Wild Love Episode 70
Wild Love (Episode 70)
Royal Win Indonesia Entertainment – Wild Love Episode 70, malam ini aku dan dian telah sepakat dengan kata hati kami berdua untuk melanjutkan cerita cinta kami berdua berjalan kembali. Aku sudah tidak peduli lagi dengan siapa saja laki-laki yang suka, cinta dengan dian, pacarku. Seandainya saja ada orang yang menyuruhku mundur, aku pasti akan menghajarnya. Aku laki-laki, fisik akan aku andalkan, masalah hati biar dian yang menenangkan aku. Karena aku yakin dian akan selalu bersamaku saat ini hingga akhir hayatku.
Setelah kedua tangannya meraih tanganku dan menuntunku ke dalam kamarnya. Dian kemudian melepaskan kedua tanganku dan menyalakan lampu. Aku begitu terkejut dengan apa yang aku lihat benar-benar aku tidak menyangka akan apa yang aku lihat kali ini.
“mas… mas kenapa?”
ucap dian.
“eh… ini?”
ucapku dengan hati yang menganga heran, aku melihat ke arah dian yang menautkan kedua tanganya di belakang tubuhnya. Kepalanya tertunduk dengan bibir yang tersungging ke atas.
“Ya seperti yang mas lihat hi hi …”
ucapnya sambil tersenyum nakal.
Aku melangkah ke tengah kamarnya, dan kemudian berputar melihat semua dinding yang membuatku terkejut. Semuanya memang benar-benar membuatku sangat terkejut.
“ini ketika aku masih bayi, ketika SD… ini ketika aku SMP… ini ketika aku bersama koplak ketika SMA, aku bersama kakek dan nenek, aku bersama om dan tante, aku bersama pak dhe dan bu dhe, aku bersama teman-teman kuliahku, Aku sendirian yang jelas itu adalah aku ketika sudah kuliah, kenapa semua foto-fotoku dia punya?”
bathinku.
“Ade… dari mana ade dapat foto-foto ini semua?”
ucapku.
“dari efbe”
ucapnya sambil tersenyum.
Aku kembali memutar tubuhuku melihar semua foto-fotoku yang menempel di dinding kamarnya, semuanya sejak aku bayi hingga aku kuliah. Menempel teratur dan rapi didalam dinding kamar dian, Dian Rahmawati. Ah, memang benar aku mengupload semua foto-fotoku ke dalam jejaring soial tersebut. Benar-benar hal gila yang pernah aku lihat.
“apakah benar ade yang melakukan ini semua”
ucapku sambil memegang kedua lengannya.
“hu’um…”
jawabnya.
Aku langsung memeluk tubuhnya, tubuh yang selama selalu mengagumiku. Bahkan aku sebagai lelaki yang mengaguminya tidak pernah melakukan hal segila ini. aku memeluknya dengan sangat erat, seakan ingin aku remas tubuhnya dengan pelukanku.
“seperti itulah ade, mas”
ucapnya.
“seandainya mas tahu, sejak ade bertemu mas pertama kali di semester lima… semenjak itu ade tidak bisa melepaskan pikiran ade ke mas, sekalipun ade pernah terlena dengan felix untuk kedua kalinya, foto-foto itu tidak pernah sekalipun lepas dari dinding kamar ade. Siapapun itu yang mendekati ade, semenjak ade menemukan mas kembali… foto itulah yang selalu mengingatkan ade akan hati yang dulu selalu menyanjung ade, menggandeng tangan ade. Ade tidak peduli tentang status mas tidak pernah peduli, sekalipun ade adalah dosen mas. Ade tetap cinta mas”
ucapnya sambil memelukku erat.
“terima kasih hiks hiks terima kasih… maafkan aku yang selalu menyakitimu… maaf hiks….”
ucapku dengan dian dalam pelukanku. Kenapa aku yang menangis, hufth.
“maafin ade juga ya mas..”
jawabnya.
“hiks… tapi mas ndak nyangka kalau ade bisa seperti ini…”
jawabku sambil melepas pelukanku dan menatap kedua matanya yang juga mengalirkan air mata dipipinya.
“”sebenarnya ade mau nunjukin ke mas waktu mas dikejar-kejar sama orang-orang kemarin, tapi masnya ndak mau owk hiks…”
ucapnya.
“iya maafin mas ya ade’ku sayang… mas ndak akan jauh lagi, mas akan selalu dekat dengan ade”
ucapku.
“he’em… harus… harus dekat terus”
ucapnya yang kembali kami berpelukan lagi.
“sudah jangan menangis lagi mas… ternyata mas lebih cengeng daripada ade hi hi hi”
ucapnya dalam pelukanku.
“ade yang bikin mas cengeng… hiks hiks hiks seneng banget mas…”
ucapku sambil melepaskan pelukanku dan memandangnya.
Dia hanya membalasku dengan senyuman
Kami berdua berpandangan dan saling melempar senyum. Tak satupun dari kami melepaskan pandangan dari mata masing-masing. Benar-benar sesuatu yang membahagiakan, seperti orang baru menikah saja. Ku betet hidung mancungnya sambil aku goyang ke kanan dan kekiri. Dia hanya membalasku dengan senyuman dan saking gemasnya aku dengan dian aku menggoyangnya terlalu keras.
“iih…sakhhheet mas…”
ucapnya dengan suara cempreng.
“habis gemas lihat ade… ade… ade… ade… ade…”
ucapku.
“Dalem (iya) maaaaas…”
balasnya sambil tersenyum.
Kami berpandangan lagi entah apa yang akan kami lakukan setelah ini.
“bobo yuk mas, ade ngantuk…”
ucapnya.
“he’em…”
balasku.
Aku kemudian beranjak keluar dari kamarnya.
“mas mau kemana?”
ucapnya.
“bobo diluar…”
balasku dengan wajah polosku.
“bobo sini, bareng adeeeee…”
ucapnya manja sekali.
“t… tt….tapi kan anu itu…”
ucapku, sambil melihat wajahnya yang jengkel.
“i.. iya bobo sini…”
ucapku, Dengan gugup dan kebingungan aku berjalan menuju tempat tidur daripada semakin membantahnya bisa-bisa dia ngambek lagi.
“mau tidur pakai jaket mas?”
ucap dian sedikit menggodaku.
“ya seadanya saja”
balasku yang sekarang berada di samping tempat tidur menghadap ke tembok. Aku lepas jaketku dan hanya mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam.
“ni mas, pakai ini”
ucapnya, aku kemudian berbalik sektika itu, kuraih celana pendek yang diberikannya.
Dian kemudian berbalik menuju ke arah almari pakiannya, entah kenapa bisa ada celana pendek disini. Dian kini berdiri tepat didepan almari pakaian, posisiku tepat disamping almari pakaiannya. Tiba-tiba saja aku melamun memandang tubuhnya, dian yang entah kapan melepas jaket kaosnya itu terlihat sangat seksi sekali. Tubuhnya seperti halnya spanish-guitar patah, kenapa patah? Jelas karena kalau tidak patah leher dian pasti panjang seperti jerapah. Segera aku berbalik lagi menghadap ke tembok dan bingung mau berganti celana dimana.
“ganti disini saja mas ndak papa”
ucapnya memecah keheningan.
“eh… iya, ndak papa disini?”
ucapku.
“memang kenapa?”
balasnya.
“eh… iya…”
ucapku dengan gugup dan kebingungan.