Wild Love Episode 37
Wild Love (Episode 37)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 37 Pagi hari aku bangun lebih awal dan membersihkan tubuhku. Aktifitas seperti biasa, makan pagi bersama dan kemudian berangkat PKL. Seperti biasa sampel datang dan pergi sesuka hati. Hari-hari berikutnya pun seperti itu. Aku memang tidak serta merta meminta Ibu untuk melayaniku setiap hari, karena bisa jebol juga tenagaku.
Hingga pada hari keempat pada minggu ketiga aku PKL. Sampel yang datang tidak terlalu banyak. Aku dan QC lab yang lain pun bisa santai. Hingga mendekati waktu istirahat, mbak ela menyenggol labu ukur hingga jatuh dan pecah di lantai.
Klintiiing pyar…
“aaaaaa….”
teriak mbak ela.
“Waduuuuh… untung saja ndak ada isinya mbak”
ucapku.
“ya pecah deh…”
ucap mbak ela.
“satu lagi dapat piring mbak”
ucap yanto.
“dapat payung dech”
ucap encus.
“kalian ini malah ngeledek, ambil kain pel sana atau sapu bantu bersihin”
ucap mbak ela.
“Yah mbak sudah jam 12, aku istirahat dulu mas arya saja”
ucap yanto.
“Iya mbak, aku sudah lapar”
ucap encus. Kemudian mereka berlari keluar lab.
“Dasar kalian…”
ucap mbak ela, aku hanya tersenyum menggeleng-gelengkan kepala.
“sudah mbak, aku ambilkan lap pelnya. Ambil dimana mbak?”
ucapku.
“Di ruang OB Ar, kamu ambil dulu, aku tak lap mejanya”
ucap mbak ela.
“bukannya Lab harusnya juga punya sendiri mbak”
ucapku bangkit dari dudukku.
“sering diambil anak OB terus ndak pernah dikembalikan, jadinya kita yang harus ambil ar”
ucap mbak ela. Aku kemudian keluar menuju ruang OB, kemudian meminjam lap pelnya. Sesampainya di lab aku kemudian membersihkan lantai dibantu dengan mbak ela.
“Sudah mbak, aku kembalikan dulu”
ucapku.
“Ndak usah saja biar disini”
ucap mbak ela.
“lha kalau mereka nyari?”
ucapku.
“halah paling nanti minjem sini lagi”
ucap mbak ela.
“memangnya punya OB kemana to mbak, kok bisa rebutan”
ucapku.
“punya OB itu ndak pernah dirawat sama mereka jadinya cepet rusak, kalau yang dilab itu kan jarang dipakai jadinya masih bagus. Jadinya mereka suka kesini minjem dan ndak pernah dikembalikan seperti kataku tadi. Kalo si sabun itu yang rajin ngerawat piring sama gelas, kalau si sapu sama sipel ergghhhh asal bersih-bersih saja”
ucap mbak ela.
“Si sabun? Si sapu? Si Pel?”
bathinku. Aku sedikit terkejut dengan ucapan mbak ela.
“Hei ar kok bengong?”
ucap mbak ela.
“Eh… ndak kok mbak”
ucapku.
“Owh ya sudah istirahat dulu saja yuk”
ucap mbak ela, yang sudah membuka pintu. Aku kemudian meletakan lap pel di sudut ruangan dan berjalan ke arah mbak ela.
“bentar mbak, kok bisa di bilang si sabun, si sapu sama si pel?”
ucapku sambil berjalan keluar lab disamping mbak ela.
“Ya gimana ya, anak-anak kok yang ngasih sebutan. Si sabun karena dia kerjanya cuci-cuci gelas dan piring trus menyiapkan minuman ke atasan si sapu sama si pel kerjanya bersih-bersih. kok kamu nanya kaya gitu? Harusnya gampangkan buat kamu nerjemahin hal sepele kata gitu”
ucap mbak ela.
“kan penasaran”
ucapku.
“cie cie.. hati-hati lho el, ntar kepincut sama arya”
ucap mbak echa yang tiba-tiba keluar dari ruangan.
“ndak mbak, ntar tekanan batin kalau naksir arya”
ucap mbak ela.
“kok bisa?”
ucapku.
“Ya bisalah, naksir orang kaya kamu yang banyak di omongin cewek-cewek, bisa makan hati ntar”
ucap mbak ela dengan tawa.
“bener tuh”
ucap mbak echa.
Aku hanya melongo melihat mereka yang kemudian berjalan menghilang dihadapanku. Pikirankku sedikit terbuka dengan penjelasan mbak ela, membuat aku sangat ingin sekali segera pulang ke rumah. Setibanya di kantin aku mencari tempat menyendiri untuk merangkai beberapa petunjuk yang aku dapatkan hari ini. Sapu, cuci dan pel penyebutan yang dikarenakan pekerjaannya. Bagaimana dengan tukang?
“Woi mas jangan bengong malah bengong”
ucap encus menganggetkan aku, yang kemudian duduk di kursi sampingku.
“kamu to nganggetin saja cus”
ucapku.
“Lha mas arya bengong mulu”
ucap yanto duduk di depanku.
“Jelas saja bengong ditolak sama ela”
ucap mbak echa tiba-tiba dari belakang yang kemudian duduk bersama kami.
“Yeee… mbak echa itu bisa saja”
ucap mbak ela.