Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 12
“beli mie ayam ini aja yuk.”
Begitu batin kami secara tidak langsung. Kami berdua saling melempar senyum dan berpandangan, seakan sepakat untuk mengisi perut kami dengan semangkok mie ayam dari abang ini.
“Panggil deh sayang abangnya.”
Perintah mas Harno padaku untuk menghentikan laju abang mie ayam yang lewat tersebut.
“Duitnya ?”
Tanyaku untuk meminta uang pada mas Harno.
“Pake yang di dompet kecil itu aja.”
Balas mas Harno.
Aku langsung berlari ke depan sambil teriak-teriak
“Baaaaaang, mie ayam…”
Teriakku pada abang mie ayam sambil melambai kearahnya.
Aku pun bergegas mengambil uang yang ada di dompet uang kecil kami berdua. Kuambil secukupnya kemudian kusodorkan kepada tukang mie ayamnya.
“Ini mas, dua mangkok ya.”
ucapku.
“Loh kan kamu udah berdiri, sekalian aja sih kamu yang beli. Ntar biar dibawain abangnya masuk mie ayamnya.”
Jawab mas Harno enteng sambil terus menonton TV.
“Aku kan pake baju gini mas. Masa aku yang beli sih ?”
Tanyaku heran.
Tentu saja aku risih jika harus menghampiri abang mie ayam dengan penampilanku seperti ini. Kalo dia ngaceng kan jadi repot aku, diterkamnya aku jadi tampungan spermanya.
“Masih ketutup gitu kan, kemarin sama bapak-bapak ronda malah keliatan semua.”
Ceplos mas Harno dengan mimik muka tak bersalah.
Bulu kudukku jadi meremang mendengar ocehan ngawur mas Harno. Sekalipun tak kupungkiri, aku sendiri malah horny mengingat kejadian malam itu. Aku pun mengalah, kupaksakan untuk ke depan rumah membeli mie ayam.
Pakaian sexy menghampiri kang mie ayam
Sembari berjalan ke depan, aku masih mengingat-ingat ucapan mas Harno selama kami liburan ini. Sepertinya dia tak masalah sama sekali ketika tubuhku menjadi santapan indah lelaki lain. Apakah dia tak cemburu ketika tubuh istrinya menjadi hidangan mata para lelaki? Apa dia tak khawatir kalau saja istrinya diperkosa oleh orang lain? pikirku pun bingung mengingat hal itu.
Bagaimanapun aku juga khawatir kalau saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya saja ketika mereka yang melihat tubuhku jadi lepas kontrol dan akhirnya memaksaku melayani nafsunya. Sama seperti bapak-bapak ronda kemarin yang jelas siap menyantap tubuhku andai mas Harno tidak tiba tepat waktu.
Sudah pasti aku menjadi wadah sperma-sperma kental mereka malam itu. Pikiranku jadi melayang kemana-mana, antara khawatir, horny dan penasaran. Entah kenapa aku jadi terpikir untuk menggoda mas Harno, aku ingin melihat responnya ketika aku malah semakin berani memamerkan tubuhku untuk orang lain.
Saat itu yang kupikirkan adalah mungkin mas Harno akan merasakan sensasi dan gairah yang lebih ketika melihatku berani menggoda orang lain dengan tubuhku ini. Mungkin kehidupan seks kami akan lebih bergairah dan meningkat dari waktu ke waktu.
“Bang, mie ayamnya 2 ya, yang satu kuahnya jangan banyak-banyak ya”.
Ucapku pada abang mie ayam.
“Baik mba.”
Jawab abang itu.