Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 16
Istri nakal yang suka tantangan merasa erotisme
Kubuka jilbab dan hoodie yang kukenakan, kemudian kuserahkan pada mas Harno. Kini aku mengenakan lingerie untuk atasan, sementara celana panjangku masih kupakai. Aku sendiri merasakan erotisme tersendiri melihat kondisiku saat ini. Berada di tepi jalan yang di kelilingi persawahan, tanpa jilbab hanya dengan atasan yang jelas mengekspos sebagian payudaraku. Mas Harno sejenak memandangi penampilanku dari atas ke bawah sambil tersenyum genit.
Setelah menyimpan jilbab dan hoodieku, mas Harno kembali melajukan kendaraannya menembus angin malam. Yang membuatku bingung adalah mas Harno merubah arah perjalanan kami, kembali menuju kota kami. Meskipun heran, aku tak berusaha untuk memenuhi rasa penasaranku. Aku terdiam sambil menunggu apa yang sebenarnya mas Harno rencanakan.
Dari kabupaten seberang sampai ke kota kami, setidaknya kami melewati puluhan traffic light yang memaksa kami untuk berhenti sejenak menunggu lampu berganti menjadi hijau. Aku yang hanya mengenakan atasan lingerie seperti ini tentu saja risih dengan tatapan para sopir truk dan bus malam yang ikut berhenti bersama kami. Padahal seandainya mau, mas Harno bisa saja terus jalan tanpa harus menunggu lampu menyala hijau.
Mereka menatapku dengan sorotan mesum
Tak jarang mereka menatapku dengan sorot mesum yang kentara, bahkan sesekali ada yang bersiul menggoda sekalipun tahu bahwa aku bersama pasanganku. Aku yang terus menjadi pusat perhatian setiap kali kami berhenti di traffic light bukannya merasa malu, tapi malah merasakan sensasi luar biasa ketika bagian atas tubuhku terekspos bebas di publik seperti ini, sekalipun tidak telanjang.
Tapi aku yakin, puting susuku yang mencuat di balik lingerie-ku akan tercetak jelas dan terlihat oleh para sopir itu. Aku memang sengaja tidak merapatkan tubuhku ke depan agar bisa menutupi area depan tubuhku. Meski sebenarnya hawa dingin yang menusuk ini membuatku merasakan dingin luar biasa, bercampur menjadi satu dengan gairahku yang meletup.
Aku sendiri baru sadar dengan rencana mas Harno setelah melewati traffic light ke delapan. Mas Harno sengaja mengekspos bagian atas tubuhku sebagian sepanjang perjalanan.
“Kerasa banget nih, nongol.”
Kata mas Harno.
“Apaan mas ?”
tanyaku.
“Putingnya.”
Jawab mas Harno sambil terkekeh.