Istri Nakal Yang Suka Tantangan Episode 10

Goyangan

Sampai sekira 15 menit aku menggoyangkan tubuhku, aku merasa aku segera mencapai puncak orgasmeku. Kunaikkan lagi tempo gerakanku memeras kontol mas Harno.

“Maaaaas, aku mau nyampe mas… bantuin…”

Aku meracau sambil meminta mas Harno membantuku menggapai orgasmeku dengan ikut bergoyang sesuai iramaku.

Kupercepat lagi goyanganku tanpa ampun, dada mas Harno sampai memerah karena tanganku terlalu kuat mencengkeramnya. Tapi mas Harno tak bergeming, dia tetap diam menghayati tingkahku yang sedang mengaduk-aduk memek dengan kontolnya. Sedikit lagi, kurasakan puncak orgasmeku sudah siap untuk datang.

Kutekan lebih dalam genjotanku agar kontol mas Harno lebih dalam menghujam. Tanpa kuduga, bukannya membantuku bergoyang mengikutiku, mas Harno langsung menyergap tubuhku, kemudian merubah posisi kami.

Kini dia berguling sambil mendekapku sehingga kini aku di tindih olehnya. Aku yang tadinya sedang fokus meraih orgasmeku pun di buat bingung olehnya. Setelah tubuhnya di atas, kontolnya pun di cabut dari memekku kemudian bangkit dari tempat tidur. Aku yang sedang tanggung pun di buat melongo dengan aksinya.

Tanpa ada penjelasan apapun, nafsuku yang sudah di ubun-ubun pun hanya pasrah. Di raihnya tanganku, di bantunya aku bangkit dari tempat tidur. Dengan tubuh tanpa busana sama sekali, aku di gandeng keluar kamar tidur, dan menuju ke belakang rumah. Kami berdua berhenti di pojok pagar belakang rumah itu.

Menikmati malam yang indah di belakang rumah

Mas Harno kemudian berpindah, menempatkan tubuhnya di belakangku. Aku yang masih belum sadar bahwa kami sedang telanjang bulat berada di belakang rumah, hanya tertutupi pagar bambu yang renggang.

Di mana bisa saja seseorang yang melewati rumah itu bisa menyaksikan kami berdua yang sedang bugil. Menurut saja aku di posisikan oleh mas Harno, di arahkannya tubuhku menghadap puncak gunung yang di hiasi indahnya bintang dan bulan. Malam itu cukup terang sehingga tak tertutupi oleh awan sama sekali.

“Mas, nanti kalo ada yang liat gimana ?”

Tanyaku pada mas Harno ketika aku tersadar kondisi kami saat ini.

“Gapapa, nanti kita ajak sekalian…”

Jawab mas Harno dengan tenangnya.

“Huuuushhh, masa gitu.”

Sergahku atas penjelasan mas Harno.

“Loh, siapa tahu kontolnya jumbo, pasti bakal penuh di memekmu sayaaang…”

Kembali mas Harno ceplas ceplos dengan jawabannya.

“Liat tetek kaya gini, memek yang rapet menggigit, siapa yang ga ngaceng coba. Siapa tahu kamu suka sama sodokan kontolnya.”

Tambah mas Harno makin ngawur.

Percakapan kami terus berlangsung dengan kami saling mencumbu satu sama lain. Di ciumi leherku, telingaku, sampai pundakku. Sementara tanganku sendiri merogoh ke belakang, mencari kontol mas Harno untuk digenggam. Kukocok-kocok perlahan, sambil terus melanjutkan pembicaraan kami.

“Emang kamu ga marah atau cemburu mas kalo memekku disodok kontol lain ?”

Tanyaku pada mas Harno mengetestnya.

“Ga tahu kenapa, aku malah merasa bangga kalo ada cowok lain yang tergila-gila sama tubuhmu. Ga tahan, terus nyodokin memek kamu.”

Jawab mas Harno dengan nada yang menggoda. Aku berdesir mendengar jawaban mas Harno.

“Tadi waktu bapak-bapak itu liat kamu cuma pake handuk aja, mereka napsu ga liatinnya ?”

Tanya mas Harno.

“Tadi itu pas banget mas dateng. Mereka tuh udah duduk di samping aku mas.” “Yah, harusnya aku tadi muter-muter dulu aja ya.”

Jawab mas Harno ngawur.

“Idih, kok gitu sih mas. Emang mas mau memekku ini dipake orang lain ?”

Tanyaku.

“Kalo kamu ngerasa nikmat, dan kamu puas. Kamu ga pengen ?” “Ga mau, pokoknya cuman kontol ini aja yang boleh masuk memekku.”

Tegasku sambil meremasi kontolnya.

Mas Harno yang menikmati remasan kontolku pun jadi belingsatan. Di posisikannya aku membungkuk, berpegangan pada pagar bambu belakang rumah itu. Kini kedua lubangku pun terlihat merekah dari belakang. Kulirik mas Harno yang siap menghujamkan kontolnya ke lubangku.

Di tuntunnya kontol itu ke mulut liang senggamaku. Cleeeeeppp… bunyi kontol itu yang di lumasi cairan cintaku yang dari tadi membanjir. Aku sendiri merasakan sensasi lain ketika kami bertelanjang di kebun belakang ini. Ada rasa malu, khawatir, takut dan horny yang bercampur menjadi satu.

Pages: 1 2 3 4 5

You may also like...