Wild Love Episode 63A
Wild Love (Episode 63A)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 63A, pagi menjelang, aku kembali pada rutinitasku tanpa Ayah dan Ibuku. Mandi, membuat mie instant dan kemudian bermalas-malasan. Menonton televisi dan yah hanya berlagak seperti seorang raja dirumah royalwinindonesia sendiri. Tapi raja yang selalu menyiapkan keperluannya sendiri. Setiap asap yang keluar selalu berbarengan dengan berjuta pertanyaan.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Kemana aku harus pergi?
Berbagai petunjuk sudah aku dapatkan tapi tetap saja aku tidak bisa beraksi. Haruskan aku bertanya pada blue seperti dalam serial anak blue’s clues? Ataukah aku harus menunggu lampu kelelawar menyala di langit malam seperti manusia kelelawar? Atau haruskah aku menunggu teriakan minta tolong dan kemudian berayun dengan jaring laba-labaku? Argh, posisiku saat ini sangat membingungkan sekali tak ada yang bisa aku lakukan sekarang.
Aduh buyung mengapa lupa padaku, selama engkau di rantau kutunggu-tunggu dirimu. Ringtone HP. Ibu.
Halo bu
sayang maaf ya, kelihatannya ibu tidak bisa pulang dalam beberapa hari ini
kenapa bu?
Kakek dan nenek main kerumah tante ratna, nginep disini, kan kasihan tante ratna kalau mengurus keperluan kakek nenek sendirian, tidak apa-apa ya sayang?
iya bu, ndak papa, tapi bu…
iya…
Ibu sudah dapat kabar dari Dia, dimana atau sedang apa gitu bu?
oia, setelah kamu telepon, ibu coba hubungi Dia, dari suaranya kelihatannya dia sedang dalam kegelisahan
maksud ibu
Sewaktu ibu telepon, suaranya seperti orang ketakutan, ibu tanya ke dia kapan pulang, tapi dia malah menjawab kalau tidak akan pulang dalam beberapa hari ini. Ibu juga sudah tawarkan mengenai liburan bersama keluarga besar kakek tapi dianya nolak. Bagus kan?
Okay bu, bisa arya jadikan informasi tambahan, ibu disana baik-baik ya
iya sayang, kamu juga harus hati-hati, ibu ndak mau ada apa-apa sama kamu, okay?
Okay mom
lebih hati-hati lagi dan jangan sampai ketahuan, ibu sebenarnya marah sama kamu nak, coba kalau kamu ketembak atau ketangkap bagaimana? Untung ada dian
iya bu iya… arya akan hati-hati lagi
ibu kok jadi kangen dian ya sayang?
ah ibu, sudah dong
iya… iya sudah, jangan lupa maem dan jangan sering begadang
oke bu
Dian lagi, dian lagi… apa ndak ada yang lain? Adakan cewek selain dian yang bisa ibu kangenin? Cewek lain? Emang siapa? Aku sendiri saja bingung. Ya memang cuma dia yang selama ini ibu kenal dekat ya walaupun jarang sekali bertemu. Sedang apa ya dia? Hei! Kenapa malah mikirin dia? Bodoh ah!
Selama 4 hari setelah tahun baru, kegiatanku benar-benar seperti pengacara rumahan. Bisa di bilang aku adalah pengangguran banyak acara, tapi Cuma di rumah saja. Ketika aku menghubungi koplak pun mereka sedang asyik dengan pacar mereka sendiri, ada yang berlibur ke puncak dan ngecamp di sana. Ada yang ngajak pacarnya indehoi di daerah wisata, dan masih banyak lagi. Aku? Pemelihara jomblo tapi selalu mendapat servis ha ha ha servis? Sudah ndak ada sekarang, terakhir mbakku tapi dia sekarang juga lagi sama pacarnya. Sama siapa coba?
Selang beberapa menit setelah berjuang sekuat tenaga
Di hari keempat setelah aku bertemu dengan mbak erlina, aku menaiki si montok REVIA. Susah juga nyalanya, mau bagaimana lagi? 4 hari tanpa berpergian dan hanya bertapa di garasi. Mesin tidak pernah aku panaskan, sekali di nyalakan langsung mati mesinnya. Maklumlah mesin tua, keluaran di tahun milenium tapi belum injeksi. Selang beberapa menit setelah berjuang sekuat tenaga, akhirnya bisa juga nyala si REVIA montok ini. Lama aku panaskan mesin motor REVIA hingga sebatang dunhill habis menjadi asap dan tertinggal filternya. Setelah aku yakin panas dalam mesin sudah merambat keseluruh tubuh REVIA, aku menaikinya dan greeeeeeeeng.
Di atas dua roda yang berputar kini aku mencoba mencari suasana baru dalam kehidupanku. Menyetrika aspal jalanan di daerahku dengan kedua roda yang sudah lumayan halus ini. Kecepatan REVIA sama dengan kecepatan kursi terbalik dengan angka nol di belakangnya. Kulihat kanan kiriku di setiap langkah revia mengantarkan aku. Beberapa orang sedang bercengkrama satu sama lain di pinggir jalan, saling melempar senyum kepada orang-orang yang mereka kenal.
Adapula yang sedang menawar harga buah yang di dagangkan di pinggir jalan. Berbagai ragam asal mereka tak menyurutkan mereka untuk saling bertegur sapa. Aku tahu mereka bukan dari daerahku, dan aku tahu bahasa ibu mereka tidak sama dengan bahasa di daerahku. Dari bentuk wajah, warna kulit , bahasa bahkan keyakinan mereka semuanya berbeda tapi mereka tetap satu. Tak kulihat pertengkaran ketika mereka sedang saling menawar harga. Tak kulihat bentak-bentakan ketika mereka sedang berbicara satu sama lain. Itulah negaraku, negara di mana selalu menghormati perbedaan, BHINEKA TUNGGAL IKA, walau beda kita tetap satu!