Wild Love Episode 68A
Wild Love (Episode 68A)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 68A, Pagi menjelang aku terbangun dari lelap tidurku. Jam berdetak menunjukan pukul 08:00, aneh baru kali ini tidak di bangunkan ibu. Mungkin ibu tahu jika tubuh ini terlalu lelah, ku langkahkan kakiku menuju ke lantai bawah tak ada satupun orang di sana. Segera ku mencuci mukaku dan menggosok gigiku sekaligus buang air kecil, ugh mantabz! Sekeluarnya aku dari kamar mandi kudapati ibu sedang berjalan masuk dari lorong rumahku.
“Sudah bangun sayang? Ibu dari mengantar ayahmu keluar dari rumah”
ucap ibu.
“baru saja, kok ibu ndak bangunkan arya?”
ucapku.
“karena kamu kelihatan terlalu nyenyak dan ibu tahu kamu sedang capek jadi ya ibu tidak bangunkan kamu sayang”
ucap ibu yang berjalan kearahku kemudian mendaratkan ciuman dan pelukan.
“ma’em ya?”
ucap ibu aku mengangguk, kemudian mengikuti ibu dari belakang menuju dapur.
Makan pagi bersama ibu di depan televisi, menonton acara anak-anak yang membuat kami terpingkal-pingkal. Kalau di lihat sebenarnya ini film dewasa karena di komik keluaran pertama masih berbau hal-hal yang sedikit porno, tapi setelahnya di komik kedua menjurus ke anak-anak tapi masih sedikit dewasa. Film Shan-cin ini memang membuat aku terpingkal-pingkal bersama ibu padahal biasanya film ini di putar di hari minggu tapi tidak tahu kenapa di hari sabtu ini ada film kartun ini.
“eh bu, kalau dikomiknya dulu arya pernah baca sedikit agak parno lho bu?”
ucapku kepada ibu.
“masa?”
ucap ibu.
“beneran, ada beberapa adegan yang dikomik yang menggambarkan hal-hal dewasa. Waktu itu kalau ndak salah ayah sama ibunya lagi gituan pas malam hari eh si shan-cin bangun terus lihat, bilang mama-papa aku ikutan gulat, kalau ndak salah begitu dialognya”
ucapku.
“tapi kalau ibu lihat juga ndak terlalu parno”
ucap ibu.
“kalau di komik volume keduanya sudah lebih mendingan, yang ditayangkan ditelevisi kan dipilih-pilih yang sesuai anak-anak bu”
ucapku.
“ouh… tapi ibu suuka sayang,lucu banget hi hi hi”
ucap ibu.
“ngomong-ngomong kamu ndak jalan-jalan atau tongkrong sama koplak atau teman kuliah kamu sayang”
lanjut ibu.
“ah ndak malas, koplak ada acara sendiri sama pacarnya. Kalau teman kuliah paling masih sibuk masalah skripsi”
balasku.
“lha skripsi kamu bagaimana?”
ucap ibu.
“belum tahu kelanjutannya, ibu tahu sendiri kejadian kemarin. Kalaupun harus mengulang dari awal dengan dosen yang berbeda, arya sudah siap”
ucapku.
“Hmmm… tapi sayangkan, penelitan kamu kan sudah selesai?”
ucap ibu.
“ndak papa bu, daripada menambah persoalan. Lebih baik seperti ini dulu, menyelesaikan satu masalah lagi, lagi pula arya juga belum menemukan jawaban dari sms yang kemarin. Kalau saja arya tahu siapa pengirimnya pasti arya sudah bisa menemukan jawabannya”
ucap ku.
“benar juga ya, hmmm… apa perlu nanti kalau ayahmu pulang ibu buka sematpon ayah kamu?”
ucap ibu.
“ndak usah bu, terlalu beresiko”
balasku.
“kamu tenang ya sayang, jangan gegabah lagi. Jalani dengan perlahan, semua pasti ada jawabannya”
ucap ibu.
“iya bu… eh bu, ibu sudah dengar cerita aku tentang rahman belum?”
ucapku.
“rahman? anaknya karima itu ya? bagaimana kabarnya?”
ucap ibu.
“punya enam calon bu, tapi yang satu ndak bakal bisa diresmikan”
ucapku.
“kok bisa?”
tanya ibu.
“yang lima itu teman kos ajeng, sedangkan yang satu ya tante ima sendiri. Yang lima sudah tahu mengenai hubungan rahman dan tante ima”
ucapku.
“kalau ibu disuruh menjalani seperti itu ibu ndak bisa, kenapa ima bisa ya? kalau kamu sayang?”
ucap ibu.
“tergantung ibu, tapi mungkin itu akan sulit bu… kalau tante ima itu semua dikarenakan om nico”
ucap ku.
“memang akan sulit, maka dari itu jika nanti telah datang waktunya kita benar-benar harus bisa menjadi seharusnya ya sayang. Kita harus bisa saling mendukung”
balas ibu.
“jika ibu bisa, arya bisa”
jawabku.
“Siiiipz!”
balas ibu.
“Kamu tadi sudah mandi apa belum?”
tanya ibu tiba-tiba.
“belum, tadi Cuma cuci muka sama gosok gigi kok bu”
balasku.
“iiiih jorok! Mandi dulu sana, bau tahu”
ucap ibu.
“bau-bau gini ibu juga suka weeeeek….”
balasku.
“MANDI!”
perintah ibu.
“iya, iya bu….”
balasku yang kemudian berdiri dan melangkah ke belakang rumah mengambil handuk.