Wild Love Episode 08
Wild Love (Episode 08)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 08, Bumi berputar pada porosnya, membuat belahan bumi yang sebelumnya tanpa cahaya matahari kini mulai tersentuh oleh sinarnya. Seharusnya cahaya itu masuk melalui lubang lubang ventilasi kamar ini, apa daya cahaya matahari. Rumah ini menghadap ke arah utara, sedangkan kamar di mana aku terlelap berada di bagian yang jauh dari terbitnya sang raja siang. Rumah yang aku tinggali bernuansakan rumah modern tapi tak meninggalkan suasana adat daerahku, menghadap ke arah utara karena memang sesuai dengan kebiasaan leluhur kami rumah di usahakan untuk tidak menghadap kearah barat ataupun timur. Supaya tidak kepanasan kata orang tua jaman dahulu.
Rumah ini terdiri dari garasi yang sangat luas, jika membuka pintu gerbang rumah langsung berhadapan dengan halaman garasi dan kemudian garasi rumah. Bagian kanan halaman garasi ada sebuah taman yang lumayan luas dengan jalan setapak menuju pintu masuk rumah. Ketika masuk kerumah akan di dapatkan sebuah ruang tamu berbentuk persegi panjang yang luas membujur dari timur ke barat (kiri ke kanan) dengan meja kursi di bagian kanan kirinya beserta hiasan dinding khas peninggalan leluhur kami dan juga pernak-perniknya.
Kamar Roro
Di tengah-tengahnya agak ke selatan sedikit ada sebuah jalan yang lumayan panjang berbentuk lorong. Di kiri lorong ada kamar Romo dan Ibuku yang tergolong luas dan memanjang dari utara ke selatan. Setelah kamar Romo dan Ibu ada sebuah pintu yang menghubungkan rumah ini dengan garasi disamping. Tepat di sebelah pintu ada ruang keluarga untuk menonton TV di belakang ruang ini ada tangga menuju kamarku yang kemudian di samping tangga ada kamar mandi. Di kanan lorong ada dua bawah kamar tamu, setelahnya dapur moderen yang di gabung dengan ruang makan.
Samping ruang makan tepatnya di depan kamar mandi adalah tempat penyimpanan barang-barang berharga, sebuah ruang dengan banyak almari penyimpanan. Di antara ruang penyimpanan dan kamar mandi terdapat sebuah pintu keluar menuju pekarangan rumah dengan tembok setinggi 5 meter berhiaskan kolam ikan dan taman dengan pohon. Jemuran? Hanya akan di lihat ketika Ibu mulai menjemur saja, jika tidak maka akan di lipat dan di sandarkan di dekat kolam ikan. Kembali pada diriku yang terlelap tidur semalam karena penyatuan tubuh dengan Ibuku.
Aku mulai membuka mata
aku mulai membuka mataku, aku merasa kelopak mata ini memiliki berat 1 ton. Terasa ada sesuatu nikmat yang menjalar dari dedek Arya, kubuka mata perlahan. Kulihat seorang wanita cantik, berkulit putih dengan jarit yang dibalutkan di tubuhnya hanya menutupi sebagian susunya hingga sebagian pahanya. Susunya itu lho seakan-akan di tekan dan bagian atasnya seakan-akan mau melompat keluar. Rambutnya di gelung kebelakang dengan senyum tergambar di bibirnya. Duduk bersimpuh dekat dengan pinggangku sambil membasuh dedek Arya lembut dengan handuk kecil yang sudah di basahi sebelumnya. Beruntungnya dedek Arya ini, sudah mengalami MOREC (Morning Erection) di mandiin pula.
“Pagi nak”
Sapa ibuku.
Aku bangkit dan duduk kemudian aku peluk wanita ini. Kudaratkan ciumanku kearah pipi kirinya dan merambat menuju kebibirnya.
“Eits bau mandi dulu gih”
Ibuku menghindar bibirnya dari bibirku.
Aku yang gagal menciumnya, meletakkan kepalaku di pundak kirinya sambil tangan kiriku mengelus-elus bagian atas susu Ibuku yang ingin melompat.
“Tidak apa-apa paling nanti juga mau”
Jawabku dengan santai. Ibu kemudian menghentikan elusan pada dedek arya.
“Pokoknya mandi dulu”
Hardik Ibuku, sambil membetet hidungku.
“Tapi aku masih pengen pelukan bu”
Jawabku manja dengan suara cempreng akibat hidungku dibetet Ibu.
“Apa kamu ndak kuliah nak?”
Tanya Ibu mengingatkan aku.
“Pengantin baru kok kuliah to bu, besok saja bu, pengen sama Ibu dulu hari ini”
Jawabku melas agar tetap bisa bersama Ibu.
“yo wes rak popo, kanggo dino iki wae lho (ya sudah tidak apa-apa buat hari ini saja lho)”
Perintah ibuku. Kujawab dengan senyum cengengesan.
Aku kemudian bangkit, kulepaskan pelukanku dan kuminta Ibu duduk di ujung tempat tidur. Kini Ibu duduk bersimpuh dan bersandar di ujung ranjang. Aku kemudian merebahkan tubuhku dan kepalaku aku letakkan di susu Ibuku.