Istri Nakal yang suka tantangan Episode 3
suasana menjadi semakin panas
Kemeja casualku ini aku pilih untuk mendukung rencanaku hari ini, memberikan hadiah spesial untuk kekasihku, mas Harno. Tapi kalian jangan berpikir kalau aku akan menyerahkan keperawananku ya. Aku pikir kemejaku yang itu sepertinya akan memudahkan mas Harno untuk melepasnya. Ngobrol-ngobrol berdua di atas kasur, mas Harno pun nyeletuk “Nenen Boleh ?” Aku pun tertawa mendengarnya.
Terdengar lucu mas Harno melontarkan kalimat itu, layaknya seorang anak yang sedang meminta di susui ibunya. Aku pun mengangguk perlahan menyetujui permintaannya. Mas Harno tampak sigap ingin segera melucuti kemejaku. Kutepis tangannya, dia bingung. Aku bangkit dari posisi tidurku, kududuki mas Harno sehingga kini aku otomatis berada di atasnya.
Aku mulai menjalankan rencanaku untuk memberikannya hadiah spesial. Kutempatkan tonjolan kontol mas Harno sehingga tepat di bawah memekku. Mas Harno melihatku masih dalam keadaan bingung. Perlahan tapi pasti, kulepas satu persatu kancing kemejaku dari atas sampai bawah sambil sedikit bergoyang, yang membuat kontol mas Harno semakin mengembang di dalam boxernya.
Setelah semua kancing kemejaku terlepas, kubuka kemejaku sehingga praktis kedua bongkahan susuku yang masih terbungkus bra terpampang nyata di depan mas Harno. Aku pun berdiri untuk melanjutkan aksiku, kulepas celana jeansku, lalu kembali menduduki kontol mas Harno. Semakin tipis pembungkus memekku yang terasa di kontol mas Harno sepertinya membuat kontol mas Harno sudah berada dalam posisi ngaceng maksimal.
Aku terus membuat suasana semakin panas
Kugesek-gesekkan memekku yang masih terbungkus CD ke kontol mas Harno. Tak hanya mas Harno yang merasakan horny luar biasa. Tak sadar cairan memekku pun sudah mulai membasahi celana dalamku. Aku yakin mas Harno juga merasakan basahnya celana dalamku karena cairan cintaku. Setelah hanya menggunakan bra dan CD saja, kulanjutkan lagi untuk mulai melepas pembungkus bongkahan susuku. Kucondongkan tubuhku kebawah, sehingga kini susuku tepat di atas pandangan mas Harno.
“Mau Nenen ?” ku lontarkan pertanyaan rayuanku kepada mas Harno. Tanpa menjawab pertanyaanku, mas Harno langsung mengangkat kepalanya untuk menyosor susuku. Kutahan kepala mas Harno agar tetap berada di posisinya. Kutegakkan kembali tubuhku, kuraih pengait bra yang ada di belakang.
Kutahan penopang yang ada di depan meskipun tali bra ku sudah melorot ke samping. Kugoyangkan dan sedikit kuremas kedua susuku untuk menggoda mas Harno. Sepertinya dia tersiksa menahan godaan aksiku ini, tapi di tahannya menurut sajian yang kupersiapkan untuknya. Kubuka pembungkus susuku, dan tanpa ampun kedua susuku menyembul bebas tanpa penghalang. Kugoyangkan sekali lagi susuku di depan mas Harno, sehingga mereka bergoyang dengan liar. Tangan mas Harno kembali menjulur untuk meraih kedua susuku, aku tetap lebih sigap dengan menangkis tangannya.