Wild Love Episode 18
Wild Love (Episode 18)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 18 Di malam ini, di desa banyu abang yang sangat dingin dan membuat semua bulu kuduk berdiri. Lelap tidurku dengan gangguan pada ketukan pintu, membuatku tersadar dan terbangun dari mimpi basahku eh mimpi indahku. Perlahan dengan perasaan yang sangat malas dengan mata yang enggan untuk terbuka kuangkat tubuhku yang sangat berat ini dari tempat ternyamanku. Terasa beban tubuh in imenjadi 1 ton, sangat berat. Kuletakan satu tanganku di daun telinga eh daun pintu.
Kleeeeek….. suara daun pintu dan terbukalah pintu.
“AAAAA”
Aku sedikit berteriak terkejut yang tertahan dengan apa yang di depanku.
Tampak seorang wanita dengan kulit putihnya memakai jarit yang hanya di lilitkannya di sebagian tubuhnya hingga menutupi pahanya. Rambutnya di gelungnya ke belakang, tampak senyuman seorang wanita yang manis dan menentramkan. Sekilas tampak bayangan Ibu terlukis di wajah wanita ini. membuat aku tersentak dan terhenyak kaget seketika itu. Tapi bayangan itu mulai pudar seperti tinta spidol yang terkena oleh air, bayangan itu menghilang dan berganti dengan wajah seorang waria eh wanita desa, Mbak Maya.
“Mbak”
Ucapku terheran-heran dengan kedatangannya di malam hari ini.
“Sssst udah mbak kunci semua pintu rumah, dari yang depan sampai belakang ini kuncinya”
Ucapnya sambil menunjukan kunci pintu rumah.
“Maksudnya mbak?”
Tanyaku pura-pura bodoh, ya sebenarnya posisi saat itu belum bisa membuat otakku berpikir jernih karena rasa kantuk yang menusuk di mataku.
“Eh sepi tuh di depan kamar mas, asyik tuh kalau main di depan”
Ucapnya tiba-tiba membangkitkan gairah dedek arya.
Sekejap dedek arya menangkap sebuah sinyal permainan, perlahan bangkit seperti halnya zombie yang bangkit secara perlahan-lahan tapi pasti. Nafsuku yang sudah mulai bangkit dan menyelubungi tubuhku ini, aku kemudian menarik mbak maya ke depan teras yang tak berlampu.
“Eh mas mau kemana? Di dalam saja, mbak kan cuma bercanda”
Ucapnya.
“Salah siapa tadi mengajakku ke teras kamar”
ucapku.
Wajah menakutkan
Dalam posisi duduk di depan teras kamar, langsung aku peluk mbak maya, kuhujamkan ciumanku di bibir manisnya. Mulutnya tertutup, wajahnya ketakutan karena aksiku bisa saja diketahui oleh orang sekitar. Tapi masa bodohlah, aku sudah tidak bisa menahan apa yang namanya keinginan dedek arya.
“Mbak kok ditutup mulutnya?”
Ucapku kepadanya.
“Di dalam saja mas, takut ada orang”
Jawabnya sembari mencoba melepaskan pelukan dariku.
“Tadi katanya minta diluar, tadi katanya orang kota bisa gaya-gaya, pengen tidak? Kalau tidak sudahan saja”
Jawabku, entah kenapa jiwaku seakan-akan berubah menjadi seorang pecinta seks, semoga saja hanya hari ini karena memang sudah berbulan-bulan aku tidak memegang namanya wanita.
Mbak maya kemudian dengan sedikit malu mengangguk dan membuka sedikit mulutnya. Kuhujamkan kembali bibirku kemulut mbak maya, kumasukan lidahku kedalam mulut mbak maya dengan perlahan. Kusapu tiap nano meter bibirnya dengan lidahku, mbak maya hanya membuka mulutnya tanpa bisa memberi perlawanan.
Udara dingin membuatku, memaksaku untuk segera mendapatkan kehangatan dari tubuh mbak maya. Perlahan mbak maya mulai mengimbangi ciuman di bibirku, disedotnya lidahku dengan bibirnya. Membuat nafsu ini semakin meledak-ledak. Dengan tetap mencium bibirnya, kurebahkan tubuh mbak maya di atas lantai yang keras ini. Perlahan ciumanku turun ke lehernya dan kusapu habis dengan jilatan-jilatan pada bagian leher jenjangnya itu.
“eehh ehhh esssssshhhhhh pel lan mashhh gelihhhh”
“Geliiihh mashhh ouwhhh essshhhhh aaahhhhhh”
Rintihnya.
Aku tak menghiraukan lagi apa yang dia katakan, jilatan dan ciumanku kemudian turun ke bagian atas dadanya. Kujilati setiap bagian itu layaknya aku menjilati es krim. Jilatan semakin turun hingga belahan susu mbak maya yang indah ini. pelan tapi pasti ciuman dan jilatanku di sela-sela belahan itu membuat mbak maya menggelinjang geli dan nikmat. Tangan kiriku menelusup di balik punggung mbak maya, tangan kananku kemudian menarik dan melepas secara perlahan jarit mbak maya.
Mencicipi
Secara bergantian tangan kanan dan kiriku menahan tubuh maya, karena jarit itu di pakai dengan cara membungkus tubuhnya jadi ketika tangan kananku sudah mulai melepasnya dan aku putar kebelakang tangan kananku langsung menahan tubuh mbak maya dan giliran tangan kiriku menarik jarit itu. Secara perlahan dan bergantian akhirnya jarit itu terlepas dari tubuhnya, aku langsung buang jarit itu ke depan kamar yang aku tempati. Terpampanglah tubuh montok dengan payudara yang lumayan besar dihadapanku.
“Mas, jangan cuma di lihat di cicipi juga mas”
“Apa perlu pakai kopi hitam biar tambah nikmat?”
Tanya mbak maya menggoda, godaan ini lebih dahsyat dari pada godaan Tante Ima apa lagi wajah lugu desanya itu yang membuatku semakin bernafsu.
“Tidak perlu mbak, susu mentahnya juga enak”
Ucapku yang langsung memajukan kepalaku.
Dengan penuh gairah aku mainkan susu mbak maya dengan menggunakan metode yang sama. Aku elus-elus sekitar puting mbak maya dengan lidahku dan susu satunya aku elus-elus dengan menggunakan jari-jariku. Lama aku melakukannya dengan memutari setiap puting susunya dengan lidahku dan jari-jariku secara bergantian.
“Aashhhhhh sakit mashhhh enakkkkhhhh lagih mash oiwh lagihhh”
Rintihnya kembali sambil memandang ke arah aksiku.
Setelah aku mendapatkan dua cupangan yang sangat merah, langsung aku lahap pentil susu kirinya. Kumainkan lidahku di susu kirinya dan jari tanngan kananku mempermainkan pentil susu kanannya. Tangan kiriku tak cuma diam saja, tangan kiriku meremas-remas daerah di sekitar susu kirinya. Secara bergantian aku melakukan hal itu dan membuat mbak maya merintih-rintih dengan sedikit berteriak yang tertahan.
“Enak mashhhh ter rushh ashhhhhh”
“Di mimikhhh mashh ahhhh”
Hanya rintihan dan desahan yang aku dengar dari mulutunya.