Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 20
Melihat Pak Karyon membuatku sedikit horny
Kulihat pak Karyo sedang bersandar di ranjang kamarnya, hanya mengenakan kaos dan tanpa pakaian di bagian bawah. Yang otomatis membuat batang penisnya terlihat olehku. Ini yang membuatku terjerumus dalam perasaan yang campur aduk, antara kaget, takut, penasaran dan sedikit horny.
Kulihat batang itu sedang di kocok dengan teratur oleh pak Karyo. Aku tak bisa mendengar suara apapun dari luar sini, meskipun aku melihat pak Karyo seperti sedang mengucapkan kata-kata. Batang di antara 2 paha itulah yang menyelipkan rasa penasaran dan hornyku ketika melihat ini semua. Ukurannya yang menurutku istimewa, terbesar dari kontol-kontol yang sudah kulihat secara langsung. Horny yang menyelimuti tentu saja karena aku takjub dengan ukuran kontol yang sebegitu besarnya.
Sementara rasa penasaran juga terselip, sambil sedikit berimajinasi. Bagaimana rasanya ketika memekku terhunus batang kontol sebesar itu. Yah, meskipun sebenarnya aku sendiri tak mempermasalahkan ukuran. Selama batang kontol itu keras layaknya batang kayu, sudah sangat bisa membuatku orgasme. Hanya saja kupikir pastinya ada sensasi tersendiri ketika di sodok dengan ukuran yang wah seperti itu.
Memikirkan Ide gila
Sebuah ide gila pun muncul dalam pikiranku, untuk menutupi rasa penasaranku dengan batang kontol pak Karyo itu, aku akan mencoba membalas perbuatannya tadi malam. Sehingga aku tidak terlihat seperti perempuan murahan yang sengaja menggodanya. Aku berencana untuk dengan tiba-tiba membuka pintu kamar itu dengan dalih mencari pak Karyo.
Namun pintu itu akan kubuka tepat bersamaan dengan waktu orgasme yang di raih pak Karyo. Yang mana tentu saja itu akan membuat pak Karyo gelagapan melihat kedatanganku, sementara kondisinya masih telanjang di bagian bawah. Kulanjutkan kegiatan mengintipku ini, sambil menunggu saat yang tepat untuk “menggerebek” Pak Karyo. Pak Karyo masih asyik dengan ayunan tangan di batang kontolnya yang besar itu, sambil berkata-kata yang aku tidak bisa mendengar dengan jelas.
Aku mencoba mencari solusi agar aku bisa mendengar apa yang pak Karyo katakan sembari tangannya aktif tersebut. Kulihat jendela ini tidak terkunci, dengan hati-hati kubuka kaca jendela ini, agar pak Karyo tidak mengetahui keberadaanku. Berhasil sepertinya usahaku ini, akhirnya aku bisa memahami dengan jelas apa yang pak Karyo ucapkan.
“Dek Rossa… . Uuuuuuh… Susumu bikin kontolku cenat cenut lho dek…”
Desah pak Karyo.
“Aaaaahhh… rasanya pengen remesin susumu, pengen tamparin kanan kiri, biar makin bikin gemeeees…”
“Eeeeeeerrghhh… pengen tak sodokin semua lubangmu itu dek… pasti seret dan anget…”
“Nanti aku ajakin sekalian suamimu ya dek, biar dia bisa liat istrinya digarap orang lain. Kamu juga harus liar ya di depan suamimu, tapi jangan kasih memekmu dek… cukup kocok aja pake mulutmu ya dek… memekmu aku sita dulu dari suamimu… aaaaaahhh…”
Sungguh tambah kaget mendengar erangan dari Pak Karyo yang ternyata dia sedang berimajinasi dengan kemolekan tubuhku
Setelah aku mendengar fantasi dari Pak Karyo
Bahkan dia berfantasi untuk bisa menggarap semua lubangku di depan suamiku. Aku menganggap ini seperti angin segar buatku, jadi pastinya aku akan bisa mengobati rasa penasaranku akan batang kontolnya itu, dan tentu saja dia akan memberikan kenikmatan luar biasa untukku karena fantasinya bisa terwujud nyata.
Kunikmati sajian audio visual mesum pagi itu, sambil tetap cermat memperhatikan waktu klimaks pak Karyo, sehingga aku bisa menemukan momen tepat tersebut. Aku masih setia menunggu waktu itu datang, sementara pak Karyo tetap dengan aktivitas kocokan yang sangat teratur. Terlihat sekali ayunan tangannya sangat berirama, aku jadi ikut membayangkan bagaimana kenikmatan yang diberikan ayunan tangannya itu apabila kualihkan ke klitorisku.
Ah, rasanya pasti akan nikmat sekali. Bosan juga menunggu momen itu, aku berdiri mengintip sudah hampir 30 menit. Putus asa rasanya mengapa pak Karyo tak kunjung mencapai klimaksnya. Hampir saja aku ingin berbalik saja ke villa, karena kupikir lama sekali pak Karyo mencapai klimaksnya. Kudengar irama ayunan tangan dan erangannya meningkat. Ya, sepertinya inilah momen itu akan datang. Akhirnya kuputuskan untuk siap-siap “menggerebeknya”, melakukan pembasalan atas perbuatannya tadi malam yang dengan bebasnya melihat ketelanjanganku.