Wild Love Episode 14
Wild Love (Episode 14)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 14, Rumah ini adalah Rumah sahabatku dimana aku menginap malam ini. Malam penuh dengan desahan dan juga kebenaran-kebenaran yang mulai menyambung menjadi satu bagian.
Wanita berkulit putih dengan hidung yang seperti burung kakak tua dengan senyum menawan tertegun dan berdiri mematung. Seorang Wanita dengan darah india yang mengalir di dalam pembuluh nadinya ini sangat terkejut atas apa yang di katakan oleh seorang pemuda keturunan Jepang dengan ketelanjangannya menatap ke arah tubuh telanjang wanita india tersebut.
Wanita? Jelas karena dia adalah seorang Ibu dari sahabat pemuda tersebut. Aku masih memandangi wajahnya yang tampak sedikit terkejut atas apa yang baru saja aku ucapkan. Langkahnya terhenti dan matanya menatapku dengan tajam seakan dia mengenali aku sebelumnya. Alis matanya menyatu satu sama lain seakan-akan mencoba menyamakan wajahku dengan ingatannya yang telah lama tertidur.
Dia terjatuh duduk
Lututnya menjadi linu tak mampu menahan beban tubuhnya kembali, dia terjatuh duduk perlahan dengan kedua lututnya tertekuk kebelakang. Nampak dia melihat sesosok wajah wanita yang dia kenal di dalam diriku. Wajah yang dahulu selalu menghiasi harinya dengan senyum kebersamaan, kebersamaan dalam suka dan duka.
Di letakannya kedua gelas yang berada di tangannya dan di letakannya di lantai. Wajahnya menunduk kedua telapak tangannya mulai menutupi wajahnya. Air matanya pun mengalir tertutup oleh kedua telapak tangannya walau aku tidak melihatnya tapi aku tahu dari suara isak tangis yang kemudian terdengar walaupun sangat lirih. Betapa bodohnya aku ini membuat suasana harmonis ini menjadi suasana kesedihan, aku kemudian bangkit dan melangkah ke arahnya.
Aku duduk berselonjor dan Langsung ku dekap lembut tubuhnya walau hati ini sebenarnya tak ingin merasakannya karena di luar sana ada wanita yang sangat aku sayangi melebihi wanita di depanku. Aku peluk erat tubuhnya dari samping tubuhnya, kusandarkan kepalanya di dadaku.
“Hiks.. hiks… hiks… hiks… hiks”
Isak tangis yang terdengar dari Ibu Rahman.
“Apa kamu adalah anak dari Pita?”
Tanya Ibu rahman dengan suara terisak dengan kedua tangan mulai terbuka perlahan mencoba memandangku dengan air yang mengembang di matanya. Aku hanya mengangguk, kembali semakin keras suara isak tangisnya.
“Tante aku mohon jangan menangis”
Ucapku sambil memeluk erat kepalanya dan mencium ubun-ubun di kepalanya.
“Ya, tante aku memang anak dari Pita, Diyah Ayu Pitaloka”
Jawabku dengan suara lirih tepat di atas ubun-ubunnya.