Wild Love Episode 72B
Wild Love (Episode 72B)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 72B, these is real life, these is real thing, these is real life that i can’t hide (bon Jovi).Ringtone. nomor tidak di kenal. Aku dan dian terkejut hingga terbangun karena suara ringtone sematponku yang tak henti-hentinya berbunyi. Beberapa kali sematpon itu diam tapi kembali lagi bersuara dengan kerasnya. Aku angkat tubuhku namun sebelumnya aku cium pipi kirinya. Dian tersenyum kepadaku dan masih tetap rebah pada posisinya. Ku ambil sematpon yang tadi di rebut oleh dian di lantai.
“hoaam siapa mas?ergh…”
ucapnya sembari mengangkat tubuhnya sebagian dan bertumpu pada kedua tangannya.
“ndak tahu, nomornya ndak ke daftar, mas angkat dulu hoaaam…”
ucapku duduk dilantai dan bersandar di sofa tepat dibawah dian. dian kemudian memeluk leherku.
halo…
hiks hiks kak… eri sudah dirumah hiks…
eh rani…
(mataku langsung terbelalak kaget karena itu adalah rani, kemudian dian berbisik kepadaku untuk mengaktifkan loudspeakernya)
cepetan tolong eri kak hiks hiks nanti malam dia hiks hiks hiks tolongiiiiiiiiin hiks hiks hiks
Eh iya… iya, kamu tenang dulu, kalau nangis terus kakak ndak bisa tenang juga?
iya hiks hiks hiks segitunya kakak sama rani hiks…
rani… tenang dulu… bukan maksud kak arya marahin kamu, tapi kalau adik ndak tenang nanti kitanya juga ikut bingung kan? Senyum dulu sayang
(Dian menangkan rani)
mbak dian hiks hiks hiks kak arya nyebelin kalau ngomong bentak-bentak terus enakan sama mbak dian hiks hiks hiks
mbak dian hiks hiks hiks kak arya nyebelin kalau ngomong bentak-bentak terus enakan sama mbak dian hiks hiks hiks
hu’um huffffthhh….
sudah? Sekarang cerita ya…
okay.. hiks… eri tadi rani telepon, katanya dia sudah ada dirumahnya di perumahan ARWAH (ASRI DAN MEWAH) di nomor 69. Ayahnya bilang bahwa malam nanti setelah jam 8 malam, eri harus mau melayani ayahnya dan juga anak buah ayahnya. Dan setelah malam nanti eri harus menjadi pelayan ayah dan semua anak buah ayahnya, tidak boleh menolak apapun alasannya. Jadi kakak jika bisa kak tolong eri kak… jika kakak bisa…
okay, i’ll do it…
terima kasih kak, kakak memang kakak terbaik buat rani dan eri… mbak dian jangan cemburu ya mbak hiks…
iya ndak cemburu kan sama adik ipar hi hi hi ayo senyum dulu…
(dian menjawab)
he’em… adik sudah senyum kok mbak
okay sekarang kamu tenang ya, kalau eri memberikan informasi tambahan kamu langsung kabari kakak ya?
iya kak… nanti rani coba hubungi lagi, karena tadi setelah telepon eri bilang terlalu berbahaya kalau rani telepon terus
ran, memang sebaiknya kamu tidak hubungi eri dulu. History sematponnya akan mencatat nomor kamu
kakak tenang saja, eri tadi sudah bilang kalau setiap kali telepon eri selalu menghapus log informasinya dan juga sms-smsnya
hufth… okay, kalau begitu kakak akan memikirkan bagaimana caranya untuk sampai kesana, okay?
ya kak, kakak hati-hati, jagain mbak dian juga ya kak..
iya pasti, kakak akan jaga kalian semua
terima kasih kak, rani sayang sama kakak… mbak dian jangan cemburu lho
iya sayang…
(dian menjawab)
dadah kakak dan mbak
tuuuut
Dian kini duduk bersila diatasku, kuletakan sematponku di lantai dan mendongak ke atas. bibirnya kemudian mendarat di bibirku.
“hati-hati…”
ucap dian.
“pasti, karena kamu aku pasti akan lebih hati-hati”
ucapku, entah kenapa tiba-tiba mata dian mengatakan sesuatu kepadaku tapi aku tidak bisa menangkapnya.
Aku bangkit dan kulihat jam dinding yang mulai menertawakanku menunjukan pukl 16:00. Ku tinggalkan dian di runang TV tapi yang namanya cinta, dia tetap mengikuti masuk ke dalam kamar. Aku berganti pakaian di dekatnya tanpa rasa risih sekalipun. Memakai semua penyamaran yang selalu aku gunakan, dian memandangku dengan tatapan mata yang sedih. Dian kemudian keluar dari kamar entah kemana dia, aku segera menyiapkan semuanya mengirim sms ke pak wan untuk menjemputku.
Aku keluar dari kamar,mendapati dian berdiri mematung di depan pintu kamar. wajahnya sedih, pandangannya menunduk ke bawah seakan tak ingin aku pergi dari rumah ini. aku mendekatinya dan kupeluk tubuhnya, tangannya perlahan memelukku. Ku dengar sedikit suara sesengukan darinya.
“Sudah tenang saja…”
ucapku.
“hiks hiks hati-hati pokoknya harus pulang lagi kerumah”
ucapnya.
“he’em…”
balasku.
Aku tidak bisa menikmati indahnya hidup bersamanya
Kami berpelukan lama, sebenarnya aku sudah tidak ingin lagi terlibat lebih jauh lagi. Sudah ada dian di sini, sebenarnya aku jalani hidupku normal saja mungkin bisa. Iya, mungkin kalau saja ayah tidak mempunyai keinginan untuk membumi hanguskan keluarga besar ibu. percuma kebersamaanku besama dian, dan aku tidak bisa menikmati indahnya hidup bersamanya. Lama kami berpelukan hingga sebuah taksi membunyikan klakson di luar rumah.
“pak wan sudah datang, doakan mas ya…”
ucapku.
“he’em pasti…”
jawabnya.
Aku melepaskan pelukan dan berjalan ke arah pintu. Dian kembali menarik jaket yang aku kenakan dan merebahkan keningnya di punggungku.
“hiks… mas harus hati-hati, ade nunggu dirumah…”
ucapnya.
“pasti…”
ucapku, aku berbalik dan mencium bibirnya.
Setelahnya aku keluar dan dian hanya memandangku dari dalam rumah. Wajar dia tidak berani keluar rumah karena hanya memakai tank-top dan celana pendeknya. Aku masuk ke dalam taksi dan pak wan langsung berjalan, ku menoleh ke arah dalam rumah. Tampak dian melambaikan tangannya ke arahku. Taksi berjalan semakin jauh, dan kini hanya aku bersama pak wan saja.
“kemana den?”
ucap pak wan.
“Perumahan Arwah”
ucapku.
“ada apa den? Apakah aden sedang dalam misi baru lagi?”
ucapnya.
“iya, misi baru pak. Eri, teman KKN-ku salah satu dari anak komplotan Ayahku. Dia harus diselamatkan”
ucapku.
Ciiit….
“den, cerita sama bapak dulu, baru bapak mau jalan”
ucap pak wan.
“ini mengenai anak dari komplotan ayah yang perlu diselamatkan pak. Dia nasibnya sama dengan Rani yang waktu itu lho pak, masih ingat?”
ucapku.
“tapi kenapa aden sendirian? Terlalu berbahaya den”
ucapnya, yang kemudian menjalankan taksinya kembali.
“sudah tidak ada waktu lagi untuk menghubungi koplak, jam mainnya jam 8 malam. Dan kalau harus menghubungi koplak akan terlalu lama pak. Ini sudah hampir jam 6 sore”
ucapku.
“terlalu berbahaya den, hubungi teman yang lain den…”
ucap pak wan.
“kalau dihubungi bisa-bisa malah yang disana sudah di K.O pak”
ucapku.
“terserah aden, yang penting aden hati-hati…”
ucap pak wan.
Aku tertidur dalam lelapku
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 72B, Perjalanan kembali berjalan tanpa pembicaraan, pak wan menyuruhku untuk berisitirahat sebelum sampai di tempat tujuan. aku berbicara kepada pak wan untuk membangunkan aku jika nanti aku tertidur. Dan benar akhirnya aku tertidur dalam lelapku, entah seberapa lama aku tertidur. hingga.
“arghhhh…..”
teriakku spontan karena ada seseorang yang duduk diatasku, mataku terbuka dan mencoba mengangkat bokong yang mendudukiku.
“sialan… siapa….. DIRA?!”
ucapku yang seketika itu melihat keatas dan dira menoleh kearahku.
“apa? Mau main sendiri? mending sama dira kan enyaaak hi hi hi”
jawabnya.
Plak… pipi kananku
Plak… pipi kiriku
“aduh… sialan ka ka kalian kenapa?”
ucapku.
“sialan kamu cat, asu, celeng, bajingan… sudah dibilang jangan main sendiri, masih main sendirian!”
ucap wongso di kananku.
“kemaki (sok berlagak hebat)… ”
ucap dewo.
“durung tahu digebuki po? (belum pernah di pukuli orang ya?)”
ucap anton di depanku.
“eh… kok kalian bisa disini”
ucapku.
“maaf den, pak wan ndak bisa membiarkan aden sendirian…”
ucap pak wan.
“BENAR ITU! MAIN BARENG ITU LEBIH BAIK DARIPADA MAIN SENDIRI YANG PENTING BUKAN KENTHU BARENG-BARENG! HA HA HA HA”
jawab wongso, anton, dewo, dira.
“maaf ya den, begitu bapak tahu aden mau melakukan misi sendiri. bapak langsung mengirimkan sms ke mas wongso”
ucap pak wan.
“dan yang bisa saat ini Cuma kita berempat cat, jadi ya kita berlima saja sudah oke. Dan tenang saja, nanti pak wan bisa langsung pulang karena kita tadi datang bawa motor tiga. Dari yang diceritakan pak wan, kita akan menyelamatkan eri tanpa ada orang lain. 3 motor, 1 untuk kamu, 2 untuk kami berempat. Nih kuncinya motornya ada dibelakang taksi, aku nanti sama anton, dira sama dewo ”
ucap wongso.
“lha ini dimana? Dir kamu turun kenapa? berat tahu!”
ucapku.
“iiih… enak kan disini, kontol kamu kok ndak berdiri ya?”
ucap dira.
“lha aku tahu kamu cowok ngapain berdiri?!”
protesku.
“iiih segitunya, nanti dira tit fuck deh kalian satu-satu kalau selesai hi hi hi”
ucap dira.
“matamu!”
teriak kami berempat.
“ini sudah disamping perumahan, pos satpam ada didepan cat. Dan sekarang sudah jam setengah delapan”
ucap anton.
“lha bagaimana kita masuk?”
ucapku.
“tenang den, itu yang jaga orang banyu abang. Mereka teman bapak, dan juga tentunya aden tahu kan. jadi aden dan teman-teman aden bisa masuk dengan bebas. Bapak tidak menduga kalau sasaran berikutnya tempat ini. Akan saya kode dari sini…”
ucap pak wan.
“mantabz!”
Teriak kami berlima.
“maaf ya bro…”
ucapku.
“biasanya juga bagaimana… tenang bro…”
ucap wongso menepuk bahuku, begitu pula dewo. Anton mengacungkan jempol dan dira menekan dedek arya dengan bokongnya.
“pakai ini, untuk komunikasi… dan aku sudah siapkan rencana, plat nomor pak wan saja sudah aku ganti sejak tadi waktu berangkat dan mendengar cerita dari pak wan aku sudah siapkan semuanya… tapi ingat, ini rencana dadakan dan kita tidak tahu jumlah mereka”
ucap anton memberikan peralatan komunikasi kecil kepada kami.
Mobil melewati pos satpam
Pak wan mengedipkan lampu taksi, dan selang beberapa saat terlihat satpam keluar dari pos satpam. Kedua satpam itu dan memberi kode agar kami segera masuk ke dalam perumahan. semua motor yang berada di belakang taksi kami tinggal begitu saja. Mobil melewati pos satpam.
“mas, tolong jagain motornya den arya”
ucap pak wan kepada salah satu satpam.
“inggih pak, kulo jagi, atos-atos nggih pak, den, kalihan mas-mas nipun (iya pak, saya jaga, hati-hati ya pak, den, dan mas-masnya)”
ucap satpam tersebut dengan sangat sopan apalagi ketika menghadap kearahku.
“den wicak pokoknya hati-hati”
ucap seorang satpam lagi sambil mengetuk pintu kaca belakang.
“inggih mas (iya mas)”
ucapku, mobil kemudian berjalan masuk ke dalam perumahan.
“gila, arya hebat banget, pada hormat sama kamu semua”
ucap dira.
“kakek den arya yang selama ini membantu kami, dan kami belum sempat membalasnya. Jadi cucunya harus kami lindungi semua, kalau dikatakan siap mati, kami siap”
ucap pak wan.
Mereka berempat kelihatan melongo, dan yang jelas aku sedikit berkaca mengingat kakek yang terakhir kali memelukku. tak berlarut-larut dalam cerita, kemudian anton mengatakan rencananya kepada kami agar kami bisa masuk kedalam rumah
Mereka berempat kelihatan melongo, dan yang jelas aku sedikit berkaca mengingat kakek yang terakhir kali memelukku. tak berlarut-larut dalam cerita, kemudian anton mengatakan rencananya kepada kami agar kami bisa masuk kedalam rumah royal win.
.
“lha alamatnya?”
ucap pak wan.
“perumahan arwah nomor 69”
ucapku.
“okay, langsung pada posisi. Pak, berhenti dulu sebentar”
ucap anton.
Anton kemudian bersembunyi di jok depan mobil tepatnya meringkuk di tempat kaki. Dira kemudian duduk di pinggir kiri jok belakang, wongso meringkuk di bawah jok. Dewo keluar dan masuk ke bagasi belakang dan tentunya tidak di tutup rapat, sedangkan aku meringkuk di samping dira dan di tutupi oleh kain yang entah dari mana dapatnya. Lampu taksi dalam keadaan mati dan berjalan mendekati tempat tujuan, berputar-putar sejenak dan berhenti. Kulirik jam digital pada taksi menunjukan pukul 20:30.