti ini. Tampak om Ivan mengambil tempat di seberang langsung masuk ke kolam renang meskipun dengan perlahan. Aku menggoyangkan kakiku di dalam air sambil melihat sekitar yang di penuhi dengan pohon-pohon tinggi. Dengan tiba-tiba om Ivan muncul dari dalam air dan kemudian memelukku dan menarik tubuhku ke dalam air.
“Hiyaaaa….”
Aku berteriak kaget karena masih belum siap dengan dinginnya air kolam renang.
Seluruh tubuhku langsung merinding. Om Ivan tertawa lepas saat melihat kekagetanku. “Maaf ya.”
“Om Ivan ih ngagetin aja, dingin banget nih.”
Protesku manja.
“Ya udah, nanti om angetin deh.”
Jawabnya sambil bercanda.
“Tapi ini ditutupin dulu.”
Katanya sambil menowel putingku, dan kemudian menurunkan bikiniku yang terangkat keatas karena masuk ke air secara tiba-tiba.
“Aaaaaaauw.”
Teriakku geli.
“Kalo kekecilan kaya gini, mending ga usah dipake.”
Bisiknya sambil kemudian berenang ke sisi yang lebih jauh.
Kulihat dia berenang menjauhiku.
“Sampe sini kaget baru tahu rasa.”
Gumamku dalam hati.
Aku dengan berani melepaskan bikiniku, sehingga kini aku benar-benar telanjang bulat di dalam kolam renang. Aku berani karena melihat kawasan ini sepi, mungkin nantinya hanya kami pengunjung di area ini. Kalaupun ada yang lewat di area kolam renang juga pasti karyawan hotel. Biarin aja pikirku.
Sebuah tonjolan kecil
Sesuai dugaanku, saat om Ivan berenang ke sisi ini menghampiriku, dia dengan cepat memelukku dari belakang. “Eeeeehhh…” Kini dia yang kaget saat memelukku dimana tangannya tak merasakan ada penghalang. Justru tonjolan kecil yang terasa di tangannya.
Dari dalam air tentu saja dia tak bisa melihat kalau aku sudah telanjang bulat, kecuali jika dia memakai kacamata renang. Menyadari aku telanjang bulat, sepertinya gairahnya langsung naik. Di tariknya aku ke tangga kolam renang, dan di turunkan sedikit celananya,sehingga batang kontolnya mencuat keluar. Di pepetnya aku, agar batang kontolnya yang sudah tegak mengeras menempel ketat di belahan pantatku. Digesek-geseknya batang kontol miliknya ke belahan pantatku dengan penuh nafsu.
Di ciuminya leherku bagian belakang dan depan, serta punggungku. Aku hanya bisa terdongak menikmati belaiannya. Kini dia sudah siap untuk menggempur kemaluanku, aku sedikit menurunkan tubuh atasku agar posisiku sedikit membungkuk. Aku tak bisa melihat seberapa besar batang milik om Ivan di dalam air. Namun saat ujung kontolnya ditempelkan ke bibir vaginaku, aku bisa dengan jelas merasakan diameter yang istimewa.
Dengan sabar dia mendorong batang kontolnya agar dapat tertanam di liang kenikmatan duniawiku. Sepertinya dia cukup berpengalaman untuk memberikan kenyamanan pada setiap wanita dengan diameter kontolnya yang istimewa. Tentunya sangat menyakitkan bagi lubang vagina jika dia secara tergesa-gesa menancapkan batang kontolnya.